Tuesday, October 29, 2013

[batavia-news] SBY Makin Emosional

 

 
 
 
SBY Makin Emosional
Tajuk Rencana | Selasa, 29 Oktober 2013 - 13:17 WIB
: 94
 


(dok/Sesneg)
Ilustrasi.
Reputasi Partai Demokrat dan pemerintahan SBY makin melorot.

Makin mendekati akhir kekuasaannya, tampak sekali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mudah terbakar emosinya.

Tentu tidak elok presiden yang terbilang intelektual itu justru sering mengumbar emosi. Bila terus bersikap seperti ini, bagaimana mungkin ia bisa menganalisis dan menetapkan kebijakannya dengan hati dan pikiran jernih?

SBY makin sering menyampaikan unek-uneknya, seolah ia presiden yang sering dizalimi, bukan hanya oleh lawan politik, melainkan juga media massa.

Ia ingin mencitrakan dirinya sebagai orang tertindas, seperti ketika menjelang Pilpres 2004 yang ternyata mengangkat popularitasnya. Namun dalam posisi sekarang apa untungnya SBY mengiba-iba seperti itu? Padahal ia kepala negara yang seharusnya menjadi panutan dan memberikan arah terbaik bagi rakyat.

Kita menggarisbawahi catatan Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, bahwa dalam dua pekan terakhir publik dihadapkan pada serangkaian sikap dan pernyataan SBY yang emosional.

SBY memperlihatkan betapa ia merasa marah, jengkel, dizalimi, sekaligus cemburu atas situasi yang menimpa diri, keluarga, dan partainya. Reaksi paling emosional ia tunjukkan ketika menanggapi pernyataan tersangka korupsi, mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq mengenai sosok Bunda Putri.

SBY seolah kehilangan kontrol, dan itu sangat kita sesalkan. Apalagi ia kemudian tidak memegang pakem "sabda pandita ratu", ucapannya ternyata tidak bisa dipegang sebagai janji seorang raja.

Ia ketika itu membantah keras kabar kedekatannya dengan Bunda Putri, seraya berjanji akan mengungkapkan identitas perempuan pelobi itu agar publik tidak menerima informasi simpang siur. Faktanya, hingga saat ini SBY tidak memenuhi janjinya.

Padahal, apa sulitnya mengungkap identitas Bunda Putri, kemudian mengklarifikasi pernyataan LHI di pengadilan dan mengumumkannya kepada publik. Namun ia tidak melakukannya sehingga kasus ini dibiarkan menjadi misteri. Hal serupa yang juga menjadi misteri adalah mengenai hubungannya dengan pengusaha asal Palembang, Sengman, seperti disebut-sebut dalam pengadilan kasus impor daging.

Banyak kasus lain yang masih menyimpan misteri. Ada skandal besar Bank Century dan proyek pembangunan pusat olahraga di Hambalang yang penanganannya sangat lambat. Bagi SBY, kasus-kasus tersebut seolah menjadi dilema yang sangat memusingkannya. Tak aneh bila publik terus menduga-duga. Mungkin saja, bila dibongkar tuntas sekarang bisa membahayakan posisinya. Namun kalau dibiarkan mengambang bisa menimbulkan tuduhan ia tidak berkomitmen membongkar perkara korupsi.

Fakta menunjukkan banyak kader utama Partai Demokrat terlibat skandal korupsi, bahkan keluarga SBY pun tidak luput dari dugaan keterlibatan pada sejumlah kasus korupsi.

Kini, reputasi Partai Demokrat dan pemerintahan SBY makin melorot dan hampir pasti akan berpengaruh buruk terhadap perolehan suara pada Pemilu 2014. Reaksi SBY yang kurang terkontrol belakangan justru memperuncing konflik internal, yang pasti makin menurunkan citra partainya di mata publik.

Semula, kita menanggapi kerisauan SBY atas kemerosotan citra partai dan pemerintahannya sebagai sesuatu yang wajar belaka. Kini kita justru risau terhadap cara SBY merespons persoalan yang ia hadapi akibat terlalu emosional dan tak mampu mengontrol diri. Ia mestinya senantiasa bersikap tenang agar bisa berpikir jernih dalam mencari solusi terbaik.

Rakyat membutuhkan pemimpin yang mampu memberikan arah dan menularkan optimisme, betapa pun sulit jalan yang harus dilalui.

Rakyat tidak membutuhkan pemimpin yang cengeng, selalu mengeluh, bahkan senang mengecam pihak lain sebagai biang keladi. Rakyat butuh figur pemberani, bukan sosok yang selalu ketakutan, apalagi bila ancaman itu hanya muncul dalam benak dan bayangannya sendiri.

Kita berharap SBY tak lagi mengeluh dan mengecam dalam sisa kekuasannya satu tahun ke depan. Bila tidak, hal itu menjadi kerugian besar, bukan hanya bagi diri dan partainya, melainkan juga kita sebagai bangsa. Itu karena ia mewarisi kita sikap pesimistis, bukan optimisme untuk menyongsong masa depan.

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment