res: Sekalipun SBY marah pada menteri-menterinya yang saling lempar tanggung jawab, tetapi mereka diberi bintang penghargaan negara bergaya seperti sendiwara kongkalikong al munafik.
Berharap Kabinet Tetap Solid
Selasa, 13 Agustus 2013 - 16:05:27 WIB: 45
(Dok/berita2bahasa.com)
Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.
Presiden pantas marah, menterinya saling lempar tanggung jawab soal mahalnya harga sapi impor.
PERSOALAN masih mahalnya harga daging sapi pasca-Lebaran kembali menarik perhatian kita. Kritik pedas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap menteri-menterinya pada 13 Juli 2013 lalu muncul ketika baru mendarat di Landasan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta sepulang lawatan ke luar negeri. Pangkal persoalannya hanya karena harga daging sapi.
Presiden pantas marah lantaran menteri-menterinya saling lempar tanggung jawab soal mahalnya harga daging sapi. SBY bahkan mempertanyakan apakah selama ini para menteri terkait memonitor kondisi pasar atau tidak. Masalah harga daging sapi terus berputar dan tidak kunjung stabil.
"Saya tanya Mendag (Gita Wirjawan), kemarin izin di mana? Katanya di sini, di sini. Lho, ini ada di negara kita, kok, bukan di New York atau Jenewa," kata SBY ketika itu.
Kemarahan presiden telah surut. Namun, fakta di lapangan harga daging sapi tetap meroket. Sentilan keras kepala negara itu nyatanaya tidak ampuh meredam harga daging sapi. Selepas Lebaran pun harga tetap bertengger di atas, seakan tidak pernah turun. Padahal, Perum Bulog telah mengimpor daging beku sebelum Lebaran bahkan sapi siap potong dari Australia.
Australia menjadi satu-satunya negara yang dipilih Indonesia untuk mengimpor daging guna menstabilkan harga. Alasannya, lokasi Australia cukup strategis dijangkau dengan kapal maupun pesawat.
Di tengah harga daging yang gagal turun itu tiba-tiba saja Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengeluarkan pernyataan agak pedas dengan menyatakan tingginya harga daging sapi merupakan tanggung jawab Kementerian Perdagangan (Kemendag). Suswono beralasan Kementerian Pertanian (Kementan) merasa telah mengamankan stok. Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan berkilah harga daging sapi masih tinggi lantaran beberapa rumah pemotongan hewan (RPH) libur Lebaran.
Sontak saja pernyataan Mentan Suswono yang secara tidak langsung diarahkan kepada Mendag Gita Wirjawan itu membuka tabir bahwa anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II jauh dari kompak. Ujung-ujungnya Presiden SBY mulai ditinggalkan anggota kabinetnya.
Yang menjadi korban semua ini tentunya adalah masyarakat yang sangat membutuhkan sosok pelayanan dari aparat birokrasi di negeri ini. Jujur saja kita sangat menyayangkan hal itu. Kita tidak ingin nafsu menjadi presiden mengakibatkan semua menteri bekerja berdasarkan kalkulasi politik.
Diakui atau tidak menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2014 mendatang, kasak-kusuk politik semakin tinggi. Begitu juga dengan para tokoh partai politik (parpol) yang masuk dalam anggota KIB II. Kita sangat paham dan sangat tahu bahwa SBY tidak mungkin lagi menjadi presiden karena telah menjabat selama dua periode. Kondisi itulah yang memacu para tokoh parpol termasuk yang berada dalam jajaran KIB II untuk menyiapkan diri dalam ajang pesta demokrasi 2014 itu.
Ujung-ujungnya kesetiaan para menteri kepada presiden mulai terkikis. Kebijakan yang dikeluarkan SBY sebagai presiden untuk menyelesaikan berbagai persoalan tidak lagi dijalankan sepenuh hati oleh para menteri. Salah satunya yang sangat mencolok adalah soal harga daging sapi yang hingga kini tidak pernah terselesaikan. Malah muncul kemudian adalah saling tuding di antara kementerian yang terlibat.
Loyalitas menteri kepada presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan merosot karena masing-masing mengamankan kepentingan pribadi dan partai. Para menteri akan bekerja setengah hati ketika pemilu semakin dekat. Kita berharap presiden lebih tegas soal buruknya kinerja para menteri. Kita juga ingin SBY tetap mengajak anggota kabinetnya tetap fokus kepada pekerjaan bagi seluruh rakyat di negeri ini.
Jauh lebih penting lagi adalah berbuat tindakan nyata, tidak sekadar wacana dan pencitraan semata. Dengan demikian rakyat benar-benar mendapat manfaat aksi nyata. Tegur dan jika perlu tindak tegas menteri yang sudah melupakan janjinya ketika disumpah menjadi menteri. Pengabdian kepada rakyat adalah harga mati bagi sebuah pemerintahan di mana pun di dunia ini. Jangan sesekali mengabaikan amanah dari rakyat tersebut. Kita menunggu ketegasan Presiden SBY.
Presiden pantas marah lantaran menteri-menterinya saling lempar tanggung jawab soal mahalnya harga daging sapi. SBY bahkan mempertanyakan apakah selama ini para menteri terkait memonitor kondisi pasar atau tidak. Masalah harga daging sapi terus berputar dan tidak kunjung stabil.
"Saya tanya Mendag (Gita Wirjawan), kemarin izin di mana? Katanya di sini, di sini. Lho, ini ada di negara kita, kok, bukan di New York atau Jenewa," kata SBY ketika itu.
Kemarahan presiden telah surut. Namun, fakta di lapangan harga daging sapi tetap meroket. Sentilan keras kepala negara itu nyatanaya tidak ampuh meredam harga daging sapi. Selepas Lebaran pun harga tetap bertengger di atas, seakan tidak pernah turun. Padahal, Perum Bulog telah mengimpor daging beku sebelum Lebaran bahkan sapi siap potong dari Australia.
Australia menjadi satu-satunya negara yang dipilih Indonesia untuk mengimpor daging guna menstabilkan harga. Alasannya, lokasi Australia cukup strategis dijangkau dengan kapal maupun pesawat.
Di tengah harga daging yang gagal turun itu tiba-tiba saja Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengeluarkan pernyataan agak pedas dengan menyatakan tingginya harga daging sapi merupakan tanggung jawab Kementerian Perdagangan (Kemendag). Suswono beralasan Kementerian Pertanian (Kementan) merasa telah mengamankan stok. Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan berkilah harga daging sapi masih tinggi lantaran beberapa rumah pemotongan hewan (RPH) libur Lebaran.
Sontak saja pernyataan Mentan Suswono yang secara tidak langsung diarahkan kepada Mendag Gita Wirjawan itu membuka tabir bahwa anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II jauh dari kompak. Ujung-ujungnya Presiden SBY mulai ditinggalkan anggota kabinetnya.
Yang menjadi korban semua ini tentunya adalah masyarakat yang sangat membutuhkan sosok pelayanan dari aparat birokrasi di negeri ini. Jujur saja kita sangat menyayangkan hal itu. Kita tidak ingin nafsu menjadi presiden mengakibatkan semua menteri bekerja berdasarkan kalkulasi politik.
Diakui atau tidak menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2014 mendatang, kasak-kusuk politik semakin tinggi. Begitu juga dengan para tokoh partai politik (parpol) yang masuk dalam anggota KIB II. Kita sangat paham dan sangat tahu bahwa SBY tidak mungkin lagi menjadi presiden karena telah menjabat selama dua periode. Kondisi itulah yang memacu para tokoh parpol termasuk yang berada dalam jajaran KIB II untuk menyiapkan diri dalam ajang pesta demokrasi 2014 itu.
Ujung-ujungnya kesetiaan para menteri kepada presiden mulai terkikis. Kebijakan yang dikeluarkan SBY sebagai presiden untuk menyelesaikan berbagai persoalan tidak lagi dijalankan sepenuh hati oleh para menteri. Salah satunya yang sangat mencolok adalah soal harga daging sapi yang hingga kini tidak pernah terselesaikan. Malah muncul kemudian adalah saling tuding di antara kementerian yang terlibat.
Loyalitas menteri kepada presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan merosot karena masing-masing mengamankan kepentingan pribadi dan partai. Para menteri akan bekerja setengah hati ketika pemilu semakin dekat. Kita berharap presiden lebih tegas soal buruknya kinerja para menteri. Kita juga ingin SBY tetap mengajak anggota kabinetnya tetap fokus kepada pekerjaan bagi seluruh rakyat di negeri ini.
Jauh lebih penting lagi adalah berbuat tindakan nyata, tidak sekadar wacana dan pencitraan semata. Dengan demikian rakyat benar-benar mendapat manfaat aksi nyata. Tegur dan jika perlu tindak tegas menteri yang sudah melupakan janjinya ketika disumpah menjadi menteri. Pengabdian kepada rakyat adalah harga mati bagi sebuah pemerintahan di mana pun di dunia ini. Jangan sesekali mengabaikan amanah dari rakyat tersebut. Kita menunggu ketegasan Presiden SBY.
Sumber : Sinar Harapan
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment