Salah Memilih, Menyesal 5 Tahun
Rakyat Harus Cerdas Memilih Presiden
[JAKARTA] Ketua Umum GP Anshor, Nusron Wahid meminta masyarakat agar cerdas memilih presiden pada Pemilu 2014 agar tidak menyesal selama lima tahun.
"Pemilu tahun depan, rakyat harus cerdas memilih. Kalau kita salah memilih lagi, kita harus menunggu lima tahun kemudian," katanya dalam diskusi "Pancasila Jiwa Bangsa" di Jakarta, Minggu (2/6).
Hadir sebagai pembicara Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, Dekan Eksekutif Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan John Riady, dan dosen Fisip UI Bambang Shergi Laksmono.
Menurut Nusron, sistem demokrasi yang saat ini berlangsung telah gagal membuat masyarakat Indonesia sejahtera.
Hal itu disebabkan oleh perilaku para elite politik terutama di jajaran pemerintah yang tidak menjalankan amanah dan semangat Pancasila.
"Kalau sistem demokrasi belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berarti tokoh-tokoh demokrasi penguasa saat ini yang tidak bisa menjalankan sistem demokrasi itu," katanya.
Demokrasi itu sendiri sudah on the track, tetapi orang yang menjalankannya yang tidak beres. "Banyak yang menyalahkan model demokrasi yang kita pilih. Tetapi kenapa di negara lain sistem demokrasi yang sama, yang kita anut bisa membuat rakyatnya sejahtera. Berarti ada yang salah dan itu adalah pemimpinnya," lanjutnya.
Tertipu Janji
Oleh karena itu, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar itu mengatakan, rakyat yang akan memilih pada Pemilu 2014 harus cerdas dalam menentukan pemimpinnya.
"Rakyat harus memiliki sikap untuk tidak mau ditipu atau termakan janji-janji calon pemimpin yang tidak jelas," ujarnya.
Anie Baswedan mengatakan, jangan pilih seseorang yang datang dengan konsep kepemimpinan yang sering terjadi akhir-akhir ini yakni menawarkan diri.
"Saksikan, saya akan hadir untuk menyelesaikan masalah Anda. Itu kuno. Itu bohong. Kepemimpinan yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah kepemimpinan yang menggerakkan, kepemimpinan yang menghidupkan semangat gotong royong," katanya.
Dijelaskan, seorang pemimpin atau presiden harus mampu memberi inspirasi, sehingga lahir afeksi aktif dari orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang membuat orang bisa merasa turut memiliki atas masalah yang ada di sekitarnya.
"Bukan pemimpin yang justru menumbuhkan afeksi pasif, yang membuat orang-orang yang dipimpin terlena. Lihat contoh Jokowi," katanya.
Jokowi, kata dia, seorang pemimpin yang hadir untuk merangsang semua orang untuk mau menyelesaikan masalah.
"Mungkin istilah yang pas adalah pemimpin yang menggerakkan. Pemimpin baru bisa menggerakkan kalau dia dipercaya. Tanpa trust, maka pemimpin tidak mungkin diikuti, apalagi dipercaya," katanya. [L-8]
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
No comments:
Post a Comment