Ref: Apakah mengemis di NKRI adalah budaya?
Curahan hati pengemis klenteng di hari Waisak
Nasional | Sabtu, 25 Mei 2013 | 20:05
35 kali
0
Oleh : Roland Sojow, manadonews.com
Pengemis berkumpul di depan kelenteng.. ©2013 Merdeka.com/Mustiana Lestari
Lia menjadi satu dari puluhan pengemis yang memadati sekitar klenteng Dharma Bhakti, Tambora. Meski demikian untuk hari Waisak ini, rezeki untuk pengemis tidak sebanyak rezeki di hari Imlek.
"Ya, dapatnya cuma seadanya untuk makan. Kebayang aja rame tapi yang ngasih dikit," keluhnya kepada merdeka.com di Klenteng Dharma Bakti, Jakarta , Sabtu (25/5).
Lia juga mengaku menjadi pengemis tetap di klenteng tersebut. Apalagi di hari-hari besar orang Tionghoa sejak pagi dia sudah setia di depan vihara Dharma Bakti.
"Sudah lama ngemis di sini, enggak mau pindah-pindah tapi enggak tiap hari juga," cerita Lia lagi.
Wajar jika wanita yang punya kampung di Karawang ini senang tinggal dan mengemis di klenteng. Sebab rezeki yang didapat bisa ratusan ribu, terutama Imlek.
"Kalau Imlek banyak 100 sampai 200 ribu per hari. Tapi di hari lain cuma sekedar untuk makan saja," tutupnya malu-malu.
Keberadaan Lia dan teman pengemisnya memang menjadi polemik sendiri dalam lingkungan klenteng. Di satu sisi Lia dan pengemis lainnya berusaha mencari nafkah dari orang-orang yang beribadah di klenteng ini. Tapi di sisi lainnya para pengemis ini justru senang dan santai sampai membentuk kelompok sendiri, sambil tidur dan duduk-duduk mereka meminta kemurahan hati pengunjung Klenteng. Yang membuat kesan klenteng kumuh dan kotor.
"Saya harap klenteng ini bersih dari pengemis dan pedagang. Mereka membuat klenteng kotor," ungkap pengurus klenteng Dharma Bakti, Yu Ie.
[tyo/merdeka]
"Ya, dapatnya cuma seadanya untuk makan. Kebayang aja rame tapi yang ngasih dikit," keluhnya kepada merdeka.com di Klenteng Dharma Bakti, Jakarta , Sabtu (25/5).
Lia juga mengaku menjadi pengemis tetap di klenteng tersebut. Apalagi di hari-hari besar orang Tionghoa sejak pagi dia sudah setia di depan vihara Dharma Bakti.
"Sudah lama ngemis di sini, enggak mau pindah-pindah tapi enggak tiap hari juga," cerita Lia lagi.
Wajar jika wanita yang punya kampung di Karawang ini senang tinggal dan mengemis di klenteng. Sebab rezeki yang didapat bisa ratusan ribu, terutama Imlek.
"Kalau Imlek banyak 100 sampai 200 ribu per hari. Tapi di hari lain cuma sekedar untuk makan saja," tutupnya malu-malu.
Keberadaan Lia dan teman pengemisnya memang menjadi polemik sendiri dalam lingkungan klenteng. Di satu sisi Lia dan pengemis lainnya berusaha mencari nafkah dari orang-orang yang beribadah di klenteng ini. Tapi di sisi lainnya para pengemis ini justru senang dan santai sampai membentuk kelompok sendiri, sambil tidur dan duduk-duduk mereka meminta kemurahan hati pengunjung Klenteng. Yang membuat kesan klenteng kumuh dan kotor.
"Saya harap klenteng ini bersih dari pengemis dan pedagang. Mereka membuat klenteng kotor," ungkap pengurus klenteng Dharma Bakti, Yu Ie.
[tyo/merdeka]
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment