DI tengah hiruk pikuk penghitungan hasil pemilihan umum legislatif yang kini tengah berlangsung, menyeruak sebuah berita yang kurang menyenangkan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengabarkan perekonomian nasional triwulan I 2014 hanya mampu tumbuh 5,21%. Itu berarti laju pertumbuhan produk domestik bruto yang pada awal tahun lalu masih di atas 6% terus melambat. Sendi-sendi perekonomian makin lesu.
Di sisi lain, BPS mengeluarkan data terbaru tentang angka pengangguran. Sekilas data tersebut tampak menghibur. Pada Februari 2014 tingkat pengangguran terbuka tercatat 5,7%, turun cukup siginifikan bila dibandingkan dengan angka pada Agustus 2013 yang masih di atas 6%.
Namun, bila diselisik lebih jauh, kemampuan perekonomian nasional dalam mencetak lapangan kerja baru turun drastis. Sepanjang setahun sejak Februari 2012, hanya tercipta 50 ribu lapangan kerja baru. Padahal, pada periode sebelumnya sebanyak 460 ribu lapangan kerja tercipta.
Muncul pertanyaan bagaimana bisa terjadi pertumbuhan ekonomi tengah melambat, tapi angka pengangguran turun, sedangkan pertumbuhan lapangan kerja juga menciut? Tudingan bahwa pemerintah sengaja mengubah metodologi penghitungan agar angka pengangguran mencapai target pun bermunculan.
Kecurigaan itu wajar mengingat kondisi yang tampak di lapangan berbeda dengan catatan statistik. Pemerintah boleh saja berbangga bahwa perekonomian Indonesia sempat berada di urutan kesepuluh terbesar di dunia pada 2011. Ketika itu, Indonesia mencapai pertumbuhan 6,5% dengan angka pengangguran 6,56%.
Namun, di saat yang sama ketimpangan pendapatan perlahan kian melebar, ditandai dengan rasio Gini yang merangkak naik. Orang kaya semakin kaya, sedangkan orang berpenghasilan rendah yang tidak mampu menaikkan taraf hidup makin banyak.
Banyak kalangan menilai itu menunjukkan kualitas pertumbuhan ekonomi yang rendah. Tiap persen pertumbuhan hanya mampu menyediakan sekitar 200 ribu lapangan kerja baru.
Kini, dengan kualitas yang tetap rendah, laju pertumbuhan pun terus menurun. Sudah begitu, hanya 50 ribu lapangan kerja baru yang bisa dihasilkan, dengan jumlah angkatan kerja terus naik. Wajar belaka bila muncul kekhawatiran Indonesia tengah berada di ambang ledakan pengangguran.
Ajang pemilu kali ini semestinya menjadi peringatan bagi para calon pemimpin baru yang akan menjalankan roda pemerintahan periode berikutnya. Sudah terlambat bagi rakyat untuk berharap dari pemerintah saat ini.
Tugas yang amat berat menanti di depan. Tantangan menumbuhkan perekonomian dengan penciptaan lapangan kerja masif tidak boleh dianggap sepele.
Sektor-sektor produksi yang menyerap banyak tenaga kerja harus disokong penuh. Bila lapangan kerja domestik diprediksi tidak mencukupi, segera sasar pasar global. Itu artinya kompetensi sumber daya manusia mau tidak mau mesti dipacu.
Tidak ada ruang untuk bekerja setengah-setengah dan memolesnya dengan angka-angka ekonomi yang tampak mentereng. Indonesia tengah melangkah menuju era ketika jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar ketimbang usia nonproduktif. Jangan sampai bonus demografi tersebut justru berubah menjadi bencana.
Di sisi lain, BPS mengeluarkan data terbaru tentang angka pengangguran. Sekilas data tersebut tampak menghibur. Pada Februari 2014 tingkat pengangguran terbuka tercatat 5,7%, turun cukup siginifikan bila dibandingkan dengan angka pada Agustus 2013 yang masih di atas 6%.
Namun, bila diselisik lebih jauh, kemampuan perekonomian nasional dalam mencetak lapangan kerja baru turun drastis. Sepanjang setahun sejak Februari 2012, hanya tercipta 50 ribu lapangan kerja baru. Padahal, pada periode sebelumnya sebanyak 460 ribu lapangan kerja tercipta.
Muncul pertanyaan bagaimana bisa terjadi pertumbuhan ekonomi tengah melambat, tapi angka pengangguran turun, sedangkan pertumbuhan lapangan kerja juga menciut? Tudingan bahwa pemerintah sengaja mengubah metodologi penghitungan agar angka pengangguran mencapai target pun bermunculan.
Kecurigaan itu wajar mengingat kondisi yang tampak di lapangan berbeda dengan catatan statistik. Pemerintah boleh saja berbangga bahwa perekonomian Indonesia sempat berada di urutan kesepuluh terbesar di dunia pada 2011. Ketika itu, Indonesia mencapai pertumbuhan 6,5% dengan angka pengangguran 6,56%.
Namun, di saat yang sama ketimpangan pendapatan perlahan kian melebar, ditandai dengan rasio Gini yang merangkak naik. Orang kaya semakin kaya, sedangkan orang berpenghasilan rendah yang tidak mampu menaikkan taraf hidup makin banyak.
Banyak kalangan menilai itu menunjukkan kualitas pertumbuhan ekonomi yang rendah. Tiap persen pertumbuhan hanya mampu menyediakan sekitar 200 ribu lapangan kerja baru.
Kini, dengan kualitas yang tetap rendah, laju pertumbuhan pun terus menurun. Sudah begitu, hanya 50 ribu lapangan kerja baru yang bisa dihasilkan, dengan jumlah angkatan kerja terus naik. Wajar belaka bila muncul kekhawatiran Indonesia tengah berada di ambang ledakan pengangguran.
Ajang pemilu kali ini semestinya menjadi peringatan bagi para calon pemimpin baru yang akan menjalankan roda pemerintahan periode berikutnya. Sudah terlambat bagi rakyat untuk berharap dari pemerintah saat ini.
Tugas yang amat berat menanti di depan. Tantangan menumbuhkan perekonomian dengan penciptaan lapangan kerja masif tidak boleh dianggap sepele.
Sektor-sektor produksi yang menyerap banyak tenaga kerja harus disokong penuh. Bila lapangan kerja domestik diprediksi tidak mencukupi, segera sasar pasar global. Itu artinya kompetensi sumber daya manusia mau tidak mau mesti dipacu.
Tidak ada ruang untuk bekerja setengah-setengah dan memolesnya dengan angka-angka ekonomi yang tampak mentereng. Indonesia tengah melangkah menuju era ketika jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar ketimbang usia nonproduktif. Jangan sampai bonus demografi tersebut justru berubah menjadi bencana.
__._,_.___
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment