Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah pada Senin pagi kembali bergerak melemah ke posisi Rp11.400 per dolar AS menyusul beberapa perusahaan domestik yang membutuhkan dolar AS untuk membayar utang luar negeri yang jatuh tempo.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 70 poin menjadi Rp11.400 dibanding posisi sebelumnya di Rp11.330 per dolar AS.

"Beredarnya spekulasi terhadap perusahaan domestik yang membutuhkan dolar AS untuk kebutuhan pembayaran utang jatuh tempo di akhir bulan dan akan adanya pembayaran barang-barang impor mendorong mata uang dolar AS meningkat nilainya sehingga turut memengaruhi pelemahan rupiah," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, di Jakarta, Senin.

Sentimen negatif lainnya, lanjut dia, berupa imbas pernyataan beberapa petinggi The Fed bahwa pemberlakukan pengurangan stimulus keuangan pada Oktober 2013.

Meski demikian, ia memperkirakan tekanan pada mata uang rupiah cenderung dapat dibatasi oleh Bank Indonesia (BI). BI akan menjaga fluktuasinya agar tidak terlalu tinggi.

Pengamat pasar uang lainnya, Ruly Nova menambahkan sentimen pasar uang saat ini masih cenderung negatif terutama dari eksternal, sehingga membuat mata uang domestik cenderung tertekan terhadap dolar AS.

Ia mengharapkan data-data ekonomi Indonesia yang akan dirilis pada awal bulan Oktober mendatang dapat menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan domestik.

Menurut dia, jika inflasi dan defisit neraca perdagangan Indonesia membaik maka dampak negatif dari sentimen eksternal dapat sedikit mereda. Sejauh ini, pemerintah telah berusaha untuk memperbaiki neraca transaksi berjalan agar defisit tidak semakin membesar.