Tuesday, June 4, 2013

[media-jabar] Ilusi Kenyataan dalam Kamera: Serba-Serbi Reality Show Kita

 

Ilusi Kenyataan dalam Kamera: Serba-Serbi Reality Show Kita
Oleh: Hikmat Darmawan

Walau namanya "reality show", tapi justru jenis tayangan tersebut sering menjungkir pemahaman kita tentang realitas.
"Untuuung aja ada kamera CCTV...!"
(Petikan ucapan narator tayangan 
CCTV, Trans 7, 11 Mei 2013)
Seorang model ditempatkan di sebuah kampung, tinggal bersama keluarga seorang pengolah tanaman bibit minyak wangi; seorang penjual gorengan diminta untuk melakukan berbagai pranks (menjahili) kepada orang yang ia temui di jalan dengan iming-iming lima juta rupiah; sekumpulan footage kejahatan yang terekam dalam kamera pengintai; seorang expatriate asal Inggris melamar pacarnya dengan balon…

Semua itu dianggap sebagai tayangan-kenyataan menurut TV kita. Tapi, apakah kita percaya bahwa semua itu betul-betul terjadi tanpa rekayasa? Betul-betul "kenyataan"?

Kita dan Kamera
Abad 20 memberi kita budaya kamera. Awal abad 21, budaya kamera semakin meraja, karena perkembangan teknologi kamera digital. Relasi antara manusia dan kamera menjadi semakin intensif. Kamera seolah yang mahakuasa dan berada di mana-mana.
Seakan kini, tak ada satu pun sudut hidup manusia yang tak bisa ditangkap kamera. Semua peristiwa, semua lakon dan polah kita bisa jadi adegan. Semua bisa direkam, untuk kemudian ditayangkan kepada khalayak luas. Menyadari kamera adalah menyadari bahwa kita bisa ditonton, atau bisa menonton.
Dengan demikian, suasana tonton-menonton menjadi semacam konsekuensi logis hidup modern—setidaknya, terkesan demikian. Kita lebih mudah menerima kehadiran kamera, walau sebetulnya kamera tak pernah mudah kita terima begitu saja sebagai bagian dari keseharian kita. Kamera seakan telah diterima sebagai takdir manusia kiwari.
Dalam suasana demikian, jenis tayangan "reality show" nyaris seperti konsekuensi logis. Kita menerima bahwa "realitas" bisa jadi tontonan, dan bisa ditundukkan dalam logika tontonan, sepanjang kamera bisa dihadirkan. Lepas dari logika bawaan sebagai tontonan—yang mengandung pakem-pakem pemanggungan (seperti: dramatisasi, atau kaidah-kaidah hiburan lainnya)—reality show pun hadir sebagai hiburan baru dunia televisi.
Baca selengkapnya >> www.remotivi.or.id

--
REMOTIVI
"Hidupkan Televisimu, Hidupkan Pikiranmu"
www.remotivi.or.idTwitter | Facebook


Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di Indonesia. Cakupan kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media dan advokasi yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat, (2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi, dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan yang bermutu, sehat, dan mendidik.

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment