Sunday, March 3, 2013

Omzet Pedagang Buah di Garut Anjlok

Sejumlah pedagang buah di Kabupaten Garut kewalahan menghadapi lonjakan harga buah impor dan lokal yang terjadi sejak awal 2013. Akibatnya, mereka mengalami kerugian dan penurunan omzet.
Penjual buah di Pasar Mandalagiri, Garut Kota, Ikok Karmilah (48), mengatakan lonjakan harga yang mencapai 100 persen atau dua kali lipat dari harga normal ini juga mengakibatkan penurunan jumlah pembeli.
"Semakin sini semakin sedikit yang membeli buah. Kalaupun ada yang beli, pasti mengurangi jumlah belanjaannya," kata Ikok saat ditemui di kiosnya. Menurut Ikok, kenaikan harga terjadi pada buah impor. Hal ini disebabkan kebijakan pemerintah yang mengurangi impor buah dari berbagai negara seperti Cina, Selandia Baru, dan Pakistan.

Akibatnya, persediaan buah impor menipis dan harganya melonjak.
Harga satu kilogram anggur impor kini mencapai Rp 60 ribu. Padahal, sebelumnya berharga Rp 30 ribu per kilogram. Harga buah pir meningkat dari Rp 12 ribu jadi Rp 18 ribu per kilogram. Harga jeruk sunkist melonjak dari Rp 20 ribu jadi Rp 28 ribu per kilogram. Harga satu kilogram apel merah atau lengkeng sama-sama naik menjadi Rp 30 ribu dari Rp 20 ribu.

Tidak hanya buah impor yang mengalami kenaikan harga, harga buah lokal pun ikut merangkak. Menurut Ikok, hal ini disebabkan cuaca buruk yang membuat para petani buah lokal gagal panen.
"Jeruk brastagi naik jadi Rp 20 ribu dari Rp 10 ribu. Apel malang jadi Rp 15 ribu dan dukuh palembang jadi Rp 18 ribu per kilogram. Kebanyakan harga buah lokal naik sekitar 50 sampai 100 persen," kata Ikok.

Ikok mengatakan dua bulan lalu, dirinya bisa meraup omzet Rp 3 juta sampai Rp 6 juta per hari dari hasil penjualan buahnya. Namun, setelah kenaikan harga buah, dia hanya bisa mendapat omzet di bawah Rp 2 juta per hari.

Seorang pedagang buah lainnya, Aris (27), mengatakan momen kenaikan harga buah impor seharusnya dimanfaatkan para petani buah lokal untuk menggenjot hasil produksinya. Namun, cuaca buruk menjadi kendala pengimbangan jumlah buah impor di pasaran.
"Mangga, pepaya, melon, semangka, dan buah naga, malah ikut naik karena ikutan langka. Apalagi jeruk garut yang sudah jadi buah eksklusif. Tapi, jumlah pelanggan buah impor memang tidak pernah surut. Banyak yang memilih buah impor karena kualitasnya dianggap lebih baik," kata Aris.
Aris mengatakan biasanya dia meraup omzet sebesar Rp 4 juta per hari dari penjualan buahnya. Namun kini, ujarnya, mencapai separuhnya saja sangat sulit. Hal ini kali pertama terjadi selama Aris berjualan buah sejak belasan tahun lalu.

No comments:

Post a Comment