Thursday, October 10, 2013

[media-jabar] SIARAN PERS Pembukaan "copy select all", Pameran & Proyek Seni oleh Poklong Anading; Jumat, 18 Oktober 2013, Pk. 19.00 WIB; Amphiteater - SSAS

Kepada Yth.

Redaktur Budaya

Di Tempat


Siaran Pers

 

copy select all

Pameran dan Proyek Seni oleh Poklong Anading

 

18 Oktober – 10 November 2013

Selasar Sunaryo Art Space

Jalan Bukit Pakar Timur 100 Bandung 40198

www.selasarsunaryo.com

 

Dokumentasi proses workshop “Plateaux”

2013

Fotografer : David Maru

Gambar hak cipta Selasar Sunaryo Art Space

 

Selasar Sunaryo Art Space bekerja sama dengan Manila Contemporary dan Valentine Willie Special Projects dengan bangga mempersembahkan copy select all, sebuah pameran dan presentasi proyek seni oleh Poklong Anading. Pameran akan dibuka oleh Tisna Sanjaya pada hari Jumat, 18 Oktober 2013 pukul 19.00 WIB di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung.

 

Poklong Anading (lahir di Manila, Filipina, 1975) adalah salah seorang seniman muda Filipina yang karya-karyanya paling banyak diperbincangkan saat ini. Lulus dari Studio Seni Lukis, University of the Philippines, Diliman (1999), Poklong tak pernah bersikap fanatik pada penggunaan media artistik tertentu. Ia justru bekerja dengan media beragam. Meski sering menampilkan instalasi, video dan fotografi, Poklong menganut mazhab ‘seni konsep’, di mana gagasan adalah aspek yang paling penting dari karya dan praktik seni. Baginya, pemilihan media harus mengikuti gagasan artistik, bukan sebaliknya.

 

Judul pameran ini -- copy select all -- seperti mewakili karakter dan sikap kesenian Poklong selama ini. Di jaman teknologi informasi seperti sekarang, kata-kata ‘copy’ (salin) dan ‘select all’ (pilih semua) sudah pasti akrab terdengar. Akan tetapi penjajaran kata-kata tersebut menjadi sebuah frasa adalah suatu pengingkaran terhadap aspek keteraturan dan kohesi dalam konvensi linguistik. Kesenian Poklong pada dasarnya merupakan penjelajahan asosiasi-asosiasi gagasan yang serba tak pasti dan ambigu. Karya-karyanya selalu mengelak dari tafsir sederhana dan hubungan-hubungan logis antara material, idiom dan teknik.

 

Selama ini Poklong banyak mengais gagasan-gagasannya dari jalanan beserta ruang dan aktivitas sosial yang terbentuk di sekitarnya. Ia tertarik pada jarak dan ketegangan antara fenomena ‘biasa’ dan ‘tak biasa’. Selama dua bulan tinggal dan bekerja di Bandung, ia tertarik mengamati fenomena keseharian di jalanan yang khas urban: lubang-lubang jalan, pengemis, pengamen, doger monyet dan polisi cepek. Meskipun pemandangan yang serupa bisa ia temukan di Manila dan kota-kota lain di dunia, keberadaannya dan kedekatannya secara fisik dengan ruang sosial Bandung mempengaruhi caranya memahami banyak hal lain secara baru, termasuk seri karya yang ia pernah kerjakan sebelumnya. Dalam pameran kali ini, ia mengolah kembali ‘Anonimity’ dan ‘Dragon Kite‘ -- dua seri karya yang pernah melambungkan namanya -- ke dalam dua karya instalasi baru di ruang pamer Selasar Sunaryo Art Space.

 

Poklong Anading dikenal melalui partisipasinya dalam sejumlah pameran internasional, antara lain ‘Gwangju Biennale’ (2002 dan 2012); ‘Fluid Zones - Jakarta Biennale’ (2009); ‘Phantoms of Asia: Contemporary Awakens the Past’ (Asian Art Museum, San Francisco, 2012) dan; ‘No Country’ (Guggenheim Museum, New York, 2013). Poklong adalah penerima penghargaan the 12th Gawad CCP for Experimental Video (2000); The Thirteen Artists Awards (2006); dan Ateneo Art Awards (2006 dan 2008).

 

copy select all juga menampilkan presentasi dua proyek seni yang dihasilkan dari proses interaksi Poklong dengan seniman-seniman dan musisi di Bandung. Selama beberapa minggu, Poklong -- dibantu kurator muda Yacobus Ari Respati -- mengembangkan sebuah lokakarya / workshop yang menekankan suatu metode / pendekatan konseptual terhadap suatu objek dan fenomena keseharian. Proyek pertama, Plateaux -- diikuti oleh Abshar Platisza, Agung Bezharie Hadinegoro, Aulia Ibrahim Yeru, David Maru, Dea Aprilia, Diana Trace N. Hari, Happy Mayorita, Ivan Reyhan, Muhammad Faisal, Puja Anindira, Sandy Adithia, Siti Nur Fauziana dan Yanuar Ghiffary -- menampilkan hasil dari intervensi terhadap ruang-ruang di jalan raya. Sementara yang kedua, If Listening is a Performance, adalah proyek yang menampilkan kolaborasi antara sejumlah musisi elektronik -- diikuti oleh Bottle Smoker (Anggung ‘Angkuy’ Suherman dan Ryan  ‘Nobie’ Adzani), Bagus Pandega, Botfvck, Fluxminimix, Gustaff Hariman Iskandar, Iman Jimbot dan Kimung -- yang merespon instalasi Poklong ‘Perahu‘ di Amphitheater, Selasar Sunaryo Art Space.”

Agung Hujatnikajennong

Kurator Pameran

 

Adapun detail kegiatan adalah sebagai berikut;

Pembukaan                : Jumat, 18 Oktober 2013, pk. 19.00 WIB

Dibuka oleh Tisna Sanjaya

Di Amphiteater

Dilanjutkan dengan tur pameran bersama seniman dan pertunjukan proyek musik eksperimental.

 

Durasi Pameran        : 18 Oktober – 10 November 2013

Ruang B & Ruang Sayap - Selasar Sunaryo Art Space

Jl. Bukit Pakar Timur No. 100

Bandung 40198

 

Besar harapan kami bahwa rekan-rekan jurnalis berkenan untuk meliput dan menghadiri kegiatan ini, mengingat pentingnya peran media massa dalam mewartakan kegiatan-kegiatan seni budaya di Indonesia. Terima kasih banyak atas perhatian dan kerja sama yang diberikan.


Hormat kami,

Selasar Sunaryo Art Space

 

 

Elaine V. B. K.

Program Manager

 

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Elaine VBK

(Program Manager SSAS)

+62 813 2000 9997

program@selasarsunaryo.com

Chabib Duta Hapsoro

(Kurator SSAS)

+62 812 2501 0215

 

 

 

Dokumentasi workshop “Plateaux”

Seniman : Diana “Trace” N. Sari

2013

Fotografer : David Maru

Gambar hak cipta Selasar Sunaryo Art Space

 

 

No comments:

Post a Comment