Florida dikenal sebagai Sunshine State (negara bagian yang bermandikan
sinar mentari), namun ada sisi kelam di sana, ketika keluarga Jeff Bush
menemukan seorang pria berusia 36 tewas setelah sebuah “sinkhole”
(lubang yang terjadi secara tiba-tiba akibat amblasnya permukaan tanah)
terbuka di bawah rumahnya pada pekan lalu.
Pihak berwajib kini melaporkan terbentuknya lubang amblasan kedua di Seffener, Florida, yang hanya berjarak 3 km dari amblasan yang menghancurkan kediaman keluarga Bush.
Lubang amblasan itu sangat berisiko di Florida, karena keadaan geologi di wilayah itu. Negara bagian itu kebanyakan berada di atas permukaan batu kapur, yang bisa menampung banyak jumlah air di aquifer (lapisan tempat air dapat mengalir di bawah tanah) bawah tanah. Seiring dengan air tanah yang secara perlahan mengalir melalui batu kapur, air itu membentuk lanskap yang disebut karst , yang membentuk gua, mata air, dan sejumlah lubang amblasan lainnya.
Air di aquifer juga memberi tekanan pada batu kapur dan membantu menstabilkan lapisan permukaan tanah, yang biasanya berupa tanah liat, endapan lumpur, dan pasir di Florida.
Amblasnya tanah tersebut bisa dipicu oleh beban berlebih, yang sering disebabkan hujan deras atau banjir, atau saat air tanah dipompa keluar. Saat air keluar dari rongga batu kapur, tekanan yang menopang material di permukaan tanah juga hilang. Bergantung dari beberapa faktor, lapisan atas bisa tiba-tiba amblas, seperti yang baru-baru ini terjadi di Florida, atau amblas secara bertahap, seperti yang dikatakan Ann Tihansky, ahli hidrologi dari U.S. Geological Survey (USGS) di Florida.
Dan air tanah di Florida terus berkurang seiring dengan meningkatnya populasi negara bagian itu yang akan mencapai puncaknya pada 2015, dengan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 20 juta jiwa, menjadikan Florida sebagai negara bagian ketiga di AS dengan jumlah penduduk terbesar versi BusinessWeek.
Florida, negara bagian yang haus akan kepuasan tersebut terus memompa air tanahnya, membuat lapisan batu kapurnya menjadi tidak stabil dan meningkatkan munculnya lubang amblasan, seperti yang dinyatakan dalam sebuah laporan USGS.
Lubang amblasan lebih sering muncul di Florida saat musim dingin.
Pihak berwajib kini melaporkan terbentuknya lubang amblasan kedua di Seffener, Florida, yang hanya berjarak 3 km dari amblasan yang menghancurkan kediaman keluarga Bush.
Lubang amblasan itu sangat berisiko di Florida, karena keadaan geologi di wilayah itu. Negara bagian itu kebanyakan berada di atas permukaan batu kapur, yang bisa menampung banyak jumlah air di aquifer (lapisan tempat air dapat mengalir di bawah tanah) bawah tanah. Seiring dengan air tanah yang secara perlahan mengalir melalui batu kapur, air itu membentuk lanskap yang disebut karst , yang membentuk gua, mata air, dan sejumlah lubang amblasan lainnya.
Air di aquifer juga memberi tekanan pada batu kapur dan membantu menstabilkan lapisan permukaan tanah, yang biasanya berupa tanah liat, endapan lumpur, dan pasir di Florida.
Amblasnya tanah tersebut bisa dipicu oleh beban berlebih, yang sering disebabkan hujan deras atau banjir, atau saat air tanah dipompa keluar. Saat air keluar dari rongga batu kapur, tekanan yang menopang material di permukaan tanah juga hilang. Bergantung dari beberapa faktor, lapisan atas bisa tiba-tiba amblas, seperti yang baru-baru ini terjadi di Florida, atau amblas secara bertahap, seperti yang dikatakan Ann Tihansky, ahli hidrologi dari U.S. Geological Survey (USGS) di Florida.
Dan air tanah di Florida terus berkurang seiring dengan meningkatnya populasi negara bagian itu yang akan mencapai puncaknya pada 2015, dengan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 20 juta jiwa, menjadikan Florida sebagai negara bagian ketiga di AS dengan jumlah penduduk terbesar versi BusinessWeek.
Florida, negara bagian yang haus akan kepuasan tersebut terus memompa air tanahnya, membuat lapisan batu kapurnya menjadi tidak stabil dan meningkatkan munculnya lubang amblasan, seperti yang dinyatakan dalam sebuah laporan USGS.
Lubang amblasan lebih sering muncul di Florida saat musim dingin.
No comments:
Post a Comment