Kawanan perampok yang beraksi di toko Dunia
International Taylor, Jalan Gatot Subroto, Medan,
ternyata menggunakan informan polisi yang bertugas Unit Kejahatan dengan
Kekerasan (Jahtanras) Polresta Medan.
Otak perampokan, Sajudin (45) mengakui toko baju Dunia International
Taylor, bukan target utama kelompoknya. Target utama mereka adalah
distributor pulsa Transfuter di Jalan Wahidin, Medan.
Dengan tampak masih menahan rasa sakit akibat timah panas yang
bersarang di paha kirinya, Sajudin yang ditemui Tribun dari balik jeruji
tempat perawatannya, RS Bhayangkara Medan, Minggu (24/2/2013) sore,
menceritakan sasaran Transfuter yang beromzet miliaran rupiah per hari
diketahuinya dari Bripka Burhan Nababan.
Tujuh dari sembilan kawanan perampok antarprovinsi yang dilumpuhkan
dengan timah panas oleh Unit Jatanras Polresta Medan saat tertangkap
beraksi di toko baju Dunia International Taylor, Jalan Gatot Subroto,
Medan, Sabtu (23/2/2013).
Mereka adalah Sajudin (45), Yadi (32), Heru Pinem (23), Suib Muzakir
(37), Puji Adi (28), Ance Mahendra alias Victor (31), Hamdani Ismail
alias Abu (43).
Mereka mengikat pasangan suami-istri pemilik toko, Syahril dan
Mismuna yang baru saja pulang dari mengantar anaknya sekolah. Modusnya
dengan berpura-pura mau menjahit pakaian.
Sajudin mengaku sasaran itu sudah diketahuinya sejak dikatakan
anggota unit Jatanras Satreskrim Polresta Medan itu sejak Ramadhan 2012.
Sajudin kala itu bertemu dengan Bripka Burhan di kawasan Kompleks Asia
Mega Mas, Medan.
"Yang kasih tahu di situ (Transputer) perputaran uangnya miliaran
dari teman saya, anggota Polresta Medan bernama Burhan Nababan. Kami
memang sudah lama tak ketemu. Dulunya kami satu kampung di Kutacane,
Aceh Tenggara," ujar Sajudin sambil berbarang berbicara dalam jarak
sekitar tujuh meter dari pintu jeruji besi.
Menurut Sajudin, bila berhasil 'main' di distributor penjualan pulsa
itu, kesepakatannya pembagian dengan Burhan Nababan serta kelompoknya
adalah 20:80.
"Kesepakatannya kami (dirinya dan Burhan) minta 20 persen, sedangkan dengan mereka (kelompok) yang kerja 80 persen. Dari 20 persen itu, saya dan Nababan 10 persen masing-masing," katanya dengan tekanan suara sedikit menguat.
"Kesepakatannya kami (dirinya dan Burhan) minta 20 persen, sedangkan dengan mereka (kelompok) yang kerja 80 persen. Dari 20 persen itu, saya dan Nababan 10 persen masing-masing," katanya dengan tekanan suara sedikit menguat.
Sajudin mengaku terakhir komunikasi dengan Burhan sehari sebelum
mereka merencanakan aksi perampokan di distributor pulsa, di Jalan
Wahidin, Medan.
"Karena kami mau 'turun', ku telpon dia. Aku pesan agar keamanan kami dijaga-jaga. Dia jawab "iya"," ujar Sajudin lagi.
Namun, saat dilakukan pemantauan oleh komplotannya dari dalam mobil
ketika melintasi Jalan Wahidin, tepat di sekitar sasaran tampak banyak
anggota Brimob. Sehingga kelompoknya mengurungkan niat dan hanya
melihat-lihat saja.
"Mereka (komplotan) bilang nggak bisa dikerjai, karena terlihat ramai
polisi. Bukan si Nababan yang bilang, karena sejak ku bilang kami mau
turun, terus kami sudah putus kontak," ujarnya.
Selanjutnya karena gagal, mereka memutuskan berkeliling-keliling Kota Medan.
"Karena sudah tidak ada uang lagi, akhirnya kami spontan merencanakan aksi perampokan di toko baju Dunia International Taylor.
Sajudin yang mengaku menjual pulsa di Kutacane mengatakan baru pertama kali melakukan perampokan di Medan.
"Cuma baru ini," ujar pria kelahiran Tanah Karo itu.
Beberapa tersangka lain mengaku tidak tahu menahu rencana itu.
"Kami tidak tahu, antara kami saja tidak saling mengenal satu dan
lainnya. Baru pertama ini kami jumpa, kenalnya waktu mau merampok saja,"
ujar tersangka Ance Mahendra alias Victor yang juga masih terbaring
akibat timah panas bersarang di kakinya.
Tersangka bernama Yadi yang disebut-sebut mantan anggota TNI tak mau
berbicara saat dilemparkan beberapa pertanyaan kepadanya. Sementara
beberapa tersangka lainnya tampak tertidur pulas.
Wakil Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Medan, AKP
Hendra ET mengatakan penyidik telah menetapkan Bripka Burhan dan dua
orang sipil yang belum diketahui identitasnya ditetapkan jadi tersangka
kasus perampokan tersebut.
Ia mengakui tersangka Bripka Burban berperan sebagai pemantau dan pemberi informasi kepada para pelaku perampokan tersebut.
"Sebagai informan kepada para pelaku perampokan tersebut, dia ikut
menggambar dan memberi informasi. Dari hasil pemeriksaan, tiga orang
yang baru ditangkap, hanya dua yang ditetapkan menjadi tersangka. Satu
orang lagi statusnya saksi," kata Hendra,
No comments:
Post a Comment