Jakarta (ANTARA News) - Lembaga survei Institut Riset Indonesia (Insis) memperkirakan partisipasi pemilih pada Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014 akan menurun dibandingkan dengan Pilpres 2009.

"Sebanyak 51,3 persen responden menyatakan akan menggunakan hak pilihnya di Pilpres 2014. Angka itu menurun dibandingkan Pilpres 2009 sebesar 72,10 persen," kata peneliti Insis Mochtar W Oetomo di Jakarta, Minggu.

Menurut hasil survei dengan metode multistage random sampling yang dilakukan pada 1.070 responden di 34 provinsi pada 4 Desember 2013 hingga 8 Januari 2014 itu, sebanyak 10,46 persen responden menyatakan tidak akan menggunakan hak pilihnya.

Sementara 38,22 persen responden lainnya tidak menjawab pertanyaan dalam survei yang dilakukan dengan wawancara tatap muka berpedoman pada kuesioner tersebut.

"Pertanyaan diajukan sebelum responden memiliki referensi nama tokoh nasional atau sebelum pertanyaan soal popularitas diajukan kepada responden," kata Mochtar.

Menurut dia, sebanyak 59,9 persen responden menjawab tidak tahu ketika penyurvei menanyakan alasan mereka akan menggunakan atau tidak menggunakan hak pilih pada Pilpres 2014.

Sementara 9,06 persen responden, menurut dia, akan memilih karena menginginkan perubahan, 8,31 persen memilih karena kewajiban sebagai warga negara, dan 8,13 persen memiliki kesadaran bahwa mereka punya hak pilih.

"Sebanyak 6,07 persen responden menilai ingin menyukseskan pilpres, sebanyak 4,29 persen memilih untuk perkembangan demokrasi, dan 4,2 persen akan melihat situasi nanti," ujarnya.


Terus turun

Mochtar menjelaskan, tingkat partisipasi pemilih dalam Pilpres terus menurun sejak 2004. Pada Pilpres 2004 putaran pertama, partisipasi pemilih sampai 78 persen dan turun menjadi 75 persen pada putaran kedua.

"Lalu di Pilpres 2009 tingkat partisipasi pemilih sebanyak 72,10 persen," katanya.

Partisipasi warga dalam pemilihan umum juga terus menurun setelah reformasi. Tahun 1999 partisipasi dalam pemilu sampai 92,74 persen, lalu turun menjadi 84,07 persen pada 2004 dan tahun 2009 turun lagi jadi 79 persen.

Menurut dia, partisipasi politik dalam negara demokrasi merupakan indikator implementasi penyelenggaraan kekuasaan negara tertinggi yang sah oleh rakyat.

"Jika tingkat partisipasi terus menurun maka menjadi peringatan dini bagi perkembangan demokrasi Indonesia," ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa partai politik berperan penting dalam upaya meningkatkan partisipasi warga dalam pemilihan umum.

"Bola terbesar di parpol, dengan memperbaiki kinerja, memperbaiki prilaku dan melahirkan serta menawarkan tokoh alternatif," ujarnya.