Thursday, April 24, 2014

[batavia-news] Menindak para Pelancung

 

Untuk melihat video footage, click situs :
 
 

Menindak para Pelancung

Selasa, 15 April 2014
 
PEMILU Legislatif 2014 sudah berlalu. Kendati masih ada pemungutan suara ulang di sejumlah tempat pemungutan suara di 17 provinsi, kondisi tersebut tidak signifikan untuk menilai bahwa pemilu kali ini berlangsung buruk.

Secara umum, Pemilu 2014 berlangsung lancar dan sukses. Namun, adagium 'tidak ada yang sempurna' memang masih melekat dalam penyelenggaraan kontestasi dan kompetisi demokrasi kali ini.

Di sana-sini kita masih saja mencium aroma kecurangan terjadi. Saat dokumen hasil rekapitulasi suara yang tertuang dalam formulir C-1 dibawa ke kabupaten untuk dipindai KPU, banyak yang belum yakin bahwa dokumen hasil pemungutan suara tersebut tidak 'dibajak' di tengah jalan.

Laporan berbagai saksi dan pemberitaan media massa juga menunjukkan aksi politik uang masih terjadi, dengan beragam modus. Bahkan, tak sedikit laporan yang menyebutkan ada upaya 'main mata' antara caleg dan penyelenggara pemilu. Tak sedikit pula surat suara yang telah dicoblos.

Karena itu, kita menyaksikan dari pemilu ke pemilu, demokrasi berhenti sebagai pesta yang gaduh dan seronok. Hampir di setiap sudut kota dan desa, jalanan dan ruang publik menjelma menjadi ruang penampakan wajah politisi.

Juga, ruang-ruang demokrasi masih dikotori transaksi terang-terangan jual beli kursi. Politik transaksional pun menjadi kelaziman, bukan lagi kezaliman.

Triliunan rupiah uang rakyat sudah terkuras untuk memenuhi extravaganza pesta demokrasi. Di tengah hiruk pikuk pesta, banyak orang mabuk kepayang serta melupakan pokok persoalan, bahwa demokrasi lebih dari sekadar ledakan perhimpunan, pesta pemilihan, atau rebutan kekuasaan.

Demokrasi melalui pemilu mestinya menjadi modus pencapaian kekuasaan yang seharusnya lebih menjunjung tinggi daulat rakyat dengan proses-proses yang sehat. Kenyataan tersebut menunjukkan surplus kebebasan yang diraih belum mampu membebaskan rakyat dari belenggu penderitaan, pula membebaskan sebagian elite dari tabiat curang.

Dalam perspektif tersebut, masalah kita bukanlah defisit kebebasan, melainkan defisit keadilan. Sumber ketidakadilan politik hari ini bermula dari melambungnya ongkos kekuasaan.

Banjir uang yang mengalir ke dunia politik ternyata membawa polusi pada kehidupan publik. Segala nilai dikonversikan dalam nilai uang, tanpa mengindahkan proses penting.

Sebab itu, sedari awal kita ingatkan bahwa demokrasi yang sejati bersumber dari proses-proses yang sejati, yakni yang meletakkan etika politik di atas hasrat memburu kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.

Pemilu sebagai bagian vital bagi proses pelembagaan demokrasi tak boleh lagi terus-menerus dikotori perilaku curang. Cara paling ampuh memutus mata rantai kecurangan dengan menegakkan sanksi setegak-tegaknya. Kalau sanksi itu berujung pada pembatalan perolehan suara caleg, itu pun harus dilakukan demi menegakkan muruah demokrasi.

Jangan menoleransi kecurangan dalam bentuk apa pun. Kecurangan atau kesalahan yang ditoleransi akan dianggap sebagai kebenaran sehingga kecurangan pun akan terjadi di pemilu-pemilu mendatang. Negeri ini harus keluar dari lingkaran setan kecurangan demi meraih peradaban yang bermartabat.
 

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment