(SH/Syafnijal Datuk S)
PENJAGA PINTU KA - Ari Sohari (46), penjaga pintu perlintasan kereta api (KA) di Jalan H Komarudin, Rajabasa, Kota Bandar Lampung, sudah 11 tahun mengabdi sebagai penjaga pintu tanpa bayaran sepeser p
Di pintu rel kereta api (KA) tidak berpalang pintu di Jalan H Komarudin, Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, seorang lelaki paruh baya membawa bendera merah mengatur berbagai kendaraan yang melintasi rel kereta api. Mengenakan topi kain, pria berbadan agak gemuk itu tampak begitu menikmati pekerjaannya, meski di bawah garangnya sinar matahari.
Dia adalah Ari Sohari (46). Sudah 11 tahun Ari melakoni pekerjaannya tanpa mendapat bayaran sepeser pun dari PT Kereta Api Indonesia (KAI), atau dari Pemerintah Kota Bandar Lampung.
Dengan senyum mengembang, ia menyapa setiap orang yang lewat. Keramahannya ini menggambarkan Ari begitu dekat dengan warga yang sering melintas di pintu rel KA itu, baik yang mengemudikan kendaraan maupun yang berjalan kaki.
Awalnya banyak warga yang tak habis pikir mengapa Ari mau menghabiskan waktu dan tenaganya untuk menjaga pintu rel KA yang dalam sehari rata-rata melintas hampir 20 kali. Kereta yang lewat terdiri dari kereta angkutan batu bara rangkaian panjang (babaranjang) dari Tanjungenim, Sumatera Selatan, dan kereta penumpang Kertapati, Palembang-Bandar Lampung, serta Kotabumi-Bandar Lampung.
Kepada SH yang menemuinya akhir pekan lalu, Ari mengaku jiwa sosialnya yang begitu kuat memanggilnya untuk melakoni pekerjaan sebagai penjaga pintu perlintasan kereta api, meski tanpa dibayar. Ia terpanggil untuk menyelamatkan sesama dari kecelakaan ditabrak kereta. Ari yang sebelumnya bekerja sebagai sopir mobil tavel itu sering menyaksikan orang tertabrak kereta di perlintasan KA ini saat mengantar penumpang atau pulang ke rumahnya yang tak jauh dari situ.
Karena tidak ada palang pintu, tak heran jika perlintasan rel ini sering memakan korban. Entah karena pengemudi sepeda motor atau mobil yang kebut-kebutan, ataupun karena sesama pengemudi ingin mendahului kendaraan yang ada di depannya, dan lain sebagainya.
"Selain itu saya juga sering menyaksikan orang tabrakan di jalan. Akhirnya saya terpanggil untuk mengurangi angka kecelakaan tersebut dengan ikhlas menjaga pintu rel ini," ujar Ari yang terakhir kali menjadi sopir mobil travel jurusan Jakarta-Palembang.
Ari memulai profesi barunya sebagai penjaga perlintasan KA di awal 2002. Setiap hari, ia bekerja mulai pukul 05.00 hingga 19.00 WIB. Segala cuaca dilaluinya dengan semangat tinggi. "Kalau hujan, ya kedinginan. Kalau panas, ya kepanasan," cetus lelaki yang gemar menonton film-film perang itu. Begitu kereta akan datang, Ari segera mengangkat benderanya agar pengemudi berhenti di kedua sisi rel.
"Orang Gila"
Kebaikan hati Ari ini rupanya tak langsung mendapat sambutan positif dari warga. Banyak yang mempertanyakan motif Ari menjaga pintu rel KA. Bahkan saat sedang menimbun bagian pintu rel yang berlubang agar kendaraan tidak tersangkut di rel, ia pernah dituding gila.
"Anak saya sampai menangis begitu ada orang yang mengatakan saya orang gila," kenang ayah enam anak ini. Dari enam anaknya, hanya dua yang masih bersekolah. Yang lainnya putus sekolah karena kekurangan biaya.
Kendati begitu, ia tetap tabah dan melanjutkan tugas kesehariannya menjaga pintu rel dan mengatur arus lalu lintas yang macet setelah kereta lewat. Berbulan-bulan Ari menjalani profesi barunya tanpa mendapat bayaran, sampai tabungan dari hasil gajinya sebagai sopir menipis sehingga tidak lagi mencukupi untuk membayar kontrakan rumah, biaya dua anaknya bersekolah, dan makan sekeluarga sehari-hari.
Istrinya, Lilis Marlia, menyarankan agar Ari kembali menjadi sopir supaya anak-anak mereka bisa sekolah dan kontrakan rumah bisa dibayar. Namun Ari tetap pada pendiriannya dan berdoa agar ia diberi rezeki dari pekerjaannya menyelamatkan orang di pintu rel ini.
Benar saja, sejak itu warga yang melintas mulai merasa terbantu dan memberinya tips. Setelah tips yang kebanyakan uang recehan itu dikumpulkan, ternyata cukup untuk membiayai hidup secara sederhana. Inilah yang mendorong Ari dari bulan ke bulan hingga tahun ke tahun menjalani tugasnya dengan ikhlas.
"Saya hanya mengandalkan pada orang-orang yang memberi dengan ikhlas. Saya dikasih, ya syukur terima kasih. Enggak dikasih, ya enggak apa," sahutnya.
Meski pendapatannya dari pemberian warga hanya seadanya, Ari selalu menzakatkan dan mensedekahkan uang yang diperolehnya kepada warga miskin. Ia beralasan, masih banyak warga yang lebih memerlukan bantuan daripada dirinya. "Meskipun sama-sama kekurangan, tapi saya ingin berbagi dengan mereka yang kehidupannya lebih susah daripada saya," katanya.
Bahkan pada Hari Raya Idul Adha tahun lalu, Ari menabung pemberian warga untuk membeli kambing kurban. Kambing itu ia serahkan ke masjid dekat pintu rel KA dan dibagi-bagikan ke warga miskin.
Diundang Gubernur
Kisah Ari akhirnya terdengar hingga ke PT KAI. Akhir 2007, PT KAI mengundang Ari untuk mengikuti sosialisasi tentang perlintasan kereta api di sebuah hotel di Bandar Lampung. Sejak itu, nama Ari mulai diberitakan di sejumlah media lokal berkat kemuliaan hatinya menjaga pintu rel KA.
Atas bantuan rekan-rekan wartawan, Ari diusulkan ke PT KAI Sub Divre Bandar Lampung agar diberi honor dalam bertugas. Namun hingga kini, belum ada jawaban.
Melihat kegigihan Ari menjaga pintu rel KA, tahun 2010 Camat Rajabasa membuat proposal ke Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandar Lampung agar dibangun pos jaga di pintu perlintasan KA ini. Dishub Kota Bandar Lampung kemudian membangun pos jaga permanen agar Ari tidak kehujanan dan berpanas-panasan dalam bertugas.
Camat juga sudah mengajukan permohonan kepada Wali Kota Bandar Lampung agar Ari mendapat honor atas jasanya menjaga pintu rel KA. Tapi, lagi-lagi permohonan tersebut belum membuahkan hasil.
Sekitar dua bulan lalu, Metro TV mengutus reporter dan juru kameranya meliput kegiatan Ari. Tayangan aktivitas Ari ini ternyata ditonton Gubernur Lampung Sjachroedin ZP. Beberapa hari kemudian, utusan gubernur datang menjemput Ari dan keluarga untuk diundang makan bersama di Mahan Agung–rumah dinas gubernur.
Selain Ari, gubernur juga mengundang penjaga pintu rel KA lainnya, tukang memandikan jenazah, penjaga masjid, dan penyapu jalan. Sepulang dari rumah gubernur, Ari dan keluarganya dihadiahi bingkisan.
Di tengah perhatian dan rezeki yang diperolehnya, Ari masih menyimpan harapan pada pemerintah. Karena sering terjadi kecelakaan di perlintasan KA yang dijaganya, ia berharap pemerintah akan melebarkan Jalan H Komarudin. Apalagi jalan ini merupakan pintu gerbang Kota Bandar Lampung dari Kabupaten Lampung Selatan.
"Saya berharap kepada pemerintah agar Jalan H Komarudin makin baik sehingga arus lalu lintas lancar sehabis kereta lewat," ujarnya.
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
No comments:
Post a Comment