Jakarta (ANTARA News) - Lantai 3 Gedung Sekretariat Negara terbakar Kamis petang. Presiden Susilo Yudhoyono yang sedang memimpin rapat kabinet menghentikan rapat, keluar dari ruang rapat kepresidenan dan langsung menghampiri sekitar lokasi kebakaran itu.
 
Tidak pelak pula Ibu Negara, Ani Yudhoyono, juga keluar sambil menenteng kameranya. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan kegalauannya menyaksikan api menghabiskan ruang rapat di atas tempat kerja Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi.

Gedung itu berada dalam kompleks Istana Merdeka-Istana Negara, yang terletak di lingkar Jalan Medan Merdeka Utara, Jalan Juanda, dan Jalan Veteran III, Jakarta Pusat.
 
Bagaimana sejarah gedung itu?
Menurut sejumlah sumber, gedung itu dulu didirikan pada masa pemerintahan Belanda pada 1810. Gubernur Jenderal Belanda pada saat itu, Reiner de Klerk, sendiri yang menyuruh didirikannya gedung itu pada 1776.

Pemerintah penjajahan Belanda menamai gedung itu Harmonie Societiet, tempat pembesar-pembesar saat itu bersosialisasi dan saling berbagi cerita, sementara para nyonyanya bersenang-senang menghabiskan waktu.
 
Hingga "zaman normaal", begitu istilah orang-orang tua menjelang Perang Dunia II, gedung itu masih difungsikan sebagai tempat kalangan jet set Batavia bersenang-senang atau berdiskusi.

Selepas kemerdekaan Indonesia, masyarakat menamakannya sebagai Gedung Harmonie, sesuai nama kawasan tersenut.

 
Jauh sebelum difungsikan sebagai tempat kongkow, Gedung Harmonie adalah benteng pertahanan militer dinamakan Rijkwijk, di luar kota Batavia sebagai penjaga arus masuk kota dari arah selatan.

Kota Batavia saat itu jauh lebih sempit ketimbang Jakarta saat ini. Gedung itu sempat tidak terurus, dan terbakar dalam kerusuhan pertama Tionghoa pada 1740.
 
Pemerintahan berganti di Hindia Belanda, dan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels alias "Raden Mas Galak" pada memerintah pada 1808 hingga 1811.

Daendels memerintahkan pembenahan  kawasan Harmonie, dan membangun satu istana gubernur jenderal yang lebih megah dan patut, serta membangun gedung hiburan. Bangunan terakhir itulah yang kemudian lagi-lagi dinamakan Gedung Harmonie.
 
Setelah Daendels tidak lagi menjadi gubernur jenderal, tiba kepemimpinan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles dari Inggris.

Inggris menguasai Hindia Belanda saat itu, sebagai akibat dari kekalahan Belanda dan Spanyol atas Inggris. Sempurnalah Gedung Harmonie alias Harmonie Societeit berdiri megah pada 1868, bertepatan dengan ulang tahun ratunya, Ratu Charlotte.
 
Entah apa alasannya, apakah itu karena semangat nasionalisme anti-penjajahan atau yang lain, Gedung Harmoni yang berbatasan langsung dengan Istana Merdeka (menghadap Jalan Medan Merdeka Utara) dan Istana Negara (menghadap Jalan Juanda) dirubuhkan pada masa pemerintahan Orde Baru pada Maret 1985.
 
Padahal, banyak negara maju melestarikan gedung-gedung penting bersejarahnya. Namun, Gedung Harmonie dirubuhkan begitu saja, sebagian menjadi Gedung Sekretariat Negara. Sebagian lagi diganti lahan aspal untuk parkir.