Friday, May 30, 2014

[batavia-news] Massa Brutal Bubarkan Doa Rosario

 

res : Para Capers dan partai politik membisu? Kebisuan mempunyai arti istimewa.
 
 

Massa Brutal Bubarkan Doa Rosario
Jumat, 30 Mei 2014 | 11:10

Korban aksi brutal massa berjubah, Julius Felicianus berbincang-bincang dengan Wakil Ketua DPD RI, GKR Hemas. [SP/Fuska Sani Evani] Korban aksi brutal massa berjubah, Julius Felicianus berbincang-bincang dengan Wakil Ketua DPD RI, GKR Hemas. [SP/Fuska Sani Evani]

[YOGYAKARTA] Sekelompok orang berjubah mengobak-abrik rumah warga Perum YKPN Tanjungsari, Sukoharjo Ngaglik Sleman, Kamis (29/5) malam.

Saat kejadian, di rumah tersebut sedang berlangsung acara doa rutin Rosario kelompok umat Kristiani Santo Fransicus Agung Gereja Banteng.

Pemilik rumah yang datang pasca penyerangan pertama, Julius Felicianus (52) turut menjadi korban penganiayaan hingga terluka di bagian kepala dan lebam di sekujur tubuh, sementara enam jemaat lainnya mengalami luka ringan.

Selain pemilik rumah dan jemaat, camera seorang jurnalis Kompas TV, Michael Irawan, dirampas dan ikut dianiaya hingga menderita lebam di sekujur wajah.

Menurut keterangan Julius Felicianus yang Direktur Galang Press Yogyakarta, saat kejadian pukul 20.10 WIB, dirinya masih berada di kantor.

"Saya di SMS anak saya, rumah diserbu orang-orang berjubah. Anak saya dikejar-kejar tapi selamat karena mengenali dua orang di antara mereka yang juga tetangga kami," katanya.

Mendapat SMS itu, Julius yang sedang menggelar acara 'Doa dan Zikir untuk Pemimpin Baru' di Galang Press, segera pulang dengan ditemani anggota Polda DIY.

Sesampainya di rumah, kondisi rumah sudah berantakan, warga kompleks ketakutan dan mengurung diri di dalam rumah, sementara jemaat sudah ke rumah sakit.

"Saya turun dari mobil langsung ditanya dan diserbu. Untung ada kawan saya dari Polda DIY yang saya ajak. Kalau tidak saya tidak tahu. Mungkin saya sudah mati, karena sekitar 8 orang bersenjata tajam mengeroyok saya," katanya.

Sedang menurut Michael Irawan, dirinya datang ke lokasi, pasca penyerangan pertama.

"Kondisi sudah berantakan. Motor bergelimpangan juga dirusak, pot-pot remuk. Saat Pak Julius turun dari mobil, orang-orang berjubah itu menyerang, saya sempat mengambil gambar. Tapi ada yang tahu dan balik menyerang saya sambil merampas camera," katanya.

Michael yang mengaku tinggal tidak jauh dari lokasi menuturkan, penyerang rata-rata masih muda dengan tampang seram. Semua berpenampilan serupa yakni bercelana 'congklang' dan bergamis.

"Mereka mengaku anak buah ustad Jafar Umar Thalib mantan komandan pasukan Jihat dan mengancam jika kegiatan serupa (sembahyangan) masih dilangsungkan, mereka akan melakukan aksi serupa," ucap Michael.

Tidak terima dengan tindakan tersebut, pagi ini, Jumat (30/5) Michael Irawan didampingi Pemred Kompas TV Yogi Arief dan Kabiro Kompas TV DIY-Jateng Daeng Tanto, melaporkan kejadian penganiyaan tersebut ke Polda DIY.

Sementara, jurnalis Yogya juga akan menggelar aksi keprihatinan Jumat siang ke kantor DPRD DIY.

Pasca kejadian, permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hemas didampingi GBPH Prabukusumo  dan Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu mendatangi tempat kejadian perkara.

GKR Hemas mengungkapkan Julius Felicianus adalah tim suksesnya saat pemilihan anggota DPD lalu dan ingin memberikan dukungan secara moral.

Namun GKR Hemas juga meminta aparat Kepolisian bertindak cepat, sebab beberapa pelaku sudah diketahui. "Kami minta aparat segera menindak para pelaku. Kan sudah jelas pelakunya, itu saja," kata GKR Hemas.

Menurutnya, kejadian tersebut sudah mencederai makna Pancasila dan kebebasan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya. Namun Hemas menyatakan bahwa hal itu tidak bisa dikaitkan dengan memanasnya suhu politik saat ini.

"Saya tidak bisa menganalisis itu," ujarnya. Meski kejadian serupa juga mulai marak di Yogyakarta, Hemas hanya menekankan bahwa aksi itu sudah melanggar Undang-undang. Sehingga seyogyanya aparat punya wewenang menindak.

"Jelas ini melanggar undang-undang, saya minta aparat kerja dan tegas," ucap Hemas.

Sementara itu Wakil Bupati Sleman, Yuni Satia Rahayu juga mendesak Kepolisian untuk cepat dan reaktif. Tidak usah menunggu laporan dari warga sebab kejadian tersebut bukan delik aduan.

"Kejadian ini murni kriminal, jadi aparat harus bisa melakukan investigasi tanpa harus ada laporan dari korban," katanya. [152/L-8]

__._,_.___

Posted by: "Sunny" <ambon@tele2.se>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment