Jantung Raja Richard Berhati Singa diawetkan dengan
merkuri, mint, dan kemenyan serta tumbuhan berbau wangi lain. Komposisi
bahan kimia berbagai substansi yang dipakai untuk mengawetkan jantung
penguasa Inggris itu terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan
oleh ilmuwan Prancis.
Studi tersebut merupakan penelitian biokimia pertama terhadap jantung
Richard I, yang meninggal pada 1199. Ketika wafat, sebagai sebuah
praktek yang umum dilakukan pada masa itu, jantungnya dikeluarkan dan
dimumifikasi secara terpisah dari tubuhnya. Jantung itu pun disimpan di
tempat berbeda, yaitu di Notre Dame di Rouen selama berabad-abad sampai
ditemukan kembali pada 1838.
"Bahan yang digunakan terinspirasi langsung dari naskah Injil," kata
Philippe Charlier, peneliti dari University Hospital R. Poincaré di
Prancis. "Tujuannya untuk mendekati bau kesucian."
Raja Richard I mulai memerintah pada 1189, dan sempat diculik serta
ditahan di Eropa selama dua tahun. Pada 25 Maret 1199, Richard terkena
panah di Chalus, Prancis, dan meninggal 12 hari kemudian karena terkena
gangrene. Isi perutnya diangkat dan disimpan di Chalus, sedangkan tubuhnya
dimakamkan di Fontevraud Abbey di Prancis. Jantungnya diawetkan dan
ditaruh dalam peti tersendiri, lalu dibawa ke Notre Dame di Rouen.
Pembagian dan penyebaran jenazah tersebut dilakukan untuk
menyimbolkan dan menandai daerah kekuasaan Richard I,” kata Charlier.
Namun tak ada naskah kuno yang mencatat bagaimana proses pengawetan
dilakukan. Jantung Richard I tetap berada di Rouen hingga Juli 1838, ketika
sejarawan setempat menemukan sebuah kotak timah bertulisan, Inilah
jantung Richard, Raja Inggris”. Jantung tersebut kini telah menjadi
debu, serbuk putih kecokelatan.
Dari serbuk tersebut, Charlier dan timnya menemukan beragam senyawa,
termasuk jejak protein otot jantung manusia. Mereka juga mengamati
potongan kecil kain linen yang menunjukkan jantung itu dibungkus dengan
kain sebelum disimpan dalam kotak. Senyawa logam, seperti timah, kemungkinan berasal dari kotak
penyimpanan. Senyawa lain kemungkinan digunakan dalam proses pengawetan,
seperti unsur merkuri yang biasa ditemukan dalam makam abad
pertengahan.
Peneliti juga menemukan serbuk sari beraneka macam tumbuhan myrtle,
daisy, mint, pinus, ek, poplar, plantain, dan bellflower. Polen poplar
dan bellflower, yang mekar pada April bertepatan dengan wafatnya
Richard, kemungkinan terbawa angin ke dalam peti. Tanaman lain, seperti
myrtle, daisy, dan mint kemungkinan sengaja digunakan untuk mengawetkan.
Kemenyan, yang berasal dari getah pohon, mungkin berguna baik untuk
mengawetkan maupun makna simbolis bahan tersebut.
Proses pengawetan jantung itu sangat penting karena perjalanan dari
Chalus ke Rouen mencapai 530 kilometer. Namun para pengikutnya mungkin
juga melihat proses itu sebagai salah satu transformasi teologis,” kata
Charlier.
No comments:
Post a Comment