Jari-jarinya tak berhenti membalas setiap Blackberry Messenger yang
masuk. Entah dari siapa, si wanita ini masih malu-malu membeberkannya.
Tetapi, senyum tipis selalu terpancar tiap kali dia membaca pesannya.
Sambil duduk di depan cermin, Camelita (21) bukan nama sebenarnya terus memoles wajahnya dengan bedak, tak lupa bibir tipisnya dioles lipstik tipis-tipis. Dari gerak tubuhnya terang menggambarkan jika Camelita telah membuat janji dengan seseorang.
Benar saja, tak berapa lama kemudian telepon genggam Camelita berdering, dari ujung sana terdengar samar-samar suara pria. Memang tak banyak percakapan, Camelita menjawab seperlunya, namun memberi pesan jika dia siap memenuhi permintaan sang penelepon.
Kemudian, mahasiswi salah satu universitas di Jakarta itu beranjak dan mencari-cari pakaian yang pas untuk dikenakan. Dengan dibalut tanktop dan hotpants serba hitam, tubuh Camelita terlihat lebih semampai. Aroma parfum pun terasa menyengat hidung.
"Malam ini ada yang ngajak ketemuan, biasa lah," ujar Camelita yang memang nyambi menjadi ayam kampus. Aktivitas ini sudah dilakoninya sejak tiga tahun lalu.
Dia tak canggung menceritakan kegiatannya saat malam hari. Kerap kali ajakan itu datang untuk menemani si pria yang sedang membutuhkan kehangatan. "Biasanya diajak sama teman," kata mahasiswi fakultas komunikasi itu.
Malam itu sepertinya sang pria sudah tak sabar untuk segera bertemu. Dengan suara sedikit manja, Lita kembali menerima telepon yang memintanya segera datang. "Iya, aku sedang tunggu taksi, sabar ya," katanya sambil menutup telepon.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 22.00 WIB, mahasiswi semester lima itu meninggalkan tempat kosnya di Pondok Bambu. Dia pun bergegas menuju salah satu tempat hiburan di kawasan Jakarta Pusat. "Janjian di Gajah Mada," katanya seraya naik taksi.
Sambil duduk di depan cermin, Camelita (21) bukan nama sebenarnya terus memoles wajahnya dengan bedak, tak lupa bibir tipisnya dioles lipstik tipis-tipis. Dari gerak tubuhnya terang menggambarkan jika Camelita telah membuat janji dengan seseorang.
Benar saja, tak berapa lama kemudian telepon genggam Camelita berdering, dari ujung sana terdengar samar-samar suara pria. Memang tak banyak percakapan, Camelita menjawab seperlunya, namun memberi pesan jika dia siap memenuhi permintaan sang penelepon.
Kemudian, mahasiswi salah satu universitas di Jakarta itu beranjak dan mencari-cari pakaian yang pas untuk dikenakan. Dengan dibalut tanktop dan hotpants serba hitam, tubuh Camelita terlihat lebih semampai. Aroma parfum pun terasa menyengat hidung.
"Malam ini ada yang ngajak ketemuan, biasa lah," ujar Camelita yang memang nyambi menjadi ayam kampus. Aktivitas ini sudah dilakoninya sejak tiga tahun lalu.
Dia tak canggung menceritakan kegiatannya saat malam hari. Kerap kali ajakan itu datang untuk menemani si pria yang sedang membutuhkan kehangatan. "Biasanya diajak sama teman," kata mahasiswi fakultas komunikasi itu.
Malam itu sepertinya sang pria sudah tak sabar untuk segera bertemu. Dengan suara sedikit manja, Lita kembali menerima telepon yang memintanya segera datang. "Iya, aku sedang tunggu taksi, sabar ya," katanya sambil menutup telepon.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 22.00 WIB, mahasiswi semester lima itu meninggalkan tempat kosnya di Pondok Bambu. Dia pun bergegas menuju salah satu tempat hiburan di kawasan Jakarta Pusat. "Janjian di Gajah Mada," katanya seraya naik taksi.