WASPADA ONLINE
(Istimewa) JAKARTA - Harapan dan cita-cita kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa malah semakin jauh dari kenyataan. Padahal, sejak dulu Bung Karno telah mengatakan bahwa prinsip kemerdekaan itu adalah trisakti; berdaulat secara politik, berdikari dalam ekonomi dan kepribadian dalam kebudayaan.
"Sekarang ini, kita tidak punya kedaulatan politik. Kebijakan pemerintah dan partai itu semuanya dikuasai asing," pungkas pengamat politik dan peneliti senior dari Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo dalam sebuah diskusi di Jakarta, tadi malam. Dalam bidang ekonomi, pemerintah Indonesia malah mengadopsi kebijakan yang menguntungkan pihak asing dan merugikan rakyat sendiri. Disebutkan, bukan hanya sektor pertambangan yang dijual pemerintah kepada asing, tapi juga termasuk sektor lainnya seperti pertanian dan perikanan.
"Prinsip ekonomi kita sangat jauh dari cita-cita kemerdekaan. Minyak Bumi, Gas Alam, hasil pertanian dan perikanan semuanya diliberalisasi. Banyak produk kita impor dari luar negeri," ujarnya.
Terakhir, pemerintah juga dinilai tidak serius menjaga kebudayaan dan kearifan lokal yang ada di Indonesia. Sebaliknya, pemerintah malah membiarkan arus globalisasi menghantam dan nenghancurkan warisan leluhur yang ada.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia, masih menurut Karyono, masih belum merdeka lantaran masih jauh dari realisasi harapan kemerdekaan.
"Kalau salah satu saja kita tidak punya, kita belum merdeka. Kalau dua, apalagi tiga kita tidak punya. Kita sama sekali belum merdeka," tutupnya.
Hal senada juga dipaparkan peneliti senior dari Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Sukardi Rinakit, memaknai Hari Kemerdekaan ke-68 RI sebagai pertanda Bangsa Indonesia belum merdeka sepenuhnya.
"Indonesia belum merdeka sepenuhnya melihat dari banyaknya kesenjangan sosial yang masih terjadi. Kemerdekaan intelektual dan spiritualitas belum sepenuhnya diraih meskipun Indonesia mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang baik," kata pria yang akrab disapa Cak Kardi, tadi malam.
Menurutnya, perkembangan Indonesia sebagai negara lebih banyak mencatatkan pertumbuhan sektor ekonomi tetapi kedaulatan pangan, infrastruktur dan energi belum dapat dicapai. Berbagai bentuk kedaulatan itu akan mudah dicapai Indonesia jika masyarakat mampu membangun sisi intelektualitas dan spiritualitas yang merdeka.
"Ekonomi kita memang tumbuh tetapi segi intelektualitas dan spiritualitas bangsa rupanya kita belum berkembang baik seperti sisi ekonomika-nya. Akibatnya, kita kalah dari dari negara lain yang memengaruhi kedaulatan kita dalam mengelola SDA dan SDM nasional. Dengan kata lain, dominasi asing terhadap Indonesia masih cukup kuat," katanya.
Cak Kardi mengatakan ada beberapa hal yang tidak kalah penting dalam meraih kemerdekaan nasional yang hakiki. Di antaranya adanya kepedulian pemerintah dalam menerapkan konstitusi sehingga kesejahteraan umum dapat tercapai.
"Bapak bangsa kita, Bung Hatta, pernah mengemukakan idealismenya mengenai Indonesia. Negara kita itu sudah merdeka jika semua orang sudah bahagia. Namun apa yang ada sekarang adalah tidak seperti itu di mana tidak semua orang bahagia," katanya.
"Pendek kata, kesejahteraan umum belum merata dan ada kesenjangan sosial yang semakin melebar di tengah prestasi pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.
Menurutnya, mimpi para bapak bangsa dalam memerdekakan Indonesia secara penuh belum tercapai. Bung Karno sendiri pernah menggariskan kemerdekaan Indonesia itu tercapai jika perjalanan negara ini sudah sampai pada jembatan emas yang gemilang, adil dan makmur.
Namun, Rinakit tak menampik bahwa demkorasitelah berkembang dengan baik. "Suka atau tidak demokrasi di Indonesia telah berkembang dengan baik. Kini kondisi demokrasi semakin terkonsolidasi satu sama lain," katanya. |
No comments:
Post a Comment