Tuesday, August 20, 2013

[batavia-news] Rupiah Terus Terpuruk

 

 
 
Rupiah Terus Terpuruk
Faisal Rachman | Selasa, 20 Agustus 2013 - 14:35:41 WIB
: 84


(SH/Job Palar)
NILAI TUKAR RUPIAH - Petugas penukaran uang valuta asing di Valuta Inti Prima sedang menghitung dan memeriksa uang dolar yang hendak ditukar di Jakarta, Selasa (20/8).
Bank Indonesia tidak lagi mainkan peran signifikan untuk menahan kejatuhan rupiah.

JAKARTA - Pemerintah diminta untuk tegas mengendalikan pasar keuangan agar gejolak yang terjadi di lantai bursa dan nilai tukar rupiah tidak terus berlanjut.

Kendati sudah melakukan pertemuan, Senin (19/8), Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) belum bisa merumuskan langkah konkret untuk mengatasi kejatuhan bursa saham dan rupiah.

Pengamat Valuta Asing dari Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan, kombinasi dari gejolak dari eksternal dan internal, serta respons kebijakan otoritas memengaruhi posisi rupiah dan perdagangan saham saat ini.

Gejolak eksternal yang menunggu kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) soal stimulusnya dan defisit neraca pembayaran di Indonesia yang meningkat memang tak bisa terhindari menjadi sentimen negatif. Karena itu, untuk meredam gejolak yang ada dan meningkatkan kepercayaan pasar dibutuhkan kebijakan yang cepat dan tegas dari otoritas yang ada.

"Saat ini pasar masih menunggu kebijakan AS soal stimulusnya September nanti, nah dalam rentang itu dolar akan terus menguat. Tanpa respons kebijakan yang tepat di Indonesia, saya rasa tak sulit untuk rupiah bisa menembus Rp 11.000 per US$," tuturnya kepada SH, Selasa (20/8).

Menurutnya, pasar juga sudah melihat Bank Indonesia sudah tidak lagi memainkan peran yang signifikan untuk menahan kejatuhan rupiah. Ini karena cadangan devisa sudah di level US$ 92 miliar. Melihat kondisi eksternal saat ini, menjaga rupiah di level berapa pun memang tak bakal efektif.

"Jika kondisi seperti ini terus bertahan, walalaupun situasinya berbeda, tahun ini rupiah sangat berpotensi menembus level terburuk di 2008 lalu, yakni di kisaran Rp 13.000 per US$," ucapnya.

Bergerak Liar

Kepada SH, Pengamat Pasar Keuangan Yanuar Rizki mengatakan, kondisi saat ini merupakan buah dari lemahnya kebijakan dari pemerintah dan otoritas yang ada. Bicara soal investasi, kata Yanuar, tak bisa dilepaskan dari kebijakan masa lalu. Ini karena hasil dari investasi saat ini bukan terjadi seketika.

"Jika pemerintah bilang ada gejolak di eksternal dan memengaruhi neraca pembayaran, siapa yang menyebabkan kita tergantung impor? Jadi ini semua merupakan buah kebijakan masa lalu. Harus ada yang bertanggung jawab," tuturnya.

Menurutnya, selama ini pasar keuangan dibiarkan bergerak secara liar oleh pemerintah dan otoritas yang ada. Tak ada langkah yang benar-benar serius untuk mengendalikannya. Ia mencontohkan bagaimana permainan kasar di lantai bursa oleh sejumlah investor dibiarkan saja.

"Sudah jelas kalau saya akan melakukan penegasan, semua kartel akan saya babat menggunakan UU No 8 Tahun 2005 soal persekongkolan untuk menciptakan harga tertentu," katanya.

Untuk saat ini, ia meminta pemerintah dan FKSSK bisa tegas mengambil kebijakan demi saat ini dan masa yang akan datang. "Jadi sekarang respons yang perlu itu adalah penegakan hukum, deregulasi, dan pengendalian pasar yang efektif," imbuhnya.

Untuk diketahui, anjloknya pasar keuangan saat ini membuat pemerintah cukup kerepotan untuk mengatasinya. Maklum saja, tren pelemahan rupiah ini bahkan mencapai titik terendah selama empat tahun terakhir. Untuk meredam gejolak rupiah, pada akhir bulan ini, cadangan devisa tercatat mencapai US$ 98,1 miliar menjadi US$ 92,671 miliar.

Tapi gelontoran cadangan devisa tampaknya tidak banyak membantu kejatuhan rupiah. Nilai tukar rupiah pada Selasa pagi ini dibuka melemah di posisi Rp 10.631 per US$, terus luruh dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 10.485 per US$. Kemarin, nilai tukar rupiah melesat ke Rp 10.533 per US$ (kurs tengah Bloomberg). Pelemahan rupiah merupakan paling dalam dibandingkan mata uang Asia lainnya.

Dari lantai bursa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini kembali tersungkur, setelah dibuka turun 122,512 poin (2,84 persen) ke level 4.191,006. Indeks LQ45 terjun bebas 27,309 poin (3,86 persen) ke level 681,393. Indeks mencapai titik terendahnya tahun ini. Kemarin IHSG luruh 255,14 poin (5,58 persen) ke level 4.315,52.

Pernyataan Menteri Keuangan Chatib Basri yang meyakini nilai tukar rupiah masih dalam level aman dan tidak separah pelemahan mata uang negara-negara berkembang lainnya justru membuat pelaku pasar lebih agresif dalam melepas rupiah.

"Pelaku pasar menganggap komentar tersebut tidak mengindikasikan adanya langkah strategis dalam menahan pelemahan rupiah," kata Analis Trust Securities, Reza Priyambada.

Chatib menegaskan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berada pada level aman. Menurutnya, kondisi rupiah masih lebih baik dibandingkan mata uang negara-negara lain. "Kalau (rupiah) melemah tajam, bandingkan dengan negara lain. Pelemahannya ternyata lebih rendah, India Rupee bahkan turunnya di sekitar 10 persen," kata Chatib.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, BI dan pemerintah yang tergabung dalam FKSSK akan berusaha untuk menjaga stabilitas keuangan nasional. "BI terus akan melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya," ujarnya.

BI akan terus membeli Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder, dan membantu mendukung stabilitas di pasar SBN. Dia memperkirakan tekanan ini akan mulai mereda pada kuartal III, karena defisit dari impor minyak yang tidak sebesar kuartal II.

"Di kuartal III-2013, defisit current account akan menurun kira-kira 2,7 persen dari Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB). Ini akan membantu menstabilkan kembali nilai tukar rupiah," ucapnya.

Hingga saat ini, FKSSK belum mengumumkan kebijakan yang diambil untuk mengatasi kondisi sekarang. Pjs Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan keputusan baru akan diambil setelah rapat-rapat di minggu ini bisa menyimpulkan mitigasi risiko yang ada.

"Yang paling penting adalah kami rencananya akan mebuat rapat tingkat menteri, Gubernur BI, Dewan Komisioner OJK, dan Dewan Komisioner LPS dalam minggu ini. Kami tetap punya policy action bersama untuk menjaga kestabilan pasar dan ujungnya menjaga kestabilan eksternal perekonomian kita," kata Bambang.

Sumber : Sinar Harapan

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment