Apabila bahasa Jepang kita kuasai, komunikasi akan semakin baik, tanpa peduli siapa yang menjadi Pemimpin negara yang bersangkutan. Karena antar warga negara, antar pribadi , antar rakyat kedua negara, sudah dapat berkomunikasi dengan baik, tak tergantung kepada pemerintah lagi.Karena itu pemerintah Indonesia harus menggelorakan pendidikan di Indonesia khususnya perhatian terhadap bahasa Jepang.
Pada praktik sehari-hari, pemerintah Indonesia harus berani mengoreksi diri apabila menemukan hal-hal yang tidak benar. Contoh konkrit, Konsekuen dalam menjaga hukum yang telah diputuskan (ada kepastian hukum). Di bidang pajak, kalau memang ada restitusi pajak, pengembalian pajak, apabila sudah selesai dihitung dan ada restitusi pajak, secepatnya agar uang pajak itu dikembalikan kepada Perusahaan Jepang lagi.
Perlu diingat, uang adalah hal paling sensitif dan menjadi dewa orang Jepang. Apabila uang diselewengkan, orang Jepang akan teramat sangat marah dan tidak akan ada kata maaf bagi mereka. Mungkin di depan kita dengan sangat manis masih bisa tersenyum. Namun sebenarnya sangat marah karena merasa dikecewakan terkait uang. Dapat dikatakan orang Jepang lebih Jawa dari orang Jawa. Saat marah pun masih bisa senyum dan berterima kasih. Di belakang kita, apalagi setelah kembali ke Jepang, dari mulut ke mulut rusaklah nama kita.
Semoga penjelasan ini memberikan tambahan wawasan bagi kita semua, agar berhati-hati selalu berbisnis dengan dengan orang Jepang terutama menyangkut uang dan janji. Inilah Dewa yang sangat diagungkan orang Jepang dalam berbisnis.