Sunday, October 20, 2013

[batavia-news] Masalah Perburuhan : Militan, Radikal dan Disusupi Marxisme

 

res: Rupanya penulis opini  tertera dibawah ini sangat dangkal pengetahuannya atau juga mau menipu masyarakat tentang apa yang disebut disusupi Marxisme. Patut diketahui bahwa dua pemuda Jerman yaitu  Karl Marx dan Fredrich Engels menerbitkan sebuah buku kecil pada tahun 1847. Buku kecil tsb berjudul "Manifesto Communist".  Manifesto ini menjadi pegangan gerakan buruh di berbagai negeri di Europa  dan kemudian menjalar ke berbagai negeri termasuk jajahan  Hindia Belanda. Semboyang manifesto ini ialah " Kaum buruh di semua negeri, bersatulah!" (Workers of all countries, unite!). Berdasarkan manifesto itu kaum buruh di berbagai negeri mengorganisasikan diri dengan mendirikan serikat buruh. Tuntutan utama gerakan buruh waktu dulu itu antara lain 8 jam kerja, pekerja anak-anak kecil dibawah umur dihapuskan.  Dikatakan kaum buruh diberbagai negeri bersatulah demi mempunyai kekuatan untuk mencapai keberhasilan tuntutan perbaikan kondisi kerja, upah demi kehidupan nan layak. Salah satu contoh konkrit mengenai solidaritas buruh, ialah buruh pelabuhan Australia yang memboikot kapal-kapal Belanda yang mengankut serdadu dan perlengkapan ke Indonesia setelah perang dunia II berakhir. Beberapa tahun silam telah dibuat film dokumenter (?) tentang solidaritas buruh Australia berjujul : The Black Armada.  Demikian sedikit cuplikan sejarah gerakan buruh.
 
 

Masalah Perburuhan : Militan, Radikal dan Disusupi Marxisme

  • Sabtu, Okt 19 2013
  • Ditulis oleh 
  • ukuran huruf perkecil besar tulisan perbesar ukuran huruf
Oleh: Datuak Alat Tjumano, Penulis adalah peneliti di Forum Dialog (Fordial) dan Lembaga Analisa Politik dan Demokrasi, Jakarta. Alumnus pasca sarjana Universitas Indonesia

Terasa mengejutkan, bahwa masalah perburuhan secara tiba-tiba muncul sebagai permasaalahan politik meninggalkan cirinya sebagai permasalahan ekonomi dan sosial.Permasalahan perburuhan kita identifikasi sebaga masalah politik bukan sebagai permsalahan ekonomi atau permasalahan sosial karena kaum buruh tidak mencoba menyelesaikan permasalahan ekonomi yang dituntutnya secara sosial, artinya mencoba memahami tuntutannya dari kondisi sosial yang ada, tetapi  menggunakan  ancaman mogok sebagai alat politik golongan buruh pada masa tahun enam puluan. Kaum buruh Indonesia dewasa  ini berpandangan kaum buruh melawan pengusaha yang didukung Pemerintah.

Beberapa waktu yang lalu ada tulisan seorang pengamat masalah perburuhan  yag berasal dari Singapore menulis dengan kesimpulan pada akhir tulisannya agar Pemerintah Indonesia mulai bersikap tegas dan jangan memanjakan kaum buruh. Kaum buruh akan terus beraksi dengan tuntutan-tuntutan yang sulit.

Melihat perkembangan terakhir gerakan buruh, termasuk rencana aksi mogok kerja pada 28 s/d 30 Oktober 2013 di 20 Provinsi dan kurang lebih 150 kabupaten kota, kaum buruh tidak lagi menggunakan sikap dirinya sebagai komponen ekonomi yang menuntut kompensasi bagi sumbangannya kepada produksi. Tapi menganggap kaum buruh sebagai kelas pekerja yang melakukan bargaining dengan  kaum kapitalis yang memeras tenaganya.

Berbagai bentuk aksi buruh pada prinsipnya akan terjadi di Jakarta dengan tuntutan yag bervariasi antara kenaikan UMK dan menolak sistem outsourcing.Meskipun rencana aksi massa di Jakarta tidak nampak spektakuler, namun dampaknya terhadap lalu lintas perlu di waspadai. Khusus rencana aksi massa yang ditujukan ke Istana, dengan jumlah massa sekitar 1.000 orang diperkirakan masih akan dapat dikendalikan untuk tidak bersifat anarkis.Namun tetap memerlukan atensi khusus untuk mengendalikannya.Sedangkan rencana mogok selama tiga hari di dua puluh Propinsi kemungkinan dibeberapa lokasi bisa berubah bersifat anarkis dengan sasaran  infrastruktur industri, apabila aksi mogok merupakan aksi tetap hadir di pabrik-pabrik tetapi tidak bekerja. Yang memerlukan pengamatan khusus dari jajaran aparat penegak hukum dan keamanan adalah rencana pemogokan di lingkungan pelabuhan,  kemungkinan ekses keamanan maupun terganggunya kegitan operasional pelabuhan. Karenanya terjadinya bentrok antara kaum buruh dengan aparatur keamanan ada kemungkinan bisa terjadi.

MILITAN, RADIKAL, DAN DISUSUPI MARXISME   
Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) dan Forum Buruh Lintas Pabrik (FBLP) melakukan pola tuntutan yang serupa dengan tuntutan kaum buruh yang tergabung dalam KSPI. SPRI dan FBLP lebih bersifat aksi penyemangat dimana dalam retorikanya disisipkan istilah-istilah politik yang khas digunkan kaum buruh golongan Kiri/Marxist, seperti gerakan rakyat miskin, anti kapitalisme dan sebagainya dalam rangka membangkitkan militansi perjuangan buruh.

Sementara itu, Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (Pembebasan) jelas sebuah gerakan politik kiri, artinya gerakan politik yang mendukung golongan Marxisme, nampak dari tema gerakannya yang mengumandangkan aksi-aksi golongan kiri pada masa lalu, antara lain "Pembebasan Nasional", Perjuangan Kelas dan Perjuangan Kerakyatan. Sedangkan tema sikapnya yang bersifat aksi massa nampak dari seruannya agar mahasiswa mendukung rencana Aksi Mogok Buruh Nasional pada 28 sampai 30 Oktober 2013 dan cita-citanya menggalang persatuan antara mahasiswa, kaum buruh kota dan petani, nampak jelas pengaruh konsepsi pembentukan Front Nasional ala golongan komunis pada masa lalu di era Orde Lama dan Orde Baru. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan buruh di Indonesia tidak murni lagi sudah terlihat sejak tuntutan mereka menjadikan tanggal 1 Mei atau Mayday sebagai Hari Libur.

Kecurigaan kita bahwa gerakan buruh di Indonesia dewasa ini sudak sarat dengan cirri-ciri perjuangan politik, nampak dari sikap mereka yang dengan militan menolak dan menentang Inpres No 9 Tahun 2013.  Berbagai kelompok buruh dengan militan menjadikan Inpres No 9 Tahun 2013 sebagai isu politik yang harus mereka tentang dan dengan isu tersebut aksi-aksi kelompok buruh akan terus segar dan dinamik.Berbagai kelompok buruh tidak berusaha mengakomodasi substansi Inpres tersebut dan secara bertahap melakukan amandemen terhadap bagain-bagian yang tidak sesuai.Tetapi rencana mereka menduduki kantor Kemenakertrans dengan tuntutan  agar Inpres No  Tahun 2013 direvisi jelas menggambarkan berbagai kelompok buruh telah diinfiltrasi.

Paham militan dan radikal telah menyusup dalam sikap-sikap berbagai kalangan buruh. Infiltrasi  budaya ideologi kiri mudah masuk karena kedekatan  gerakan buruh dengan ajaran Marxisme.Dengan kemungkinan infiltrasi kelompok-kelompok radikal dan mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu, sikap militan dan radikal dari berbagai kalangan buruh mempunyai peluang terjadinya anarki/chaos.

Dari aspek permasalahan perburuhan dewasa ini terdapat berbagai persoalan yang dapat menjadi isu gerakan, militansi dan  radikalisme  dari kalangan buruh, seperti isyu  UMK, isu Inpres No 9 Tahun 20123 dan isu sistem Outsourcing.

Berbagai aksi massa menjelang tanggal 28 Oktober 2013  dan aksi Mogok yang akan dilakukan sejak tanggal 28 s.d 30 Oktober 2013  nampak  potensial untuk terjadi. Mengingat telah masuknya bibit-bibit militan dan radikal, maka upaya mencegah agar tidak terjadi anarkisme, khususnya didepan Istana Presiden dan sejumlah tempat lainnya perlu diantisipasi, karena anarki membuat country risk Indonesia menjadi rawan.

Sesuai dengan prisnip demokrasi, upaya mewujudkan dialog Tri Partit antara buruh,pengusaha dan pemerintah tetap perlu diupayakan dengan mencari unsur-unsur yang terpelajar, dewasa dan kooperatif darikalangan kaum buruh.(*)

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment