Sunday, May 5, 2013

[media-jabar] HIMsight : demi Arya Wiguna, anak2 dari anak-anakmu, etc !

 

HIMsight ed.   5 Mei 2013  2013
Line | Viber | WeChat | WhatsApp : +6283893085202 , with ID Chat : himfiles
HIMstreaming : http://himfiles.blogspot.com ( supported by : @IdBlogNetwork & Tiket.com )
 
 
HIMedia
Deemiiiiiii .. Tuuhaaaaannn !!!
Mendadak adegan marah2 sambil menggebrak meja ala Arya Wiguna membuat heboh dunia hiburan tanah air. Bukannya simpati yang muncul, lha malah kejadian tersebut justru dijadikan bahan lucu-lucuan di situs video YouTube, mulai dari parodi dengan mengedit film Warkop, film 300 sampai film 2012 sampai me-remix ungkapan2 emosionalnya yang diaransemen menjadi sebuah lagu. Tak mau ketinggalan momentum, dari acara komedi seperti Opera Van Java Trans7 sampai The Voice Indonesia di Indosiar pun tak luput dari selipan tagline tersebut diatas, he3... Kabar terakhir yang penulis dapat, dalam beberapa hari kedepan bakal segera meluncur layanan RBT yang memuat kalimat yang lagi booming ini.
Tidak seperti video "pembelaan" pak Susno Duaji yang juga tayang di YouTube pertengahan minggu lalu, pastinya Arya Wiguna tidak menyangka bahwa perseteruannya dengan Eyang Subur yang mendapat coverage luas dari jurnalis infotainment bakal mendatangkan "rezeki" seperti ini. Mendadak kondang sebagai bintang tamu acara talkshow tv dan serasa menjadi selebritis instan yang maaf saja ... nggak jelas prestasinya apa ? Tapi penasaran juga, kira2 mas Arya Wiguna dalam waktu dekat ini bakal digaet jadi bintang iklan produk apa yach : )
Sedikit flashback, masih ingat kehebohan publik saat menyambut duo Sinta Jojo dan Norman Kamaru yang juga melejit namanya ke blantika dunia hiburan tanah air gara2 cuplikan video "iseng"-nya muncul ? Dan kini gejala yang lumayan mirip pun sepertinya akan berlaku juga untuk kepopuleran "kalimat gaul" ini, singkatnya : cepat meroket cepat pula surut pamornya.
Btw, sudah adakah caleg yang memanfaatkan situs YouTube sebagai media promosinya ? Daripada pasang iklan berkali-kali di media massa yang menyedot banyak pengeluaran, sepertinya kampanye di jejaring sosial guna menggenjot rating faktor dikenal publik tergolong lebih "ekonomis" dech. Bergerilya dengan membuat laman fanpage di Facebook atau mengumpulkan massa follower di Twitter bisa jadi tidak terlalu menohok karena dibatasi oleh jaringan pertemanan yang terbentuk. Lha, kalau berbentuk video ?
Jadi teringat kutipan di kalender kantor yang bunyinya begini : orang lain mungkin akan melupakan apa yang anda katakan maupun apa yang anda perbuat, tetapi orang lain tidak mungkin melupakan apa yang telah anda sentuh dalam kehidupan (di hati) mereka.
 
IIIII HIMstreaming300+ IIIII
 
HIMtroduksi
Sepanjang bulan Mei 2013 ini, penulis menghadirkan segmen spesial yang diberi judul HIManiora ( plesetan dari istilah humaniora yang menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Humaniora adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya ). Untuk contoh format dan gaya tulisannya seperti apa, bisa cek disini : http://himfiles.blogspot.com/search/label/HIMfamilyman
Semoga berkenan dan bermanfaat.
 
 
HIManiora
"... dan melihat anak-anak dari anak-anakmu !" ( Mazmur 128 : 6a )
Berapa banyak dari para pembaca sekalian yang memasang avatar di situs sosial medianya dengan foto anaknya ( yang sebelum usia remaja yach ) ? Entah itu sebagai wujud rasa bangga atau sekedar hendak pamer dengan banyak sahabat yang masih jomblo atau belum punya keturunan, anak memang memiliki status yang istimewa dalam memaknai relasi kehidupan berumahtangga.
Jadi teringat akan joke ini, bahwa bila struktur keluarga diumpamakan bak neraca keuangan, maka bapak/suami ada di posisi aktiva ( penghasil aset ) dan maaf sekali ... ibu/istri kerap ditaruh pada posisi passiva ( penguras asset ), he3... Nach, khusus anak, perannya adalah sebagai : investasi asset J. Karena dianggap sebagai "investasi", muncul istilah : banyak anak banyak rezeki. Tapi itu dulu, saat anak2 masih bisa diajak hidup prihatin dan memahami betapa keras perjuangan orangtuanya demi membuat "dapur ngebul".
Kini kecenderungan yang nampak dalam masyarakat urban - yang bahkan tanpa perlu kampanye program keluarga bencana sekali pun – salahsatunya hilangnya minat untuk mempunyai anak dalam jumlah banyak. Selain dari segi ekonomi ( karena mengurus anak di zaman sekarang butuh ongkos yang lumayan besar, mulai dari biaya pendidikan sampai membelikan gadget, he3... ), keterbatasan waktu bertemu pun relatif kurang dibanding zaman kita dulu sebagai anak. Fenomena anak ditinggal bersama pembantu ( dan juga "diasuh" oleh program2 tv ! ) di rumah/apartement karena kedua orangtuanya mesti bekerja di luar rumah sudah menjadi hal jamak di perkotaan yang tiap pergi pulang kantor berjibaku dengan kemacetan.
Dalam dunia bisnis ada ungkapan satir seperti ini : generasi pertama merintis usaha, generasi kedua mengembangkan usaha, dan generasi ketiga justru (belum tentu juga sich) membangkrutkan usaha. Generasi ketiga disini dalam pengertian sederhananya adalah cucu alias anak-anak dari anak-anak kita. Biasanya sebagai orangtua langsung ataupun dari pihak mertua biasanya punya keinginan standar sebelum mereka meninggal dunia, yakni : pengen ngemong cucu ( hayo, ini tekanan dalem banget buat yang sudah menikah tapi belum "dikasih" oleh Yang Diatas, terlebih buat yang masih berstatus lajang kayak penulis, he3... )
Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka. ( Amsal 17 : 6 )
 
.... bersambung minggu depan !
 
HIMchat  +62 838 9308 5202
Line  |  Viber  |  WeChat  |  WhatsApp
 
 
 
HIMtertainmentSound is provided by :
Rhythm of love of  MustangFM88
Wednesday Slow Machine of KISFM95.1
Urban Love of MotionFM97.5
Jakarta with love of Radio A FM96.7
Made in Indonesia MusicCity FM107.5
 
HIMsight | HIMpersada10 |  HIMspirit
 

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment