Agustus dan Kekalahan Publik
Oleh Holy Rafika D.
Jelang dan selang beberapa hari dari 17 Agustus 2014, seluruh televisi nasional mengarahkan kita pada peringatan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagaimana bulan Ramadan yang mengubah wajah televisi menjadi Islami, tema televisi kita pada Agustus ini adalah peringatan kemerdekaan. Mulai dari pemutaran beberapa film yang dianggap punya nilai 'nasionalisme', tayangan dokumenter soal pembentukan NKRI, lomba gapura berikut kontes 'foto selfie' di depan gapura tersebut, hingga—tentu saja—liputan 'ritual nasional' upacara pengibaran bendera merah putih pada 17 Agustus, baik di Istana ataupun di berbagai daerah Indonesia.
Benarkah hal yang demikian adalah ingatan kita? Pierre Nora (1989: 13) pernah menulis;"What we call memory today is …not memory but already history". Budiawan (ed., 2013) menjelaskan bahwa manusia modern, menurut Nora, tak punya lagi 'ingatan' yang spontan dan menubuh (embodied). 'Ingatan' telah digantikan sejarah yang saintifik, rasional tapi hanya menempel (embedded). 'Sejarah' hanya menempel sebab ia bergantung pada lembaga-lembaga yang menampilkan 'rekaman sejarah' sebagai 'ingatan' ; upacara-upacara, buku-buku sejarah dan—tentu saja ...
Baca selanjutnya ---> remotivi.or.id
Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di Indonesia. Cakupan kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media dan advokasi yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat, (2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi, dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan yang bermutu, sehat, dan mendidik.
__._,_.___
Posted by: Remotivi Remotivi <remotivi@ymail.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment