Saturday, April 12, 2014

[batavia-news] Ada lima alasan minimnya pemilih di PPLN Saudi

 

 
 
 
 

Ada lima alasan minimnya pemilih di PPLN Saudi

Sabtu, 12 April 2014 22:28 WIB | Dilihat 3627 Kali
Kairo (ANTARA News) - Panitia Pemilihan Luar negeri (PPLN) di Arab Saudi telah merampungkan penghitungan suara pemilu legislatif dengan total berjumlah 16.084 suara.

Angka pengguna hak suara tersebut jauh lebih minim dari jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang bermukim di negara itu berkitar 1,3 juta orang, menurut data KBRI Riyadh.

Duta Besar RI untuk Arab Saudi AM Fachir, yang dimintai tanggapan oleh ANTARA Kairo, Sabtu (12/4), menyebut lima alasan mengapa WNI menggunakan hak konstitusionalnya.

Pertama, sebaran WNI sangat luas dan jauh dari tempat pemungutan suara (TPS), mulai dari 300 hingga 1200 km.

Kedua, Lokasi TPS terbatas, hanya ada dua, yaitu di KBRI Riyadh dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah.

Ketiga, dropbox di sentra komunitas WNI sangat bergantung pada fasilitasi perusahaan atau otoritas setempat.

Keempat, mayoritas pemilih adalah wanita yang pekerja sebagai pembantu rumah tangga, yang bergantung pada izin majikan untuk keluar rumah.

Kelima, sistem pengiriman suara lewat pos, yang diharuskan hanya menggunakan nama majikan.

Kendati demikian, menurut Dubes Fachir, tingkat partisipasi pemilu tahun 2014 ini lebih tinggi 24 persen ketimbang pileg pada 2009.

Sementara itu, suara gabungan PPLN KBRI Riyadh dan PPLN KJRI Jeddah mencatat PDIP meraih suara terbanyak mencapai 5.127 suara (31,8 persen), disusul PKB 3.853 suara (23,9 persen) dan PKS 2.827 suara (17,5 persen).

Selain itu, berturut-turut perolehan Gerindra sebanyak 1.460 suara, PPP 859, Golkar 632, Demokrat 400, Hanura 383, NasDem 219, PAN 173, PBB 113, dan PKPI 30 suara.

Dubes Fachir menyampaikan apresiasi kepada PPLN dan Kelompok Penyelenggara Pemilihan Luar Negeri (KPPSLN) atas kerja kerasnya untuk merampungkan pileg tersebut. (*)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2014

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

[batavia-news] Mengenang Kegilaan Masa Lalu

 

res : Kalau masa lalu pelatih dari negara komunis, sekarang dan masa depan dari negeri  mana yang paling cocok : Arab Saudia, Inggris, Turki, Sudan?
 
 
 

Mengenang Kegilaan Masa Lalu

Share

SH / Isyanto

Dari kiri: Herman (memegang gitar) bernyanyi bersama Him Tjiang, Liong Houw, dan Liang Gie.

Para pembela Timnas Merah Putih 1956 melakukan reuni.

Thio Him Tjiang (85) sungguh tidak menyangka ketika Minggu (6/4) siang itu, ia mendapat kunjungan orang yang dulu sangat dikenalnya, Tan Liong Houw (84).

Liong Houw sengaja didatangkan ke tempat tinggal Him Tjiang di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat, oleh Kompas TV, yang sedang merekam jejak mantan-mantan pemain tim nasional PSSI tempo dulu.

Kompas TV difasilitasi penggila sepak bola, seperti Alai, Ali Kuntoro, dan Han Ling Gie (Sugih Handarto) yang memberikan data awal mengenai keberadaan kedua tokoh sentral pada tim nasional PSSI Olimpiade Melbourne 1956.

Tim Merah Putih itu sempat mencengangkan dunia berkat semangat bertandingnya (baca: fighting spirit) saat menghadapi Uni Soviet dan berhasil menahan imbang 0-0 sepanjang 2 x 45 menit. Karena waktu itu belum ada aturan adu penalti atau perpanjangan waktu, pertandingan dilanjutkan keesokan harinya.

Akhirnya, PSSI yang gawangnya dikawal Maulwi Saelan harus mengakui keunggulan Uni Soviet 0-4. Saat pertandingan kedua itu, pemain tim PSSI yang kondisinya fit hanya tujuh orang, selebihnya masih cedera.

Him Tjiang senang menyambut kedatangan koleganya dari masa lalu, Liong Houw. Meski tertatih-tatih berpegang pada penyangga karena sudah tidak mampu berjalan normal, Him Tjiang menyapa Liong Houw. "Bagaimana kabar? Baik-baik semua?" tanya Him Tjiang kepada Liong Houw.

"Sebagaimana lu liat, beginilah keadaan gua," kata Liong Houw yang langsung menggunakan bahasa "lu gua" sebagai tanda keakraban di antara mereka, sekaligus memecahkan kekakuan karena pertemuan itu direkam kamera Kompas TV.

Liong Houw memang tampak lebih sehat dibanding Him Tjiang yang harus menggunakan penyangga karena salah satu uratnya terjepit gara-gara jatuh dari sepeda. Ia juga masih aktif bermain sepak bola di Stadion Tamansari, setiap Rabu atau Sabtu. Bahkan, ia masih sering mengendarai sepeda motor antiknya, Honda Super Cup 700, keluaran tahun 1970-an.

"Anak saya pernah membelikan saya sepeda motor matik, tetapi saya jatuh. Sejak itu saya kembali naik motor yang lama," ujar ayah dari Wahyu Tanoto dan Budi Tanoto itu.

Suasana semakin akrab karena Ali Kuntoro menghadirkan Herman Pattipeilohy (88), mantan pemain PS Bintang Timur. Herman kenal sekali dengan Liong Houw dan Him Tjiang karena sering berjumpa di lapangan dalam rangka kompetisi Persija. Jika Herman memperkuat Bintang Timur, Liong Houw memperkuat Tjung Hwa (Tunas Jaya) dan Him Tjiang memperkuat Union Makes Strength (UMS).

"Waktu di UMS, Koh Him Tjiang berposisi sebagai penyerang, tapi di tim nasional ia ditaruh di posisi pemain belakang oleh pelatih Tony Pogacnik," kata Han Liang Gie.

Keakraban mereka makin sempurna karena Herman pandai memainkan gitar, sekaligus memancing Liong Houw, Him Tjiang, dan Liang Gie bernyanyi bersama. Beberapa lagu yang mereka nyanyikan antara lain "Burung Kakak Tua", "Haryati", dan beberapa lagu berbahasa Belanda.

Andaikan saat itu ada Maulwi Saelan, mungkin kegembiraan mereka semakin lengkap. Itu karena ketiga orang inilah yang masih eksis hingga sekarang, sedangkan yang lain telah menghadap penciptanya.

Susunan pemain: Indonesia: Maulwi Saelan (GK), Mohammad Rasjid, Chairuddin Siregar, Ramlan Yatim, Kwee Kiat Sek, Tan Liong Houw, Endang Witarsa, Phwa Sian Liong, Ashari Danoe, Thio Him Tjiang, Rusli Ramang. Cadangan: Achad Arifin, Jasrin Jusron. Pelatih: Toni Pogacnik (Yugoslavia) Uni Soviet: Lev Yashin (GK), Nikolai Tishenko, Boris Kuznetzov, Iosif Betsa, Anatoli Bashakin, Igor Netto, Boris Tatushin, Anatoli Issaev, Eduard Sreltsov, Sergei Salnikov, Vladimir Ryschkin. Cadangan: Alexej Paramonov, Anatoli Ilyin, Anatoli Maslyonkin, Boris Rasinski, Mikhail Ogognikov, Nikita Simonian, Valentin Ivanov. Pelatih: Gavril Kachalin (Uni Soviet).
Berani dan Jahil
Ada dua faktor yang membuat Uni Soviet sulit mengalahkan PSSI kala itu. Pertama, sebelum Olimpiade berlangsung, timnas melakukan tur dan uji coba ke Blok Timur (negara-negara Komunis di Eropa Timur) selama tiga bulan, termasuk ke Uni Soviet, Bulgaria, Hungaria, dan Yugoslavia.

Hasilnya, PSSI sering kalah. Hal ini membuat para pemain Uni Soviet terlalu percaya diri dan menganggap remeh PSSI. Kedua, semangat bertanding pemain PSSI yang memang luar biasa.

Meski pertandingan berlangsung berat sebelah, para pemain Uni Soviet sulit mencetak gol pada pertandingan hari pertama.

"Saya turun ke bawah membantu pertahanan. Dalam satu kesempatan tendangan bebas oleh pemain Uni Soviet, saya menyuruh Him Tjiang menepi. Saya kalah tinggi dibanding pemain Uni Soviet, tetapi saya tidak kalah akal. Ketika bola lambung datang dan pemain Uni Soviet itu melompat untuk menyundul bola, saya sentil buah zakarnya. Ia mengerang kesakitan. Anehnya, ia kemudian mengejar Him Tjiang karena mengira Him Tjianglah yang menyentilnya," kata Liong Houw, penyerang PSSI.

Kejahilan serta keberanian Liong Houw di dalam maupun di luar lapangan bukan rahasia lagi di kalangan pemain PSSI waktu itu. Hal ini sesuai namanya, Liong berarti naga, sedangkan Houw berarti macan. Jadi, Liong Houw merupakan perpaduan antara naga dengan macan.

Liong Houw tahu bahwa Him Tjiang masih bujangan saat PSSI tampil di Asian Games Tokyo tahun 1958. Pada waktu senggang, mereka pergi berbelanja. "Seorang pelayan toko tengah memperhatikan Him Tjiang. Him Tjiang bilang kepada saya bahwa pelayan toko itu tertarik kepadanya. Saya hampiri pelayan toko itu dan saya tanya alamatnya.

Pada kesempatan lain, saya ajak Him Tjiang menemui orang tuanya. Orang tuanya senang dan setuju anaknya berjodoh dengan Him Tjiang. Sekarang, Him Tjiang yang takut. Payah dia," kata Liong Houw.

"Dia memang gila," kata Him Tjiang sambil tersenyum.

Reuni yang indah itu diakhiri dengan foto bersama. Menurut Alai, sebelum reuni ini, mereka sering saling telepon, tapi sering diakhiri dengan kemarahan dan saling caci maki. Anehnya, meski sudah saling mencaci, beberapa pekan kemudian mereka saling telepon lagi seolah sudah lupa pada kejadian sebelumnya. Barangkali, begitulah persahabatan ala pembela "Merah-Putih" zaman dulu, gampang marah, tapi gampang berbaikan lagi.


Sumber : Sinar Harapan

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___