Saturday, October 12, 2013

[media-jabar] Belajar dari Media Koperasi di Jerman

 

Belajar dari Media Koperasi di Jerman
Oleh: Wisnu Prasetya Utomo

Konglomerasi media di Indonesia telah berada pada titik yang mengkhawatirkan. Konsentrasi kepemilikan di tangan segelintir pemodal membuat media mengabaikan kepentingan publik. Hal ini misalnya bisa dilihat dari berita-berita, baik di media cetak maupun televisi, yang menunjukkan keberpihakannya kepada pemilik modal. Pertanyaannya, bagaimana cara melepaskan diri dari jerat konglomerasi ini?   
Untuk menjawab pertanyaan itulah Gerakan Literasi Indonesia (GLI) menyelenggarakan diskusi bertajuk "Media Kooperasi: Die Tageszaitung" di Djendelo Café, Yogyakarta, 10 Oktober 2013 lalu. Die Taegeszaitung, yang biasa disebut taz, merupakan koran alternatif berbasis koperasi yang bisa lepas dari jerat konglomerasi media di Jerman.
Membuka diskusi, mantan redaktur taz Anett Keller mengatakan bahwa kelahiran taz di tahun 1979 tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial politik yang muncul di Jerman saat itu. Taz merupakan ikhtiar anak-anak muda yang mencari media alternatif sebagai ruang publik baru. Alasannya, ruang publik dan hak asasi dipersempit oleh negara yang semakin represif menghadapi kelompok teroris RAF (Red Army Faction).
"Anak-anak muda merasa bahwa media mainstream tidak mewakili aspirasi mereka sama sekali," ujar Anett. Kegelisahan anak-anak muda tersebut kemudian melahirkan sebuah kongres yang sangat terkenal dalam sejarah gerakan sosial di Jerman: kongres Tunix. Kongres yang diadakan bulan Januari 1978 di Berlin ini melahirkan beberapa gerakan yang bertahan sampai sekarang dan cukup mempengaruhi peta politik di Jerman, seperti partai hijau, parade Christopher Street Day untuk LGBT, dan tentu saja koran harian alternatif taz.
Baca selengkapnya >> www.remotivi.or.id
--
REMOTIVI
"Hidupkan Televisimu, Hidupkan Pikiranmu"
www.remotivi.or.idTwitter | Facebook


Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di Indonesia. Cakupan kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media dan advokasi yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat, (2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi, dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan yang bermutu, sehat, dan mendidik.

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment