Beringin Dihukum Rakyat
AMBON, AE— Kekalahan Partai Golkar di Maluku dalam Pemilu legisltaif tanggal 9 April 2014 lalu, dinilai lebih disebabkan oleh buruknya manajemen organisasi partai itu sendiri. Selain itu, merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap partai berlambang pohon beringin ini karena mengusung sejumlah caleg petahana yang tidak lagi dipercaya.
Caleg petahana sudah kurang dipercaya oleh masyarakat, sedangkan caleg baru tidak kompetetif dan tidak memiliki basis massa yang jelas. Bahkan kebanyakan wajah lama. Tidak ada penyegaran caleg," kata pengamat politik Univeritas Pattimura Ambon, Joseph Anthoni Ufie, Selasa (29/4).
Akar dari kekalahan Golkar ini, menurut Ufie akibat rapuhnya struktur dalam partai. Pengurus hingga kader partai tidak memiliki tingkat konsoliodasi yang baik. "Golkar Maluku tidak solid, rapuh, bermain sendiri, sendiri, saling bersaing tidak sehat, tidak ada figur sentral sebagai pemersatu Golkar provinsi saat ini. Banyak blok dan friksi dengan kepentingannya sendiri," ketusnya.
Karena itu, bila kegagalan ini tidak mau terulang lagi pada Pemilu mendatang maupun momen Pilkada di Maluku nanti, maka saatnya Golkar harus mengoreksi diri. "Belajar dari kegagalan saat dan mencari figur pemimpin partai yang dapat mempersatukan unsur-unsur dalam organisasi partai serta perlu penyegaran yang baru," ujarnya.
Pengamat politik Unpatti lainya, Mochtar Nepa-Nepa juag menandaskan, kekalahan partai Golkar di Maluku saaat ini merupakan wujud dari sanksi politik yang diberikan oleh masyarakat kepada partai besutan Aburizal Bakrie ini.
"Logika politiknya, degradasi politik yang dialami oleh partai Golkar adalah, ketika konstituen memberikan hukuman politik dengan cara tidak lagi mencoblos Partai Golkar maupun Caleg yang berasal dari Golkar," ungkap Nepa-Nepa.
Dia menambahkan, fenomena tersebut juga sangat diperparah oleh adanya caleg Golkar yang dinilai oleh masyarakat, tidak mempunyai track record (rekam jejak) yang baik.
Penilain yang sama disampaikan oleh pengamat politik Univeristas Kristen Indonesia Maluku (UKIM), Nicholas Retraubun. Partai Golkar di Maluku dinilainya tidak memiliki manajemen yang baik dalam mengusung caleg.
"Sekarang ini, masyarakat tidak lagi melihat pada partai, tapi lebih melihat pada siapa caleg yang di usung. Jadi, kalau yang di alami Golkar saat ini, kita bisa nilai bahwa caleg yang diusung tidak memiliki nilai jual," ungkapnya.
Hal ini, makin diperparah dengan masih di akomodirnya sejumlah kader Golkar yang saat ini telah duduk di parlemen. Sebab, para caleg petahana ini dinilai tidak memiliki perhatian yang serius terhadap kepentingan masyarakat, terutama konstuituennya ketika masih duduk di parlemen.
"Pertanyaan sederhananya, anggota petahana dari Partai Golkar ketika di atas (di parlemen), mereka melihat masyarakat seperti apa. Artinya apakah masyarakat merasakan adanya perhatian dari wakil mereka dari Golkar di parlemen atau tidak. Ini yang harus di evaluasi," katanya.
Olehnya, Retraubun berujar, bila Partai Golkar tidak ingin kekalahan ini terulang di masa mendatang, maka selain mesin partai yang harus solid, caleg yang di usung juga harus memenuhi syarat yang diminta oleh masyarakat.
"Harus disadari, bahwa masyarakat hanya memilih caleg yang mau bekerja untuk mereka. Untuk apa memaksakan caleg yang merupakan kader partai bila tidak memiliki nilai jual di masyarakat. Akan lebih baik bila mengakomodir caleg di luar partai tapi memiliki nilai jual, artinya dapat dipercaya oleh masyarakat," ujarnya. (CR3)
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
No comments:
Post a Comment