Friday, June 21, 2013

[batavia-news] Penduduk Miskin Akan Meningkat

 

 
 
 
Penduduk Miskin Akan Meningkat
Tajuk Rencana | Jumat, 21 Juni 2013 - 13:56:37 WIB
: 82
 


(SH/Septiawan)
Ilustrasi.
Harga kebutuhan pokok sudah melambung sebelum pemerintah mengumumkan secara resmi kenaikan BBM.

Sikap pemerintah yang mengulur-ulur waktu penetapan harga baru bahan bakar minyak (BBM) kini terasa menjadi tekanan beruntun bagi masyarakat.
 
Di pasaran, harga bahan-bahan kebutuhan pokok sudah mulai naik. Keputusan pemerintah yang terus tertunda justru dikhawatirkan menjadi pemicu eskalasi baru dari harga barang dan tarif jasa-jasa.

Segala perdebatan, protes, demo, bahkan jatuhnya korban, kini terasa sia-sia karena pemerintah tetap mempertahankan sikapnya. Sangat mungkin nanti malam Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan mengumumkan harga baru BBM. Siap-siap saja, harga baru Premium dikabarkan akan menjadi Rp 6.500 dan solar Rp 5.500 per liter.

Kita semua, tak terkecuali pemerintah, sebenarnya mengalami kerugian moril dan materi sangat besar karena kebijakan SBY yang terus mengulur waktu, ragu-ragu, dan menimbulkan polemik yang tidak perlu.

Setiap kali pemerintah memunculkan isu harga baru BBM, harga barang merangkak naik dan memukul daya beli konsumen. Selalu terjadi protes dan demonstrasi yang dihadapi secara keras oleh polisi, sehingga menimbulkan banyak korban, bahkan sejumlah pendemo tewas. Kerugian lainnya adalah ulah spekulan penimbun BBM yang tidak pernah ditindak tegas dan membuat jera.

Sepekan terakhir ini, menurut catatan Pertamina, permintaan BBM bersubsidi naik sekitar 20 persen dari biasanya.

Kenaikan yang cukup mencolok itu semestinya diwaspadai karena kejadian serupa telah berulang kali terjadi sebelumnya, terutama menjelang kenaikan harga. Hampir pasti ada tangan-tangan spekulan bermain, bahkan ditengarai ada aparat yang melindunginya, padahal praktik mereka jelas sangat merugikan masyarakat.

Kini kita sudah menyaksikan ibu-ibu rumah tangga kebingungan melihat harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik tanpa kepedulian aparat pemerintah mengendalikan harga. Keluarga pegawai berpenghasilan tetap akan sangat terpukul, terlebih bila mereka masih membutuhkan biaya pendidikan menjelang masuknya tahun ajaran baru.

Daya beli masyarakat akan terus merosot karena hampir pasti inflasi merambat naik. Kalaupun SBY memberikan suntikan Rp 150.000 BLSM, itu sama sekali tidak memiliki arti karena penerimanya hanya rakyat paling miskin, sedangkan dampak kenaikan harga bersifat meluas.

Apalagi BLSM hanya diberikan selama empat bulan, tentu tidak bernilai strategis dalam menopang daya beli masyarakat. Setelah BLSM selesai, para penerimanya kembali terkesima dengan harga-harga yang sudah meroket.

Hampir pasti lapisan penduduk miskin akan bertambah banyak dan menjadi warisan kelam bagi siapa pun yang akan menjadi presiden menggantikan SBY tahun depan. Belajar dari pengalaman ketika pemerintah menaikkan harga BBM tahun 2005, jumlah penduduk miskin meningkat, karena lapisan yang selama ini masuk kategori hampir miskin (near poor) akan terjerembab menjadi miskin.

Badan Pusat Statistik (BPS) pernah mencatat kenaikan harga BBM tahun 2005 menyebabkan 4,2 juta orang menjadi miskin. Ini merupakan konsekuensi karakteristik kemiskinan di Indonesia, tingginya proporsi penduduk yang rentan jatuh miskin jika terjadi guncangan dalam perekonomian.

Kondisi kemiskinan yang makin parah itu terkonfirmasi dalam indeks kedalaman kemiskinan (poverty gap index) dan indeks keparahan kemiskinan (poverty sevarity index) tahun berikutnya.

Kita bisa memperhitungkan lapisan penduduk miskin akan makin tebal setelah kenaikan harga BBM kali ini. Apalagi bila penghitungannya menggunakan standar internasional, mereka yang pengeluarannya di bawah US$ 2 per hari, bukan patokan pemerintah yang ukurannya lebih rendah. Ini konsekuensi yang tidak bisa dielakkan, sekaligus menjadi momok bagi SBY menjelang ujung masa pemerintahannya.

Fakta tersebut selama ini selalu ditutupi. Lapisan penduduk yang rentan terhadap guncangan kenaikan harga BBM akan sangat besar dan hal itu merupakan potret buram pada ujung pemerintahan SBY. Fakta ini tidak bisa ditutupi dengan klaim bahwa kemajuan kita makin diperhitungkan dunia. Selain menyesatkan, mengabaikan kemiskinan akan senantiasa menjadi beban moral dan sejarah.

Sumber : Sinar Harapan

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment