Saturday, August 30, 2014

[media-jabar] SIARAN PERS: Pembukaan Pameran Tunggal FX Harsono-"Things Happen When We Remember"; Sabtu, 6 September 2014, Pk. 19.00 WIB; di Amphiteater, SSAS

 

Siaran Pers

THINGS HAPPEN WHEN WE REMEMBER

(Kita Ingat Maka Terjadilah)

Pameran Tunggal FX Harsono

 

6 – 28 September 2014

Ruang B dan Ruang Sayap, Selasar Sunaryo Art Space

Jl. Bukit Pakar Timur No. 100

Bandung 40198

 

 

FX Harsono, The Light in the Suitcase, instalasi dari neon, koper kulit dan besi (2014)

 

Selasar Sunaryo Art Space dengan bangga mempersembahkan – Things Happen When We Remember (Kita Ingat Maka Terjadilah), pameran tunggal FX Harsono.

“Keterlibatan FX Harsono dalam Manifesto Desember Hitam (1974) dan Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRBI, 1975 – 1979) telah menempatkan namanya sebagai salah satu seniman pembaharu dalam khazanah praktik seni di tanah air. Ia termasuk seniman yang mempopulerkan penggunaan benda-benda temuan dan sehari-hari secara konkret dan langsung.  Setelah GSRBI bubar, Harsono termasuk salah satu dari sedikit eksponen yang paling aktif dan konsisten berkarya hingga hari ini. Selama empat dasawarsa, ia telah menghasilkan ratusan karya dengan berbagai medium – instalasi, lukisan, cetak grafis, video dan performans – yang dipamerkan dalam berbagai perhelatan besar di dalam dan luar negeri. Sebagian karyanya telah menjadi bagian dari koleksi museum-museum besar di Asia dan Pasifik. 

Pameran Things Happen When We Remember (Kita Ingat Maka Terjadilah) mempertemukan sejumlah karya instalasi dan video Harsono dalam empat tahun terakhir (2011 – 2014) dalam sebuah presentasi baru. Pemilihan karya-karya ini tidak hanya dimaksudkan untuk menunjukkan suatu fokus tematik yang semakin menguat dalam karya-karya Harsono. Seluruh karya dalam pameran ini adalah sampel dari sebuah proses kerja kreatif yang khas.

Sekurang-kurangnya sejak awal 2000-an, perubahan orientasi mulai nampak jelas pada karya-karya Harsono. Persoalan diri dan ingatan-ingatan personal menjadi subjek baru dalam karya-karya mutakhirnya. Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan tentang identitas diri dan keluarganya, ia menelusuri kembali berbagai tempat, peristiwa, kisah-kisah (dalam buku-buku sejarah, mitos ataupun tuturan) dan artefak-artefak yang ia anggap mewakili narasi sejarah tentang etnis Tionghoa di Indonesia. Harsono menggali narasi-narasi yang terpendam dan terepresi oleh sejarah besar. Ia menerangi kegelapan yang menyelimuti kisah para korban kekerasan, teks-teks sastrawi yang hilang, artefak-artefak budaya yang kehilangan makna dan terlupakan.

Proses pengerjaan karya-karya dalam pameran ini melibatkan observasi dan metode ‘riset’ yang ia ciptakan sendiri. Semenjak pertengahan 2000-an proses pengerjaan karya-karya Harsono selalu dimulai dengan perjalanan ke suatu tempat, bertemu dengan masyarakat sekitar, lalu mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui wawancara dan studi pustaka. Yang menarik, meskipun masih berdasar pada pengamatan terhadap kenyataan-kenyataan sosial, karya-karya ini masih menunjukkan suatu pengolahan dunia imajinasi dan pengalaman batin yang subjektif. Narasi tentang sejarah etnis Tionghoa di Indonesia ia kemas dengan metafor-metafor yang kaya dan menggugah.  Mewakili perlintasan ulang-alik antara ‘data’ dan ‘imajinasi’, antara objektivitas dan subjektivitas, proses kreatif Harsono melahirkan tafsir artistik yang menyentuh tentang sejarah dan ingatan.”

 

Agung Hujatnikajennong

Kurator Pameran

 

Adapun rincian kegiatan adalah sebagai berikut:

Pembukaan Pameran

Sabtu, 6 September 2014

Pk. 19.00 WIB

di Amphiteater

Dibuka oleh Mr. Ton van Zeeland (Direktur Erasmus Huis, Jakarta).

 

Artist Talk

Minggu, 7 September 2014

Pk. 14.30 WIB

di Bale Handap

Pembicara: FX Harsono

Penanggap: Tisna Sanjaya

Moderator: Agung Hujatnikajennong

 

Durasi Pameran

6 September 2014 s.d. 28 September 2014

Ruang B dan Ruang Sayap, Selasar Sunaryo Art Space

Jl. Bukit Pakar Timur No. 100

Bandung 40198

(Buka setiap hari Selasa s.d. Minggu, Pk. 10.00 – Pk. 17.00 WIB,

tutup pada hari Senin & hari libur nasional)

 

Besar harapan kami bahwa rekan-rekan jurnalis berkenan menghadiri undangan kegiatan ini, mengingat pentingnya peran media massa dalam perkembangan kegiatan-kegiatan seni budaya di Indonesia.

Terima kasih banyak kami haturkan atas perhatian dan kerja sama yang diberikan.

 

 


Hormat kami,

Selasar Sunaryo Art Space

 

 

Elaine V. B. K.

Program Manager

+62 813 2000 999 7

program@selasarsunaryo.com

 

__._,_.___

Posted by: "program SSAS" <program@selasarsunaryo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Tuesday, August 26, 2014

[media-jabar] Agustus dan Kekalahan Publik

 

Agustus dan Kekalahan Publik
Oleh Holy Rafika D.

Jelang dan selang beberapa hari dari 17 Agustus 2014, seluruh televisi nasional mengarahkan kita pada peringatan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagaimana bulan Ramadan yang mengubah wajah televisi menjadi Islami, tema televisi kita pada Agustus ini adalah peringatan kemerdekaan. Mulai dari pemutaran beberapa film yang dianggap punya nilai 'nasionalisme', tayangan dokumenter soal pembentukan NKRI, lomba gapura berikut kontes 'foto selfie' di depan gapura tersebut, hingga—tentu saja—liputan 'ritual   nasional' upacara pengibaran bendera merah putih pada 17 Agustus, baik di Istana ataupun di berbagai daerah Indonesia.
Benarkah hal yang demikian adalah ingatan kita? Pierre Nora (1989: 13) pernah menulis;"What we call memory today is …not memory but already history". Budiawan (ed., 2013) menjelaskan bahwa manusia modern, menurut Nora, tak punya lagi 'ingatan' yang spontan dan menubuh (embodied). 'Ingatan' telah digantikan sejarah yang saintifik, rasional tapi hanya menempel (embedded). 'Sejarah' hanya menempel sebab ia bergantung pada lembaga-lembaga yang menampilkan 'rekaman sejarah' sebagai 'ingatan' ; upacara-upacara, buku-buku sejarah dan—tentu saja ...
Baca selanjutnya ---> remotivi.or.id

 
--
REMOTIVI
"Hidupkan Televisimu, Hidupkan Pikiranmu"
www.remotivi.or.idTwitter | Facebook


Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di Indonesia. Cakupan kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media dan advokasi yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat, (2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi, dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan yang bermutu, sehat, dan mendidik.

__._,_.___

Posted by: Remotivi Remotivi <remotivi@ymail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Monday, August 25, 2014

[media-jabar] Tasrif Award untuk Remotivi

 

Tasrif Award untuk Remotivi

Sidang pembaca yang budiman,
Tanggal 22 Agustus yang lalu, Remotivi dan ICT Watch menerima penghargaan Tasrif Award yang dianugerahkan oleh Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). Penghargaan ini diperuntukkan bagi individu atau kelompok yang membantu pers untuk bisa memenuhi hak publik atas informasi, membantu pers untuk mengefektifkan fungsi pers sebagai lembaga kontrol sosial, serta membantu pers untuk mengungkap problem ketidakadilan yang tersembunyi atau disembunyikan. 
Tradisi penghargaan Tasrif Award dimulai sejak tahun 1997 dengan Benyamin Mangkoedilaga sebagai peraih pertama. Pada tahun 1995, ketika menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Benyamin memenangkan gugatan Majalah Tempo dan mencabut Surat Keputusan Menteri Penerangan tentang pembatalan Surat Izin Penerbitan Pers. Nama-nama lain mengikutinya, misalnya KontraS (1998), Lembaga Kajian Islam dan Sosial (2002), dan paling anyar, Luviana (2013).
Empat tahun lalu, ketika kami mendirikan Remotivi, yang kami cari bukanlah sebuah penghargaan semacam ini. Kami hanya mencari sesuatu yang sederhana, yang kerap tampak mustahil dalam republik ini, yaitu hak kami sebagai warga negara.
Baca selanjutnya -----> Remotivi.or.id
 

 
--
REMOTIVI
"Hidupkan Televisimu, Hidupkan Pikiranmu"
www.remotivi.or.idTwitter | Facebook


Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di Indonesia. Cakupan kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media dan advokasi yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat, (2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi, dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan yang bermutu, sehat, dan mendidik.

__._,_.___

Posted by: Remotivi Remotivi <remotivi@ymail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___