Sungai Deli Meluap Lagi, 6.426 Warga Mengungsi
(Analisa/said harahap). MELINTASI BANJIR: Sejumlah warga melintasi banjir yang menggenangi pemukiman penduduk di Kampung Aur Kecamatan Medan Maimon, Senin (28/10).Ribuan rumah penduduk terendam air setinggi 1-2 meter akibat hujan deras dan meluapnya Sungai Deli.
Medan, (Analisa). Sungai Deli meluap dengan ketinggian 1-2 meter menyebabkan 6.426 warga menjadi korban dan mengungsi. Demikian disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, Hanalore Simanjuntak kepada Analisa, Senin (28/10).
Dia menjelaskan, banjir kali ini sangat besar khususnya sungai Deli yang meluap dengan ketinggian 1-2 meter. Akibatnya, ribuan warga mengungsi.
Hanalore merincikan, warga yang terkena dampak banjir di Kecamatan Medan Maimoon mencapai 1.734 KK dengan jumlah 6.426 warga, dengan perincian, di Kelurahan Aur 465 KK dengan 1.850 warga, di Kelurahan Sukaraja 149 KK (597 warga), Kelurahan Sei Mati 612 KK (1.836 warga), Kelurahan Jati 18 KK (180 warga), Kelurahan Hamdan 217 KK (400 warga), dan Kampung Baru 229 KK (1.603 warga).
Untuk kecamatan Medan Polonia, di Kelurahan Sukadamai Lingkungan 1 5 KK (17 warga), Lingkungan II, 11 KK (35 warga).
Menurutnya, BPBD Kota Medan juga sudah mendirikan posko di Jalan R Suprapto Simpang Mangkubumi di Kelurahan Aur dan sudah menyiapkan posko dan tenda keluarga, serta makan siang untuk warga korban luapan Sungai Deli.
"Kami siapkan 5.000 makan siang dan posko di sejumlah tempat. Prosedur tetap meminta camat dan lurah mencarikan tempat yang tepat. Bagi warga yang ingin mengungsi di kantor lurah, atau musholla terdekat tidak menjadi masalah, yang penting posko kesehatan dan makanan sudah didirikan," katanya.
Hanalore menjelaskan, bencana banjir yang terjadi sesuai dengan informasi yang diterima dari BMKG berpotensi hingga akhir 2013 dan bisa sampai April 2014.
Dia menambahkan, banjir yang terjadi hampir di seluruh sungai seperti Sungai Amplas, Badera, Babura yang menyebabkan ribuan warga di Medan Baru dan Medan Johor, Minggu (27/10) sungai Belawan di Medan Tuntungan juga meluap dan di Medan Utara terjadi banjir rob.
"Semua kejadian ini menyebabkan warga mengungsi, tentunya Pemko Medan tidak membiarkan begitu saja tapi langsung memberikan bantuan makanan dan pendirian posko," katanya.
Hanna mengaku sebenarnya korban banjir ini rata-rata warga yang tinggal di bibir sungai dan berada di tempat salah. "Pemko Medan juga sudah menawarkan normalisasi dengan pembangunan rusunawa, tapi belum dilakukan sudah dihadang penolakan," katanya.
Murni, warga Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimoon, berharap agar pemerintah memberikan solusi terhadap banjir yang puluhan tahun terus dihadapi. Solusi terbaik yakni dengan memberikan ganti rugi pada upaya penggusuran rumah tempat tinggal mereka dan upaya-upaya lainnya.
"Kalau mau digusur untuk membendung sungainya boleh saja. Asalkan ganti ruginya sesuai dengan permintaan masyarakat, atau tidak digusur pun tidak menjadi masalah. Yang penting pemerintah bisa menyelesaikan masalah ini," katanya.
Dia menyesalkan karena beberapa kali banjir terjadi, belum ada bantuan yang diberikan Pemko Medan. "Sejak tadi malam, makan pun kami belum, tidak ada bantuan yang diberikan pemerintah saat banjir seperti ini," kata ibu yang berprofesi tukang cuci ini.
Kampung Aur
Banjir di Kampung Aur Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun mulai terlihat sekitar pukul 24.00 WIB. Dari 500 KK warga di lingkungan IV Kampung Aur sekitar 275 KK terkena banjir," jelas Kepala Lingkungan (Kepling) IV Kampung Aur, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Sabil, saat ditemui Analisa, Senin (28/10).
Mengenai solusi banjir di Aur yang paling mungkin mengaktifkan kembali pengerukan sungai. "Tahun 2011 sebenarnya sudah ada rencana pembangunan rumah susun untuk atasi banjir. Namun rencana ini sepertinya terkendala dengan status kejelasan tempat mukim warga," katanya.
Tokoh pemuda Kampung Aur, Budi mengatakan, sejauh ini belum ada solusi yang berarti dari pemangku kepentingan. Program rumah susun yang sempat direncanakan Pemko Medan dinilai tidak menguntungkan warga jika memakai sistem sewa.
Selain itu, rusun juga dinilai tidak efektif karena sebahagian warga banyak yang sudah lanjut usia. Budi yang juga pembina Laskar Bocah Sungai Deli (Labosude) ini berpendapat, program antisipasi banjir seperti kanal Delitua harusnya untuk menjawab permasalahan banjir saat ini.
Bukan dalam jangka panjang, karena dampak banjir telah dirasakan sekarang. "Harusnya program antisipasi banjir untuk mengurai permasalahan yang saat ini terjadi. Bukan untuk program jangka panjang," ujarnya.
Budi mengatakan, relokasi warga ke rusun dinilai bukan solusi karena bagi mereka Kampung Aur punya sejarah panjang eksistensi warga Minang yang ada di inti Kota Medan.
Pantauan Analisa, warga terlihat mendirikan tenda pengungsi milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Aktivitas warga juga terhenti sementara, begitu juga dengan anak-anak sekolah terpaksa meliburkan diri. (maf/ns/yy)
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
No comments:
Post a Comment