(dok/antara)
Seorang polisi melintas di antara tumpukan kantong pasir yang dipasang di depan pintu masuk kantor Satlantas Polres Palu, Sulawesi Tengah, Senin (3/6).
JAKARTA-Aksi teror di Indonesia akan terus terjadi selama empat pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bineka Tunggal Ika) masih menjadi dasar dalam bernegara. Itu karena aksi teror bertujuan mengubah dasar dan konstitusi negara sesuai dengan syariat Islam.
Demikian diungkapkan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT), Ansyaad Mbai kepada SH di Jakarta, Senin (3/6). "Target mereka adalah mengubah empat pilar bangsa, selama itu masih ada kan mereka tidak akan bisa mendirikan negara agama. Mereka ingin membentuk negara agama, memformalkan negara dengan dasar syariat Islam," kata Ansyaad Mbai.
Menurut Ansyaad, saat ini sudah tidak terlampau penting lagi untuk memetakan aksi teroris berasal dari kelompok atau jaringan mana. Pasalnya, setiap aksi teroris meskipun berbeda jaringan tetap saja memiliki satu tujuan, yakni mengubah dasar negara.
"Nama dan kelompok mana untuk sekarang itu sudah tidak terlalu penting. Sejak 2010, mereka itu dari berbagai kelompok menyatu di Aceh, kemudian bercerai berai lagi, lalu pada suatu saat mereka akan menyatu kembali. Rencana mereka di Poso seperti itu. Jadi sudah nggak penting lagi jaringan teroris mana," ujarnya.
Untuk mengatasi kasus teror ini, Ansyaad Mbai mengatakan persoalan ini bukan hanya menjadi kewajiban atau tanggung jawab pemerintah semata, tapi seluruh komponen bangsa, terutama organisasi keagamaan sebagai lembaga yang berwenang dan paling kredibel mengatasi persoalan itu.
"Kita semua bertanggung jawab, tidak bisa hanya satu instansi tapi ini harus bangsa. Radikalisme mereka ini kan mengatasnamakan agama, sedangkan pemerintahkan tidak bisa ikut terlalu dalam mencampuri urusan agama. Ormas-ormas agamalah yang berwenang dan paling kredibel mengatasi itu," imbuhnya.
Menko Polhukam Djoko Suyanto menyatakan butuh waktu dan kesabaran berhadapan dengan kelompok radikal. Karena itu, upaya deradikalisasi memang perlu dilakukan oleh banyak pihak.
"Meskipun sudah banyak yang ditangkap, nyatanya memang masih ada orang-orang seperti itu," kata Djoko Suyanto, Senin (3/6), menanggapi kasus pengeboman di Poso, Sulawesi Tengah.
Djoko mengatakan, BNPT memang telah memberi laporan soal masih adanya orang-orang dari kelompok radikal. Karena itu, menurutnya, segala upaya pencegahan dan pemberantasan terorisme harus terus dilakukan. "Perlu waktu dan kesabaran berhadapan dengan orang yang punya mind set seperti itu," ujarnya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Boy Rafli Amar menuturkan, tim Mabes Polri juga hari ini telah memberangkatkan tim ahli DNA untuk segera memeriksa dan mengambil sampel DNA yang bersangkutan.
Mengenai apakah kepolisian sudah mengidentifikasi dalang bom bunuh diri, Boy menuturkan jika kepolisian melihat peristiwa ini masih dilakukan oleh pelaku tunggal.
"Setelah diketahui, kami berharap akan mengetahui lebih utuh kapan dan di mana mereka mempersiapkan bom rakitan yang mereka bawa ini. Kendaraan siapa yang digunakan, kami harap juga bisa terjawab. Jadi saat ini kita sedang mencari tahu siapa pemilik atau asal usul sepeda motor. Sepeda motor ini sedang ditelusuri dan jati diri pelaku sedang dicari," ujarnya.
Menurutnya, aksi di Mapolres Poso merupakan bagian dari kegiatan kelompok teror yang kerap melakukan hal serupa di beberapa tempat. Seperti tahun lalu di Cirebon, penyerangan petugas seperti di Surakarta dan tempat-tempat lainnya, ia menambahkan.
Boy memastikan kepolisian terus mengembangkan lebih lanjut terhadap pencarian kelompok jaringan teror yang selama ini masih dianggap sebagai buronan atau yang masuk dalam DPO.
Autopsi
Dari Palu, Sulawesi Tengah, dilaporkan, mayat pelaku peledakan bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Poso akhirnya tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Senin. Mayat yang belum diketahui identitasnya ini langsung dibawa ke ruang Instalasi Forensik untuk dilakukan autopsi.
Jenazah yang sudah tak berbentuk akibat ledakan bom bunuh diri tersebut tiba di RS Bhayangkara Polda Sulteng sekitar pukul 05.20 Wita, dengan pengawalan aparat Brimob Polda Sulteng.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Aridono mengatakan, untuk mengenali identitas pelaku bom bunuh diri tersebut perlu pemeriksaan lebih lanjut.
"Kami juga masih menunggu hasil pemeriksaan dari Tim Labfor (Laboratorium Forensik), termasuk juga tim DVI (Disaster Victim Identification) untuk mengidentifikasi korban yang sulit dikenali," kata Kapolda Aridono, saat dihubungi SH, Selasa (4/6).
Kapolda Aridono juga menekankan bahwa pelaku bom bunuh diri tersebut menargetkan anggota polisi. Namun bom telanjur meledak sebelum mencapai sasaran. Kapolda juga belum memastikan dari kelompok mana pelaku bom bunuh diri tersebut.
Menurut Aridono, peristiwa ledakan terjadi sekitar pukul 08.03 Wita. Pelaku adalah seorang laki-laki yang diduga usianya sekitar 35 tahun. "Pelakunya mengenakan jaket berwarna hitam yang mengendarai motor bebek. Saat petugas jaga kita menegur, pelaku tak mengindahkan. Langsung masuk saja ke halaman Polres. Tiba-tiba terdengar suara ledakan keras. Untung tidak ada korban dari anggota kita," jelas Kapolda Aridono.
Kepala Hubungan Masyarakat Polda Sulteng Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Soemarno mengatakan, lebih dari 10 saksi dari anggota polisi Resor Poso sudah dimintai keterangan terkait aksi bom bunuh diri tersebut.
Pascaledakan bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Poso, penjagaan diperketat dan diimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak ketakutan. Warga diminta segera melaporkan ke kantor polisi terdekat jika ada sesuatu yang mencurigakan.
Pascaledakan bom bunuh diri, dilaporkan situasi Kota Poso masih aman dan kondusif. Aktivitas warga tetap berjalan lancar seperti biasa, begitu pula dengan arus lalu lintas kendaraan tetap berjalan lancar seperti biasa.
Aktivitas Warga Normal
Salah seorang warga, Bambang, kepada SH mengaku aksi ledakan bom bunuh diri tak memengaruhi aktivitasnya yang saban hari berjualan ikan bakar. Demikian halnya dengan para pengunjung warungnya, tetap lancar dan tidak terpengaruh dengan adanya ledakan bom bunuh diri tersebut.
"Awalnya memang waswas juga, tapi tidak lama sudah berjalan normal. Saya punya pembeli banyak datang makan di sini," kata Bambang.
Begitupun Ridwan, pedagang yang berjualan di dekat kantor Polres. Perasaan waswas juga dialami, namun kemudian kembali normal. Ia berharap jangan lagi ada bom di Poso.
"Kita ini kasihan mau cari hidup untuk makan. Kalau begini terus susah juga kita. Apa jadi tidak tenang juga kita," kata Ridwan.
Poso adalah daerah yang berjarak sekitar 210 kilometer dari Kota Palu. Daerah ini pernah dilanda konflik berlatar suku agama ras dan antargolongan (SARA) sejak1998-2008. Konflik yang tadinya horizontal bergeser menjadi konflik vertikal.
Daerah Poso menjadi tempat persembunyian dan pelatihan sejumlah kelompok sipil bersenjata di bawah Jamaah Islamiah, Al-Qaeda, dan kelompok lainnya termasuk sekarang disebut adanya Kelompok Santoso.
Sejumlah kejadian sporadis kerap terjadi di wilayah bekas konflik horizontal ini. Seperti pembunuhan dua anggota polisi di Gunung biru dan penyerangan anggota polisi saat patroli.
Antisipasi
Kepolisian Daerah Kalimantan Barat meningkatkan kewaspadaan hingga ke jajaran polisi sektor (polsek) untuk mengantisipasi bom bunuh diri sebagaimana telah terjadi di Mapolres Poso, Senin (3/6).
"Ini ancaman serius yang tidak bisa dianggap remeh. Kendati wilayah Kalimantan Barat relatif aman dari ancaman terorisme, jajaran kepolisian tidak boleh kecolongan," kata Kapolda Kalbar Brigjen Tugas Dwi Apriyanto di sela pembukaan Pendidikan Bintara Pengendalian Masyarakat (Dalmas) Tahun Anggaran 20013 di Mapolda Kalbar, Pontianak, Senin.
Menurut Apriyanto, permasalahan terorisme sudah merupakan musuh bersama segenap lapisan masyarakat. Karena itu, harus ada sikap saling bahu-membahu agar suasana yang menimbulkan rasa takut masyarakat bisa dieliminasi.
Apriyanto mengungkapkan, peningkatan kewaspadaan di jajaran institusi Polri di Kalimantan Barat dijamin tidak akan membuat masyarakat takut untuk berurusan dengan kelembagaan Polri. (Erna Dwi/Vidi Batlolone/Aju)
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
No comments:
Post a Comment