Sunday, July 13, 2014

[batavia-news] Rakyat Tak Percaya Elite Politik: 2014 Golput Menang + Golput Menang Telak + Golput menang, demokrasi tumbang?

 

 
 
Rakyat Tak Percaya Elite Politik: 2014 Golput Menang
 
 
 
Tidak adanya kepercayaan rakyat kepada elite politik dan para pemimpin, baik di eksekutif maupun legislatif, akan mendorong masyarakat apriori, termasuk dalam menghadapi Pemilu dan Pilpres 2014. Rakyat diprediksi banyak yang tidak akan menggunakan hak pilihnya alias golput, bahkan bisa jadi golput akan menang.
 
"Kepercayaan rakyat terhadap elite politik hampir mencapai titik nadir. Ini karena para pemimpin tidak lagi berpihak kepada rakyat. Akibatnya, rakyat apriori. Golput akan meningkat, bahkan bisa jadi menjadi pemenang pada 2014, baik dalam pemilu legislatif maupun pemilu presiden," ungkap pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Jakarta, Arbi Sanit menjawab Dialog di Jakarta, kemarin.
 
Saat ini, kata Arbi, rakyat dalam kondisi sengsara, namun para pemimpin seakan tak pernah hadir di tengah-tengah mereka. Ketika rakyat dihajar kenaikan berbagai harga kebutuhan pokok pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta menjelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1434 H, misalnya daging sapi sampai Rp115.000 per kilogram (kg), bahkan cabai rawit merah sampai Rp100.000 per kg, ternyata para pemimpin tidak bisa cepat bertindak. "Respons pemerintah selalu terlambat, sementara rakyat terlanjur menderita," ujarnya.
 
Pasca-Lebaran nanti, lanjut Arbi, masyarakat juga akan dihadapkan pada kesulitan-kesulitan baru, misalnya rencana kenaikan harga liquid petroleum gas (LPG) atau elpiji tabung kapasitas 12 kg, meskipun masih terjadi tarik-ulur antara Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik. "Bila harga elpiji jadi naik, beban masyarakat akan bertambah berat," tukasnya.
 
DPR yang diharapkan menjadi pembela rakyat, dinilai Arbi justru menjadi semacam lembaga stempel bagi pemerintah, termasuk terhadap kenijakan-kebijakan yang melukai hati rakyat, dengan adanya Sekretariat Gabungan (Setgab) Koalisi Parpol Pendukung Pemerintah yang dimotori Partai Demokrat. Tidak itu saja, perilaku para anggota DPR juga mengecewakan, misalnya bermewah-mewah di tengah kemiskinan rakyat. "Kekecewaan itu akan terakumulasi dan rakyat menemukan momentum pembalasan pada Pemilu 2014. Angka golput akan meningkat," tegasnya.
 
Arbi lalu membeberkan data yang menunjukkan kecenderungan naiknya angka golput serta menurunnya partisipasi pemilih dari pemilu ke pemilu dan dari pilpres ke pilpres.
 
Tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 1999 mencapai 93,33%, Pemilu 2004 turun menjadi 84,9%, dan Pemilu 2009 turun lagi menjadi 70,99%. Pemilu 2014, diprediksi hanya tinggal 54%, namun prediksi optimis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) masih pada angka 60%. Di pihak lain, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menargetkan tingkat partisipasi pemilih 75% sesuai target pembangunan. Dari sekitar 236 juta penduduk Indonesia, kemungkinan calon pemilih Pemilu 2014 adalah 191 juta orang.
 
Angka golput juga terus meningkat. Pemilu 1999 angka golput 10,21%, Pemilu 2004 naik menjadi 23,34%, dan Pemilu 2009 naik lagi menjadi 29,01%. Bandingkan dengan angka golput pada pemilu era Orde Lama dan Orde Baru (1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997) yang tak pernah lebih dari 10%.
 
Untuk Pemilu Presiden dan Pemilu Kepala Daerah, angka golput juga tinggi. Pilpres 2004 angka golput 21,5%, Pilpres 2009 naik menjadi 23,3% (angka partisipasi pemilih Pilpres 2009 sebesar 72,09%). Angka golput pemilukada rata-rata 27,9%. "Bila mereka yang tidak berpartisipasi dalam pemilu digabungkan dengan golput, bisa jadi mereka akan menang pada 2014," tandas Arbi.
 
Sumber: hariandialog.com
 
++++
 
 
 
Kamis, 10 Juli 2014 , 10:26:00

 

SUBANG - Dari hasil perhitungan suara, partisipasi warga Kecamatan Pagaden Barat, Subang,  di Pemilu Presiden sangat minim. Warga yang tidak menyalurkan hak pilihnya atau golput mencapai lebih dari setengah dari warga yang terdaftar dalam DPT.

Dari 28.109 orang yang tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Kecamatan Pagaden Barat, hanya 9.999 orang saja yang menyalurkan hak suaranya. Semantra sisanya sebanyak 18.110 orang tidak menggunakan hak pilihnya.

Edi M, anggota PPK Kecamatan Pagaden Barat menuturkan, dari hasil rekapitulasi pihaknya untuk perolehan suara pasangan calon Presiden nomor urut 1 Prabowo-Hatta memperoleh suara 4.741 suara, sedangkan pasangan calon presiden nomor urut 2 Jokowi-JK memperoleh 5.258 suara. Selisihnya 517 suara, dari DPT 28.109 orang.

Dari sembilan desa yang ada di kecamatan pagaden barat Pasangan Joko Widodo- Jusuf Kalla menang di 6 desa, sedangkan pasangan pasangan Prabowo-Hatta menang di 3 desa yaitu Munjul, Bendungan dan Balingbing.

Dari hasik rekapitulasi di desa Munjul, pasangan Prabowo-Hatta menang dengan selisih 104 suara, Prabowo-Hatta mendapat 894 suara dan Jokowi-JK 790 suara. 

Dari 6 TPS yang ada di Desa Munjul, pasangan Prabowo-Hatta hanya kalah di satu TPS yaitu di TPS 2 yang berada di Kampung Tanjungjaya dengan perolehan suara nomor 1 80 suara dan nomor 2 sebanyak 118 suara.

Sementara itu di TPS 04 Desa Bendungan dimana ada anggota dewan terpilih yang mengusung pasangan calon Prabowo-Hatta yaitu Lutfi Isror dari PAN dan Nurul Mumin dari Partai Demokrat, pasangan nomor urut 1 menang dengan perolehan 125 dan nomor urut 2 sebanyak 108 suara.(ded/man)

 
 
+++++
 
 
 
Golput menang, demokrasi tumbang?
 
 
A. Z. Muttaqin Rabu,  30 April 2014 09:00
 
 
foto ilustrasi
 
 
Oleh Rudini (Lajnah Siyasiyah HTI Surabaya)
 
(Arrahmah.com) â€" Hampir bisa dipastikan angka golput untuk pemilu capres/cawapres 2014 masih tinggi. Berkaca dari pemilu caleg beberapa waktu yang lalu, angka golput bahkan mencapai 43,18%.Inilah fenomena ganjil di negara yang mendapat gelar paling demokratis. Demokrasi yang katanya “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” seharusnya membuat rakyat bergairah.Rakyat pun akan semangat untuk menyukseskannya, demi masa depan lebih baik. Sebaliknya, rakyat cenderung apatis.Buktinya dari awal pemilu digelar sampai sekarang sudah sebelas kali diadakan, angka golput selalu naik dan diprediksi akan terus naik.Mengacu pada data tingkat partisipasi pemilih sejak Pemilu 1971, angka Golput terus merangkak hingga pesta demokrasi 2009 lalu. Pada Pemilu 1971, partisipasi pemilih mencapai 96,62 %. Pada Pemilu 1977 turun tipis menjadi 96,52 %. Pada Pemilu 1982, menurun ke angka 96,47 %. Penurunan berlanjut pada Pemilu 1987 yakni menjadi 96,43 %. Di Pemilu 1992 merosot menjadi 95,06 %. Penurunan agak tajam terjadi pada Pemilu 1997 yakni menjadi 93,55 %. Pada Pemilu 1999, turun lagi ke angka 92,74 %. Kemudian pada Pemilu 2004, jumlah partisipasi pemilih menurun tajam menjadi 84,07 %. Nah, pada Pemilu 2009 lalu, terjun bebas ke angka 70,99 %. Jadi faktanya, Golput semakin berjaya dari masa ke masa.
 
Padahal pemerintah dan KPU sudah mensosialisasikan agar tidak golput.Ormas, para tokoh, pejabat dan parpol juga sudah jauh-jauh hari mengingatkan jangan golput. Bahkan mengeluarkan fatwa haramnya golput atas fenomena ganjil ini.Wakil Sekretaris MUI, Amir Syah mengatakan, ijtima’ ulama di Padang Panjang pada 2009 patut ‘digemborkan’ kembali. Dalam ijtima tersebut MUI mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin.”Haram hukumnya jika pemimpinnya baik tapi tidak dipilih,” kata dia, Kamis (20/3).Amir mengatakan, pemilihan pemimpin sangat penting agar roda pemerintahan tetap berjalan. Pemerintahan yang baik nantinya akan membuat rakyat sejahtera. Menurut Amir, pemilihan imamah dalam Islam diwajibkan.(republika,jum’at, 21 Maret 2014,02:31 wib). Ketua umum Pengurus Besar Nahdalatul Ulama Said Aqil Sirajd juga angkat bicara sela-sela acara Harlah ke-64 Fatayat NU, di Gedung PBNU, Jalan Salemba Raya, Jakarta, Kamis (24/4/2014) “Insya Allah kita imbau warga NU menggunakan hak pilihnya di Pilpres untuk menentukan masa depan bangsa ini,”. Beliau berharap warga NU menggunakan hak pilihnya.
 
Wajar saja sejumlah pimpinan parpol dan ormas sangat khawatir peningkatan golput. Pasalnya, semakin besar angka golput menunjukkan bahwa demokrasi yang katanya akan menjadikan kehidupan lebih baik, meningkatkan kesejehteraan dan keadilan dipertanyakan oleh pengikutnya sendiri. Masyarakat sudah mulai memahami dan mengerti bahwa demokrasi adalah sistem yang rusak dan merusak.Sebuah sistem yang tidak akan berpihak kepada rakyat dan mereka mulai mengetahui bahwa dibalik ini semua adalah para kapitalis dan kongmelarat hitam bermain. Rakyat hanya dijadikan korban, tumbal nafsu kekuasaan mereka.
 
Menurut juru bicara (jubir) Hizbut Tahrir Indonesia Ustadz Ismail Yusanto, bahwa “Banyak faktor mengapa orang tidak memilih. Ada karena masalah teknis. Sebutlah golput teknis, misalnya karena sakit, hujan atau TPS-nya jauh di kampung sana, dan sebagainya. Ada juga masalah psikologis (golput psikologis), yakni kekecewaan seseorang pada partai-partai yang ada akibat perilaku korup, abai terhadap kepentingan rakyat dan sebagainya. Bisa juga karena masalah politik dan ideologi (golput ideologis). Partai-partai yang ada dinilai tidak sesuai dengan pandangan politik dan ideologi yang dianut. Apapun latar belakangnya, golput adalah juga hak rakyat yang tidak bisa atau tidak boleh dipersoalkan.”
 
Sehingga tingginya angka golput tiap pemilu patut menjadi perhatian seluruh rakyat negeri ini, khususnya umat Islam. Dana puluhan triliyun sudah dihabiskan oleh pemerintah, parpol, para kontestan caleg yang bertarung. Sebaliknya tidak menghasilkan apa-apa.Malah semakin menyuburkan angka golput, dari hasil rekapitulasi diberbagai daerah baik tingkat kota/kabupaten maupun propinsi terlihat angka golput selalu bersaing dengan angka pemilih. Ini membuktikan bahwa golput sudah merata dan menjadi pilihan sebagian besar rakyat indonesia. Umat Islam yang mayoritas menghuni negeri patutnya mulai bertanya-tanya apa maunya rakyat indonesia.Apakah sistem yang sudah dijalankan puluhan tahun sudah saatnya diganti dengan sebuah sistem yang memang benar-benar akan mewujudkan kesejateraan dan keadilan yang rakyat inginkan. Sebuah sistem yang sesuai dengan fitrah manusia dan berasal dari yang Maha Segalanya.
 
Demokrasi tumbang
 
Pilihan untuk tidak memilih alias golput merebak diberbagai daerah bukan tanpa alasan. Janji manis para caleg dan capres/cawapres selama ini hanya bualan belaka. Jauh panggang dari api. Janji hanyalah tinggal janji, tapi yang pasti rakyatlah dikibuli. Demokrasi digembar-gemborkan sebagai pemerintahan yang kedaulatanya terletak ditangan rakyat.Rakyat bebas menentukan keinginan dan kehendaknya, ditangan rakyatlah berkuasa. Semua itu adalah kebohongan yang diumbar oleh pengikut demokrasi sebagai penutup kedok buruk mereka untuk berkuasa. Lihatlah pasca pileg, partai sibuk koalisi untuk suksesi menuju kursi presiden. Lantas, di mana untuk rakyat?
 
Amerika Serikat sebagai negara pengekspor utama demokrasi ke berbagai negara. Membuktikan sendiri kebohongan mereka, presiden Abraham Lincoln (1860-1865) mengatakan bahwa demokrasi adalah, “from the people, by the people, and for the people.”.( dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Namun hanya sebelas tahun kemudian setelah sang presiden meninggal dunia. Presiden Amerika Serikat Rutherford B. Hayes, pada tahun 1876 mengatakan bahwa kondisi Amerika Serikat pada tahun itu adalah. ” from company, by company and for company”. (dari perusahan, oleh perusahaan dan untuk perusahaan). Presidennya sendiri mengakui kebohongan demokrasi.Kebrutalan mereka memaksa semua negera didunia untuk menerima paham sesat ini. Ada saja negara yang dengan senang hati dan bangga menerima dan memaksa rakyatnya untuk mengakui. Demokrasi hanya memberikan perubahan orang/ rezim. Bukan perubahan sistem. Justru demokrasi melanggengkan kapitalisme-sekuler dan liberalisme. Sekedar contoh, Indonesia dari awal kemerdekaan tetap menjalankan sekularisme. Memang, terjadi perubahan pendekatan mulai dari sosialisme pada orde baru, dan Noeliberalisme pada era orde reformasi. Sebaliknya, sistemnya tetapsekularisme. Perubahan yang terjadi hanyalah perubahan rezim penguasa. Dengan demikian, berharap adanya perubahan hakiki pada demokrasi ibarat punduk merindukan bulan, sangat utopis. Sungguh terlalu. Demokrasi pun menuju ketumbangan dan perlu ada sistem alternatif pengganti. Mempertahankan demokrasi, sama dengan mempertahankan kerusakan.
 
Kembali ke Islam, sistem dari Yang Maha Kuasa.
 
Ide kufur demokrasi, prinsip dasar yang tidak bisa dilepaskan adalah kedaulatan dan kekuasaan berada di tangan rakyat (as-siyadah wa as-sulthan li al-ummah). Kekuasaan di tangan rakyat tersebut diberikan oleh rakyat kepada wakil-wakilnya yang ada di parlemen sehingga mereka berdaulat guna membuat hukum-hukum sesuai dengan keinginan mereka. Di dalam Islam kedaulatan berda di tangan Asy-Syar’i, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala, artinya kedaulatan berada di tangan syariah (as-siyadah li asy-syari). Adapun kekuasaan berada di tangan rakyat, dalam demokrasi kekuasaan diberikan kepada wakil-wakil rakyat untuk membuat hukum (bukan menjalankan hukum dari Allah Subhanahu wa Ta’ala). Adapun dalam Islam, kekuasaan diberikan oleh rakyat kepada penguasa (khilafah) namun untuk menjalankan hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala, yakni syariah Islam yang bersumber dari al-Qur’an, as-sunnah, ijma sahabat dan Qiyas syar’i.
 
Di dalam demokrasi, hukum yang dibuat untuk mengurusi rakyat adalah bersumber dari akal manusia yang lemah dan serba terbatas. Akal yang tidak bisa mengetahui apa kebutuhan manusia yang lain. Sebaliknya, di dalam Islam sumber hukum untuk mengatur persioalan setiap sendi kehidupan manusia berasal dari Zat yang menciptakan akal manusia itu sendiri. Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala, Zat yanh maha tahu apa saja yang dibutuhkan oleh manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan Syariah Islam untuk mengatur semua persoalan tersebut (lihat:QS an â€"Nahl :89).
 
Saatnya menumbangkan demokrasi sistem kufur dengan sistem Islam yang berasal dari Dzat Yang Maha Tahu dan Maha Segalanya. Hanya dengan sistem Islam sajalah dapat menghantarkan kebahagian dunia dan diakhirat mewujudkan keadilan dan kesejehteraan, mengangkat harkat dan martabat, memanusiakan manusia. Sudah saatnya juga umat Islam bangkit dan bersatu menegakkan sistem Islam kaffah yaitu sistem Khilafah’ ala minhaj an â€"Nubuwwah. Semua itu hanya bisa dilakukan dengan menempuh thariqah dakwah Rasullullah Shallalahu alaihi wa sallam, bukan dengan jalan demokrasi.
 
 

__._,_.___

Posted by: "Sunny" <ambon@tele2.se>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment