Aceh Timur "Berperang" Saat Lebaran
Junaidi Hanfiah | Rabu, 14 Agustus 2013 - 16:47:38 WIB: 41
(Dok/facebook.com)
Konflik GAM dan pemerintah Indonesia mengilhami perang di hari Idul Fitri dan Idul Adha.
Hari menjelang siang, sebagian besar warga Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Kamis (8/8), masih bersilaturahmi ke rumah-rumah famili mereka. Hari itu seluruh umat Islam sedang merayakan Idul Fitri 1434 H. Berkunjung ke rumah saudara atau sahabat untuk bebeberapa hari ke depan sambil meminta maaf atas semua kesalahan, merupakan salah satu budaya masyarakat di Aceh.
Namun hal tersebut tidak berlaku bagi ratusan lelaki bersenjata yang menguasai sejumlah tempat di Kabupaten Aceh Timur, termasuk Kota Idi Rayeuk, ibu kota kabupaten yang terletak di pesisir timur Aceh. Ratusan lelaki tersebut, sambil menenteng berbagai jenis senjata laras panjang, terlihat berlalu-lalang di Pasar Idi Rayeuk sambil sesekali melepaskan tembakan.
"Jak ta muprang, mita becak, tanyoe e'k becak uroe nyoe (ayo kita berperang, cari becak, kita naik becak hari ini)," sebut salah seorang lelaki berwajah hitam kepada sejumlah pasukannnya. Tidak sampai lima menit, satu sepeda motor yang telah disulap menjadi becak, telah parkir di dekat pria bersenjata tersebut, "Kita ke Peureulak dulu. Kalau ada yang mengadang jangan segan-segan ditembak," ujar lelaki itu.
Dari Kota Idi Rayeuk, becak meluncur ke arah timur melalui jalan negara Banda Aceh, menuju Medan, Sumatera Utara. Di atas becak yang biasanya digunakan untuk mengangkut barang, pria bersenjata tersebut duduk dan sesekali berdiri. Senjatanya tetap siaga ke berbagai arah untuk mengantisipasi jika ada kelompok bersenjata lain yang akan mengadang.
Becak mesin tersebut terlihat tidak bisa melaju kencang karena terlalu banyak penumpang. Jalanan yang berlubang ikut mengganggu laju becak. Di Simpang Kuala, Kecamatan Idi Rayeuk, beberapa pria bersenjata telah menunggu kedatangan pria bersenjata yang menumpang becak itu.
Namun hal tersebut tidak berlaku bagi ratusan lelaki bersenjata yang menguasai sejumlah tempat di Kabupaten Aceh Timur, termasuk Kota Idi Rayeuk, ibu kota kabupaten yang terletak di pesisir timur Aceh. Ratusan lelaki tersebut, sambil menenteng berbagai jenis senjata laras panjang, terlihat berlalu-lalang di Pasar Idi Rayeuk sambil sesekali melepaskan tembakan.
"Jak ta muprang, mita becak, tanyoe e'k becak uroe nyoe (ayo kita berperang, cari becak, kita naik becak hari ini)," sebut salah seorang lelaki berwajah hitam kepada sejumlah pasukannnya. Tidak sampai lima menit, satu sepeda motor yang telah disulap menjadi becak, telah parkir di dekat pria bersenjata tersebut, "Kita ke Peureulak dulu. Kalau ada yang mengadang jangan segan-segan ditembak," ujar lelaki itu.
Dari Kota Idi Rayeuk, becak meluncur ke arah timur melalui jalan negara Banda Aceh, menuju Medan, Sumatera Utara. Di atas becak yang biasanya digunakan untuk mengangkut barang, pria bersenjata tersebut duduk dan sesekali berdiri. Senjatanya tetap siaga ke berbagai arah untuk mengantisipasi jika ada kelompok bersenjata lain yang akan mengadang.
Becak mesin tersebut terlihat tidak bisa melaju kencang karena terlalu banyak penumpang. Jalanan yang berlubang ikut mengganggu laju becak. Di Simpang Kuala, Kecamatan Idi Rayeuk, beberapa pria bersenjata telah menunggu kedatangan pria bersenjata yang menumpang becak itu.
Mereka bersembunyi di pagar masjid; sementara beberapa yang lain terlihat berlalu lalang di pinggir jalan. Berbagai jenis senjata larang panjang siap tembak juga tidak lepas dari tangan mereka.
"Itu ada kelompok yang lewat dengan becak, begitu dekat langsung tembak, kita serang bersama-sama biar mereka kesulitan membalas tembakan," perintah seorang di antara pria-pria itu. Saat dua kelompok itu berpas-pasan, pertempuran tidak terelakkan. Kedua kelompok saling serang. Peluru terbang kesegala arah mata angin, mengenai siapa saja yang kebetulan lewat. Becak pun berjalan sangat pelan untuk memberikan kesempatan kepada pasukan bersenjata di becak membalas tembakan.
Selang beberapa menit, kelompok pengadang mundur menjauh dari jalan sambil terus melepas tembakan. Karena menembak sambil mundur, salah seorang anggota kelompok yang mengadang, menembak salah sasaran dan mengenai kepala salah seorang perempuan yang kebetulan sedang duduk di belakang sepeda motor yang dikendarai suaminya.
Perempuan tersebut meringis kesakitan, sang suami langsung memutar haluan sepeda motor ke arah kelompok penyerang, dia langsung mengeluarkan berbagai kalimat umpatan. Sementara sambil tertawa, kelompok bersenjata tersebut menjauh dari pria itu.
"Pat ka muprang, abeh goep keunoeng, meunyoe keunong mata inoeng loeng kiban, meunyoe mantoeng ka muprang inoe, ku wiet beude-beude (di mana kalian berperang, orang-orang tertembak, kalau sempat mengenai mata istri saya bagaimana, kalau kalian masih berperang di sini, sejata-senjata kalian ku patahi)," ujar pria itu.
Kelompok bersenjata itu semakin menjauh karena menghindari pria yang sedang marah. Mereka memilih mundur karena tidak mungkin melawan orang dewasa. Ketahuilah kalau pria-pria bersenjata itu masih duduk di sekolah dasar (SD) dan sebagian masih di sekolah menengah pertama (SMP).
Salahuddin (56), seorang warga mengaku sejak beberapa tahun yang lalu, setiap Idul Fitri dan Idul Adha, anak-anak di Kabupaten Aceh Timur main perang-perangan dengan senjata yang pelurunya terbuat dari plastik. Anak-anak tersebut umumnya bermain di pinggir jalan Banda Aceh – Medan sehingga membahayakan pengguna jalan yang kebetulan lewat.
"Mereka berperang layaknya pertempuran antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan TNI atau Brimob saat konflik masih melanda Aceh," sebut Salahuddin. Ia meyebutkan, anak-anak tersebut beranggapan, kelompok yang mengadang adalah pasukan GAM, sementara yang lewat di jalan personel TNI atau Brimob. "Kalau kena peluru plastik sakit juga. Kalau dekat malah bisa merah, sangat bahaya kalau sampai mengenai mata, salah-salah bisa buta," ungkap Salahuddin.
Main perang-perangan kini menjadi tradisi baru saat Lebaran di pesisir timur Aceh. Anak-anak mengumpulkan uang sejak beberapa bulan sebelum Lebaran agar dapat membeli jenis senjata yang mirip dengan senjata api asli. Senjata mainan yang dibuat persis dengan AK 47, M16, SS1, Barret Light Fifty, shotgun dan berbagai jenis senjata lainnya masih tetap menjadi pilihan anak-anak untuk ditenteng saat Lebaran.
"Setiap senjata harganya berkisar Rp 50.000-200.000. Kami beli karena suka dengan senjata tersebut, terlebih bisa main perang-perangan," ungkap Ikram, anak yang mengaku berasal dari Kuala, Kecamatan Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur.
Ikram mengatakan, saat bermain perang-perangan, mereka tidak pernah membuat kesepakatan dengan kelompok lain, setiap ditemukan kelompok anak-anak yang memegang senjata lewat dengan mobil atau becak, pasti akan mereka serang. "Asal ada kelompok anak-anak yang bawa senjata akan kami tembak, kalau mereka tidak membalas, ya sudah," sebut Ikram yang mengaku membeli senjata jenis Barret Light Fifty seharga Rp 180.000. Ikram yang kini kelas I SMP ini telah bermain perang-perangan sejak masih duduk di kelas empat SD. "Awalnya saya suka senjata AK 47 karena senjata tersebut dulu dibawa oleh orang GAM, ayah saya juga anggota GAM dulu," ujar Ikram.
Sumber : Sinar Harapan
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment