Saturday, March 22, 2014

[batavia-news] Has political Islam failed?

 

res : Untuk melihat viedo-footage debat, click situs
 
 
 
 

Has political Islam failed?

Islamic intellectual Tariq Ramadan discusses Islamism and the rise and fall of the Muslim Brotherhood.

Last updated: 21 Mar 2014 20:03
Email Article
Print Article
Share article
Send Feedback
 

Don't  idealise a secular state. Secularists in the Middle East have nothing to do with secularists in the West - all the secularists in the Middle East were dictators. 

Tariq Ramadan

Has the Arab Spring turned into an Islamist winter?

Mehdi Hasan challenges Islamic intellectual Tariq Ramadan on the principles and practice of political Islam.

Together they dissect the Arab revolts, focusing on Egypt, the Muslim Brotherhood's rise and demise, and the subsequent military coup.

So, has political Islam failed in Egypt? Did the Muslim Brotherhood miss its chance? And should the West be wary of Islamism?

Joining the discussion are: Anas Altikriti, a supporter of the Muslim Brotherhood and president and founder of the Cordoba Foundation; Yasmin Alibhai Brown, a journalist and the founder of British Muslims for Secular Democracy; and Professor Alan Johnson, from the pro-Israeli lobby group, BICOM.


 

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

[batavia-news] Philippines Communist Party head arrested

 

 

Philippines Communist Party head arrested

 

THE ASSOCIATED PRESS

Published — Sunday 23 March 2014

 

MANILA: Philippine security forces arrested the chairman of the underground Communist Party of the Philippines and his wife on Saturday, the military said, dealing the biggest blow in years to the decades-old rebel group.
Benito Tiamzon and his wife, Wilma, also a senior party officer, were arrested in central Cebu province's Carcar township, said military Chief of Staff Gen. Emmanuel Bautista.
The arrests came a week before the party's armed wing, the New People's Army, was to mark its 45th anniversary.
The couple face charges of crimes against humanity, including multiple murder, Bautista said in a statement late Saturday. They were taken to a military camp in Cebu.
The statement provided no other details about the arrests. Local media reports said that five other people were arrested along with the Tiamzons.
Bautista said the arrests were "another victory for the combined efforts" of the military and police.
"We call on to the rest of the CPP-NPA members to lay down their arms, abandon the armed struggle and return to the comfort of their families and join us in bringing peace and development to our nation," he said.
Tiamzon's wife, the party's secretary-general, was arrested in the early 1990s but escaped from custody.
Many other senior Communist Party leaders have also been killed or captured over the years, including some whom the rebels said were consultants in peace negotiations who were supposed to be immune from arrest while talks were ongoing.
Talks to end one of Asia's longest-running Marxist insurgencies collapsed in 2011 due to disagreements between the two sides over releasing several jailed rebel leaders.
The military estimates that the guerrilla fighters number about 4,000, down from a peak of about 25,000 in the mid-1980s due to battle losses, surrenders and factionalism.
The party and its armed wing have also been included on the US list of terrorist organizations.
Early this month, the rebels launched a series of attacks in southern Davao del Sur province's Matanao township, killing 10 government troops. At least two guerrillas were killed and nine captured, according to officials.
Hit and run tactics, which are typical of guerrilla operations, target both military and police installations as well as business enterprises in the countryside, usually mining companies and plantations.

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

[batavia-news] MUI minta warga tak golput

 

 
 
 
Saturday, 22 March 2014 12:13    PDF Print E-mail
MUI minta warga tak golput
Warta
WASPADA ONLINE

(Istimewa)

MEDAN - Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara mengingatkan warga di daerah itu untuk tidak "golput" dan menyia-nyiakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum 2014.

"Jangan ada umat yang tidak menggunakan hak pilih (golongan putih atau golput)," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut Abdullah Syah.

Menurut dia, imbauan tersebut juga telah disampaikan kepada seluruh ormas Islam di Sumut untuk disosialisasikan kepada pengurus dan anggota masing-masing.

Pihaknya berharap warga Sumut, terutama umat Islam dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan bangsa melalui penggunaan hak pilih dalam pemilu.

Selain mengingatkan warga untuk tidak golput, MUI Sumut berharap warga bersikap bijaksana dalam memilih calon pemimpin ketika akan menggunakan hak pilihnya.

Kesalahan dalam menentukan sosok yang berhak menerima amanat masyarakat tersebut justru akan menimbulkan kerugian dan penyesalan bagi masyarakat.

"Bijaksanalah. Teledor dalam lima menit, menyesal lima tahun ke depan," katanya.

Sebelum memberikan hak pilihnya, masyarakat diharapkan dapat mengenali calon pemimpin yang akan dipilih dan mempelajari jejak rekam caleg peserta pemilu.

"Ciri utama pemimpin itu merakyat, menyayangi rakyat, dan mau berkorban. Itulah ciri pemimpin yang baik. Jika tidak ada sifat rahmat atau penyayangnya, lebih baik tidak usah menjadi pemimpin," kata Abdullah Syah.
(dat03/antara)

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (2)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

[batavia-news] MUI minta warga tak golput

 

 
 
Saturday, 22 March 2014 12:13    PDF Print E-mail
MUI minta warga tak golput
Warta
WASPADA ONLINE

(Istimewa)

MEDAN - Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara mengingatkan warga di daerah itu untuk tidak "golput" dan menyia-nyiakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum 2014.

"Jangan ada umat yang tidak menggunakan hak pilih (golongan putih atau golput)," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut Abdullah Syah.

Menurut dia, imbauan tersebut juga telah disampaikan kepada seluruh ormas Islam di Sumut untuk disosialisasikan kepada pengurus dan anggota masing-masing.

Pihaknya berharap warga Sumut, terutama umat Islam dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan bangsa melalui penggunaan hak pilih dalam pemilu.

Selain mengingatkan warga untuk tidak golput, MUI Sumut berharap warga bersikap bijaksana dalam memilih calon pemimpin ketika akan menggunakan hak pilihnya.

Kesalahan dalam menentukan sosok yang berhak menerima amanat masyarakat tersebut justru akan menimbulkan kerugian dan penyesalan bagi masyarakat.

"Bijaksanalah. Teledor dalam lima menit, menyesal lima tahun ke depan," katanya.

Sebelum memberikan hak pilihnya, masyarakat diharapkan dapat mengenali calon pemimpin yang akan dipilih dan mempelajari jejak rekam caleg peserta pemilu.

"Ciri utama pemimpin itu merakyat, menyayangi rakyat, dan mau berkorban. Itulah ciri pemimpin yang baik. Jika tidak ada sifat rahmat atau penyayangnya, lebih baik tidak usah menjadi pemimpin," kata Abdullah Syah.
(dat03/antara)

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

[batavia-news] Program prorakyat bawa Indonesia maju

 

res : Maju ke jurang kemiskinan?
 
 

Program prorakyat bawa Indonesia maju

Minggu, 23 Maret 2014 00:41 WIB | Dilihat 1533 Kali
Program prorakyat bawa Indonesia maju

Kampanye Partai Demokrat Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyanyikan lagu berjudul Rumah Kita dalam kampanye terbuka di Stadion luar Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (22/3). Kampanye tersebut diikuti sekitar 25.000 simpatisan Partai Demokrat. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto ()

Selama 10 tahun kepemimpinan Partai Demokrat, sudah membawa Indonesia lebih maju, Demokrat sudah melakukan banyak hal. Dan, banyak yang telah kita perbuat untuk negeri ini,"
Malang (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan program-program prorakyat yang dijalankan pemerintah selama 10 tahun telah membawa Indonesia lebih maju.

"Selama 10 tahun kepemimpinan Partai Demokrat, sudah membawa Indonesia lebih maju, Demokrat sudah melakukan banyak hal. Dan, banyak yang telah kita perbuat untuk negeri ini," ujar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika menjadi juru kampanye (jurkam) Partai Demokrat di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jatim, Sabtu.

Menurut Presiden RI itu, membaiknya negara ini tidak lepas dari program-program pemerintah yang prorakyat. Dukungan penuh dari Demokrat sebagai partai pemenang pemilu dua periode merupakan bukti konkret.

Demokrat, tegasnya, memberi bukti, tidak memberi janji-janji. Oleh karena itu, program pemerintah bersama Demokrat harus didukung karena seluruhnya adalah untuk kesejahteraan rakyat.

Ia mengatakan beberapa program yang prorakyat di antaranya adalah Jamkesmas, BOS, PNPM, KUR hingga BPJS yang baru diluncurkan awal tahun ini. Program-program ini diwujudkan pemerintah untuk kesejahteraan rakyat.

"Insya Allah lima tahun ke depan negeri ini akan semakin baik. Kami juga berpesan pada rakyat agar tidak salah memilih partai dan Demokrat sudah memberi bukti, bukan janji," tegasnya.

SBY yang didampingi Menteri BUMN Dahlan Iskan, Sekjen DPP Partai Demokrat Edhie Bhaskoso (Ibas) serta Pramono Edhie Wibowo itu tiba di Stadion Kanjuruhan sekitar pukul 14.55 WIB dan langsung menyampaikan orasi politiknya di hadapan puluhan ribu massa Partai Demokrat.

Pada orasi kedua setelah hiburan, SBY yang memakai Baret Biru dengan simbol Matahari di bagian kiri baret itu menyapa warga kembali. "Apa kabar Malang, apa kabar Jawa Timur, apa kabar Arema, Salam Satu Jiwa, Arema," teriak SBY.

SBY mengaku antusias dengan kondisi dan masyarakat di Malang. "Saya pernah tinggal di Malang, masyarakat di Malang sangat dinamis dan kami bangga dengan Malang dan Jawa Timur," ujarnya.

Setelah menyampaikan orasi politiknya, SBY mengajak massa untuk menyanyikan lagu "Rumah Kita" yang dipopulerkan Ahmad Albar bersama grup band-nya God Bless.

"Rumah kecil kita adalah Demokrat dan rumah besar kita adalah Tanah Air Indonesia," tegasnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

[batavia-news] Umat Islam Bekasi Menangkan Gugatan SIPMB Gereja St.Stanislaus Kranggan

 

 
 

Kasus Sidang Gugatan IMB Gereja Katolik St. Stanislaus

Umat Islam Bekasi Menangkan Gugatan SIPMB Gereja St.Stanislaus Kranggan

Majelis hakim menilai pihak panitia gereja dibantu aparat RT/RW memperoleh dukungan secara sembunyi-sembunyi dan tidak ada sosialisasi kepada warga sekitar secara terbuka

Umat Islam Bekasi Menangkan Gugatan SIPMB Gereja St.Stanislaus Kranggan

Terkait

Hidayatullah.com— Sidang pembacaan putusan perkara No.102/G/2013/PTUN.BDG  antara Norman dan kawan-kawan mewakili umat Islam Jati Sampurna Kota Bekasi (Selaku Penggugat) dengan Walikota Bekasi (Selaku Tergugat) dan Panitia Pembangunan Gereja St.Stanislaus Kotska Kranggan (Tergugat 2 Intervensi) yang digelar PTUN Bandung,Kamis (20/03/2014) dipenuhi ratusan pengunjung.

Dalam kesempatan tersebut Majelis Hakim PTUN Bandung  yang dipimpim Edi Firmansyah, SH. memutuskan mengabulkan tuntutan  penggugat.

"Dengan ini majelis hakim memutuskan mengabulkan tuntutan para penggugat serta menyatakan Surat Izin Pelaksanaan Mendirikan Bangunan (SIPMB) Gereja Katolik St.Stanislaus Kostka Kranggan No.503/0545/I-B/BPPT.I/XII/2012 tertanggal 17 Desember 2012, batal demi hukum. Menghukum tergugat dengan membayar biaya perkara sebesar Rp.271.000," ujar Edi yang disambut pekik takbir para pengunjung.

Sebelumnya majelis hakim menimbang bahwa pejabat yang berwenang yakni RT,RW,Lurah,Camat hingga Pemkot Bekasi tidak menjalankan jabatannya dengan benar sesuai dengan azas profesionalitas dan azas bertindak cermat dimana dalam mengeluarkan SIPMB tertidak melakukan sosialisasi kepada warga.Sehingga berpotensi menimbulkan keresahan, konflik dalam masyarakat baik antar umat beragama maupun sesama umat beragama. Selain itu majelis hakim menilai pihak panitia yang dibantu aparat RT dan RW dalam memperoleh dukungan pendirian gereja dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak ada sosialisasi kepada warga sekitar secara terbuka.

Sebelumnya anggota Majelis Hakim,Nelvy Christin,SH,MH berpendapat lain,menurutnya keluarnya SIPMB tersebut sudah sesuai dengan kententuan perundang-undangan yang berlaku.

Pihak panitia pembangunan gereja juga dinilai telah melakukan atau memperoleh tanda tangan dukungan warga yang dibuktikan dengan foto-copy KTP.

Usai sidang kuasa hukum tergugat (Pemkot Bekasi),Sudiana,SH  yang juga Kabag Hukum Pemkot Bekasi mengaku menghormati putusan hakim tersebut.Pihaknya sendiri menilai bahwa  keluarnya Surat Izin Pelaksanaan Mendirikan Bangunan (SIPMB) Gereja Katolik St.Stanislaus Kostka Kranggan No.503/0545/I-B/BPPT.I/XII/2012 tertanggal 17 Desember 2012 sudah sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Untuk itu pihaknya akan melakukan upaya banding .

"Kelihatannya secara administrasi sudah benar. Hakim menilai kami tidak melakukan sosialisasi, padahal itu tidak diatur secara jelas. Selanjutnya, kita akan konsultasikan dengan, Wali Kota, petunjuknya seperti apa. Kemungkinan kita akan Banding," tegasnya.*

Rep: Ngadiman Djojonegoro

Editor: Cholis Akbar

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

[batavia-news] Parpol Islam: Pilih “Minyak Zaitun cap Onta atau Onta cap Zaitun”

 

res : Bagaimana dengan "minyak zaitun cap korma"?
 
 
 

Parpol Islam: Pilih "Minyak Zaitun cap Onta atau Onta cap Zaitun"

Parpol Islam seharusnya mengikuti langkah-langkah Rasulullah, tulis al- Maududi. Setelah 10 tahun pemikiran Islam menjadi dewasa dan berubah dari idealisme menjadi organisasi yang kokoh

Parpol Islam: Pilih
Ilustrasi

Terkait

Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi

PADA periode awal berdirinya Negara Indonesia, terjadi perdebatan antara para tokoh umat Islam tentang status Negara. Sebagian tokoh pro bentuk Negara Islam, sebagian yang lain memilih substansi Islamnya daripada ben tuk negaranya. Dari wacana itu muncul metafora "pilih minyak babi cap onta atau minyak onta cap babi". Artinya "Pilih Negara yang substansinya sekuler tapi berlabel Islam, atau pilih Negara yang substansinya Islam tapi berlabel sekuler".

Dengan dihapusnya 7 kata dalam Piagam Jakarta dan realitas yang lain de facto jatuh pada pilihan yang kedua. Umat Islam pun rela, karena sila Ketuhanan Yang Maha Esa masih dapat mewadahi sub stansi Islam. Masalahnya apakah semua masih ingat Gentleman Agreement itu. "Negara ini bukan Negara Islam, tapi substansinya Islam". Ternyata tidak.

Di zaman Orde Lama umat Islam dituduh seakan masih menginginkan pilihan pertama. Umat Islam pun dilukis seakan berwajah subsversif. Umat Islam justru dipaksa kompromis dengan komunisme.

Tidak jelas dimana substansi Islam diterapkan. Pelajaran Agama di sekolah-sekolah pun tidak ada. Di zaman Orde Baru upa ya memasukkan substansi Islam mulai nampak. Tapi tetap saja umat Islam dibatasi dikawal dan dicurigai. Untuk itu umat Islam dipisahkan dari politik.

Motto yang ditawarkan Nurcholish Madjid "Islam Yes Partai Islam No" seperti menguatkan kebijakan itu.

Ketika reformasi bergulir tahun 1998, umat Islam seperti terlepas dari belenggu de-politisasi. Para tokoh umat Islam pun mendirikan partai-partai baru. Euforia berpolitik umat Islam itu seperti mementahkan asumsi Nurcholish Madjid. Dalam sebuah simposium di Tokyo tahun 2008 saya nyatakan ini adalah titik balik dari de-politisasi Orde Baru. Realitasnya umat mau berpartai politik Islam (Partai Islam Yes) dan juga ber-Islam (Islam Yes).

Tapi pernyataan saya dibantah oleh A.Rabasa, pengkaji Indonesia dari Amerika. Tidak ada perubahan dalam politik Islam di Indonesia, katanya. Umat Islam tetap tidak suka politik Islam. Buktinya perolehan parpol Islam tidak pernah menyamai suara Masyumi pada Pemilu tahun 1955.

Ini bukti bahwa umat Islam tidak mau berpolitik lagi. Melihat perolehan partai politik Islam pada tiga Pemilu pasca Reformasi yang semakin menurun, nampaknya Rabasa benar. Tapi pertanyaan muncul lagi apakah benar umat Islam memperjuangkan substansi Islam tanpa melalui partai politik. Jika jawabnya benar, maka asumsi Cak Nur menjadi Salah. Jargon itu menjadi "Partai Islam No, Islam No".  Nyatanya, kini umat Islam tetap berpolitik tapi pindah memilih partai politik sekuler.

Apa yang salah pada partai politik Islam. Mengapa umat Islam sekarang tidak mampu menandingi prestasi Masyumi. Agar lebih obyektif, kita bertanya pada Abul Ala al-Maududi dan Sayyid Qutb.

Dua orang pemikir politik Islam zaman modern. Bagi al-Mawdudi umat Islam perlu melakukan transformasi gerakan intelek- tual. Gerakan itu perlu memasukkan nilai-nilai kedalam anggota masyarakat, dengan mendidik dan menghasilkan ilmuwan Muslim yang bervisi Islam dalam berbagai bidang ilmu. Berarti parpol Islam tidak punya lembaga ini.

Parpol Islam seharusnya mengikuti langkah-langkah Rasulullah, tulis al- Maududi. Setelah 10 tahun pemikiran Islam menjadi dewasa dan berubah dari idealisme menjadi organisasi yang kokoh.

Organisasi yang kokoh didukung oleh administrasi yang sehat, ekonomi, keuan- gan dan penegakan hukum yang kuat, intelektual yang kommit terhadap Islam.

Berbeda dari al-Maududi, Sayyid Qutb lebih menekankan agar partai politik Islam dapat menterjemahkan Islam dalam bentuk etika masyakat dan etika sosio-politik. Disini peran intelektual sangat penting. Karena itu intelektual dibalik partai politik Islam harus kuat imannya, konsisten, memiliki kemam- puan manajemen, memiliki kekuasaan, dan tetap menjalankan syariah. Dari sini kita bisa introspeksi : sudahkan saran kedua tokoh politik Islam itu dimiliki oleh semua parpol Islam?

Meskipun demikian perlu disadari bahwa partai politik Islam itu harus bersaing dengan partai-partai dan masyarakat non-Islam. Dalam kompetisi itu menurut Dale F. Eickelman and James Piscatori dalam karyanya Muslim Politics perlu menggunakan simbol-simbol agama. Di sini symbol-simbol itu dalam pan- dangan al-Maududi dan Sayyid Qutb adalah pemahaman dan pengamalan Islam secara konsekuens.

Jadi pilihannya bukan "minyak babi cap onta atau minyak onta cap babi" tapi "minyak zaitun cap onta atau minyak onta cap zaitun". Universal tapi tetap berasas Islam atau Islam yang universal tanpa lupa moral. *

Penulis buku "Misykat". Tulisan ini sudah dimuat di  Jurnal Islamia Republika edisi Kamis (20/03/2014)  

Rep: Administrator

Editor: Cholis Akbar

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

[batavia-news] Memelihara Kaum Papa + Aisyah, Bocah Berhati Mulia dari Medan

 

 

Memelihara Kaum Papa

Sabtu, 22 Maret 2014

KONSTITUSI negeri ini telah memerintahkan kepada negara untuk mengurus fakir miskin dan anak-anak telantar. Nyatanya, perintah itu tidak selamanya bisa diimplementasikan dengan baik.

Terungkapnya kasus Aisyah, seorang bocah di Medan, Sumatra Utara, yang harus menanggung beban hidup begitu berat di usianya yang masih delapan tahun menjadi fakta empiris paling nyata tentang diabaikannya perintah Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.

Siti Aisyah Pulungan, nama lengkap bocah perempuan itu, sudah lebih dari setahun menjalani hidup di gerobak becak bersama sang ayah, M Nawawi Pulungan, 56. Setiap hari Aisyah harus mengayuh pedal becak gerobak tempat ia tinggal bersama sang ayah yang tergolek lemah di atasnya.

Sebelumnya, Nawawi berprofesi sebagai sopir. Namun, karena sakit, ia berhenti. Uang menipis, untuk mengontrak rumah pun tak sanggup, hingga akhirnya ia meniti hidup di gerobak dan Aisyah-lah yang kini

menjadi tulang punggung keluarga.

Aisyah mengayuh becak gerobak berpindah-pindah tempat sambil menunggu pemberian orang-orang yang lewat untuk membeli makanan dan obat sekadarnya bagi ayahnya yang mengidap komplikasi paru.

Keinginan Aisyah bersekolah pun harus ditanggalkan demi merawat sang ayah. Ibunya telah pergi entah ke mana saat ia berusia setahun.

Meski hidup dalam penderitaan, ia tak mau menunjukkan raut kesedihan. Aisyah bocah yang amat tegar. Ia terus memelihara harap­an. Ia tetap ingin ayahnya sembuh dan bisa bersekolah kembali.

Kita miris, bahkan teramat miris, menyaksikan kehidupan Aisyah dan ayahnya. Yang lebih membuat kita miris, Aisyah hanyalah satu dari begitu banyak fakir miskin dan anak telantar yang semestinya dipelihara

negara. Data statistik terakhir menunjukkan sedikitnya 5 juta anak masih hidup telantar di negeri ini.

Kisah yang dialami Aisyah menunjukkan kepada kita kondisi paling nyata dari derita anak-anak telantar dan fakir miskin tersebut. Kasus Aisyah juga menunjukkan kepada kita sisi kualitatif dari jutaan angka bisu kemiskinan dan ketelantaran. Pasti banyak anak telantar dan fakir miskin yang kondisinya lebih parah daripada Aisyah yang belum terungkap.

Kita berharap datangnya respons cepat dari para pemilik otoritas untuk menangani kasus Aisyah. Dalam kaitan itu, kita mengapresiasi tindakan Plt Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, yang membawa Nawawi dan Aisyah ke RSU Pirngadi Medan, Rabu (19/3) malam, begitu kasus Aisyah diberitakan di media massa.

Alangkah eloknya bila kepedulian dan pertolongan seperti itu telah diberikan sebelum Aisyah menggenjot becak gerobak, sebelum kasusnya mencuat di media massa, sebelum ia menderita terlalu lama.

Kasus Aisyah harus membuat seluruh penyelenggara negara mencamkan kembali perintah Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 untuk memelihara fakir miskin dan anak-anak telantar. Perintah itu tegas dan jelas. Pengabaian dan pembiaran terhadap fakir miskin dan anak telantar bisa dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

+++++

http://www.mediaindonesia.com/hottopic/read/261/Aisyah-Bocah-Berhati-Mulia-dari-Medan/2014/03/21

 

Aisyah, Bocah Berhati Mulia dari Medan

Jum'at, 21 Maret 2014 Penulis: Yennizar Lubis/X-8
KEDUA kaki mungilnya dengan lincah mengayuh pedal. Sesekali ia menoleh ke kiri, melihat tubuh kurus kering yang tergolek lemah di atas gerobak yang tersambung dengan sepeda.

Tak butuh waktu lama, gerobak becak itu tiba di samping Masjid Raya Al Maksum, Medan, Sumatra Utara, tempat dia dan ayahnya mangkal di siang hari. Jika malam tiba, kaki kecil itu kembali bekerja untuk memarkirkan gerobak di depan salon dekat masjid.

Siti Aisyah Pulungan, 8, itulah nama bocah perempuan tersebut. Sudah lebih dari setahun ia menjalani hidup di gerobak bersama sang ayah, M Nawawi Pulungan, 56, yang sakit parah.

Aisyah memang masih anak-anak, tetapi ia sudah harus menanggung beban hidup begitu berat. Ia mesti menjaga dan mengurus ayahnya yang terbaring karena sakit komplikasi paru. Dengan penuh kasih sayang, ia menyuapi makanan dan mengelap badan sang ayah yang tiada daya.

Keinginannya bersekolah terpaksa ditanggalkan demi merawat ayahnya setelah sang ibu pergi entah ke mana saat ia berusia setahun. ''Tidak ada yang menjaga ayah,'' ujar Aisyah, lirih.

Meski hidup sarat penderitaan, ia tak mau menunjukkan raut kesedihan. Aisyah bocah yang amat tegar. ''Saya tidak mau apa-apa. Saya hanya ingin ayah sembuh dan saya bisa sekolah.''

Sebelumnya Nawawi berprofesi sebagai sopir. Namun, karena sakit, dia berhenti. Uang menipis, untuk mengontrak rumah pun tak sanggup, hingga akhirnya ia meniti hidup di gerobak bersama sang putri tercinta. Untuk membeli makanan dan obat sekadarnya, mereka mengandalkan pemberian orang-orang yang lewat.

''Tapi kami tidak mengemis, jika ada yang memberi, kami terima. Saya jangan... dipisahkan dengan Aisyah. Jika saya meninggal, mudah-mudahan Aisyah bertemu dengan ibunya agar bisa diurus,'' ucap Nawawi dengan napas berat.

Beruntung, bantuan datang dari Plt Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, yang menyambangi Nawawi dan Aisyah, Rabu (19/3) malam.

Nawawi pun langsung dirawat di RSU Pirngadi. Saat ditemui di Ruang Flamboyan 18, kemarin, Aisyah duduk menemani sang ayah seakan tak ingin berpisah barang sekejap.

Keinginan Aisyah kembali bersekolah juga difasilitasi Pemkot Medan. ''Katanya besok (hari ini) sudah bisa sekolah,'' tuturnya, ceria.

Aisyah ialah teladan nyata. Ia hidup menderita, ia bagian dari lebih 4 juta anak telantar di negeri ini, tetapi tetap berhati mulia.

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

[batavia-news] Books are losing the war for our attention. Here’s how they could fight back.

 

 

Books are losing the war for our attention. Here's how they could fight back.

The joy of reading books has become less common. (Hannibal Hanschke/EPA)

The joy of reading books has become less common. (Hannibal Hanschke/EPA)

Technology has reshaped everything from how we communicate to how we find a mate or a job. Yet the experience of reading books remains largely untransformed, and the popularity of books has suffered in the face of flashier media formats that are perfected for our busy world.

The number of non-book readers has tripled since 1978. And e-books aren't saving the day. According to the Association of American Publishers, e-book sales were flat or in decline for most of 2013.

What's happening to books? They've contained a wealth of human knowledge for generations. Books such as "Uncle Tom's Cabin" and "The Jungle" have helped inspired movements and advanced human culture. But books struggle to compete with new forms of media that better grab our attention. Our smartphones and tablets chirp or vibrate when we receive e-mails and text messages. Notifications from social networks and apps force their way onto our devices through pop-up notifications. As books sit silently on shelves, our culture risks having great voices and ideas drowned out.

"The form that is long-form text, a couple hundred pages of words has been well-honed by humans over the course of centuries," said Russ Grandinetti, vice president of Amazon Kindle content. "There are things that you can learn in a novel or in a well-written biography that you can't learn from a movie or learn the same way. That's why the form has evolved the way that it has."

Books can still open our eyes to a world of knowledge, but their reserved nature hurts them.

"Most people walk around with some kind of device or have access to some kind of device that allows them to choose how to use their time," Grandinetti said. "In a world with that much ubiquitous choice, books need to continue to evolve to compete for someone's time and interest."

Our current notion of a digital book may be too close to that of a physical book. The modern struggles of books and e-books suggests we need more reinvention to retain readers. But how?

One possibility would be to integrate more multimedia into e-books, which don't offer the same dynamic story-telling as HTML and Web sites. There aren't e-books being published that capture the blend of prose, photos, videos and graphics that we saw in The New York Times Snow Fall project.

For masterpieces that have already been written, embracing multimedia isn't a solution. Plato's "Republic" or the collected works of Shakespeare can't be sexed up with digital graphics and short videos. But Spritz could help them.

Spritz is a Boston-based start-up devoted to making reading easier and faster. Its focus is on-the-go reading. Words flash rapidly, which helps hold the attention of readers. Our eyes are naturally drawn to movement and change. Plus, because words are flashing faster than the rate most people read at, we should all be able to get more reading done.

"We're all pressed for time because it's an information overload,"  said Spritz founder and CEO Frank Waldman, who only finds the time to read books while flying. "The reason people aren't reading e-books is because they're so busy reading e-mails or catching up on the news."

He compares Spritz to the lack of distractions running on a treadmill offers vs. being outside.

"You go out on the road and you have to watch out for road conditions, weather conditions. It's up and downhill and much harder to do," Waldman said. "When reading on the printed page, I feel distracted by all the others things around it. I have to swipe and swipe and swipe. It's not as easy as settling in and having words stream to brain."

Waldman describes Spritz's use of the optimal recognition point as the company's secret sauce (it's the red letter you see in the demo video above). Words are positioned on the Spritz display so that the optimal recognition point remains steady, so our eyes never have to move. Waldman points to a 2005 research paper, which said for languages that read from left to right, the optimal viewing position is between the beginning and middle of the word. The positioning of words means time isn't wasted scanning for the optimal recognition point of the next word to be read.

In limited testing, Spritz has found comprehension isn't negatively affected at up to 400 words per minute. For people who struggle to find time to read books, Spritz could be a game-changer. At 400 words a minute, the "Catcher in the Rye" could be read in three hours and four minutes.

So far the response to Spritz has been generally very positive. Spritz has had 20,000 people register to receive its software development kit. It doesn't plan to release its own app. At some point, it plans to charge users a fee along the lines of WhatsApp, which chargers $0.99 a year after a year of use.

Time will tell if it can turn the tide on the rise of non-book readers.

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___