Sejumlah pedagang buah di Kabupaten Garut kewalahan
menghadapi lonjakan harga buah impor dan lokal yang terjadi sejak awal
2013. Akibatnya, mereka mengalami kerugian dan penurunan omzet.
Penjual buah di Pasar Mandalagiri, Garut Kota, Ikok Karmilah (48),
mengatakan lonjakan harga yang mencapai 100 persen atau dua kali lipat
dari harga normal ini juga mengakibatkan penurunan jumlah pembeli.
"Semakin sini semakin sedikit yang membeli buah. Kalaupun ada yang
beli, pasti mengurangi jumlah belanjaannya," kata Ikok saat ditemui di
kiosnya. Menurut Ikok, kenaikan harga terjadi pada buah impor. Hal ini
disebabkan kebijakan pemerintah yang mengurangi impor buah dari berbagai
negara seperti Cina, Selandia Baru, dan Pakistan.
Akibatnya, persediaan buah impor menipis dan harganya melonjak.
Harga satu kilogram anggur impor kini mencapai Rp 60 ribu. Padahal, sebelumnya berharga Rp 30 ribu per kilogram. Harga buah pir meningkat dari Rp 12 ribu jadi Rp 18 ribu per kilogram. Harga jeruk sunkist melonjak dari Rp 20 ribu jadi Rp 28 ribu per kilogram. Harga satu kilogram apel merah atau lengkeng sama-sama naik menjadi Rp 30 ribu dari Rp 20 ribu.
Tidak hanya buah impor yang mengalami kenaikan harga, harga buah
lokal pun ikut merangkak. Menurut Ikok, hal ini disebabkan cuaca buruk
yang membuat para petani buah lokal gagal panen.
"Jeruk brastagi naik jadi Rp 20 ribu dari Rp 10 ribu. Apel malang
jadi Rp 15 ribu dan dukuh palembang jadi Rp 18 ribu per kilogram.
Kebanyakan harga buah lokal naik sekitar 50 sampai 100 persen," kata
Ikok.
Ikok mengatakan dua bulan lalu, dirinya bisa meraup omzet Rp 3 juta
sampai Rp 6 juta per hari dari hasil penjualan buahnya. Namun, setelah
kenaikan harga buah, dia hanya bisa mendapat omzet di bawah Rp 2 juta
per hari.
Seorang pedagang buah lainnya, Aris (27), mengatakan momen kenaikan
harga buah impor seharusnya dimanfaatkan para petani buah lokal untuk
menggenjot hasil produksinya. Namun, cuaca buruk menjadi kendala
pengimbangan jumlah buah impor di pasaran.
"Mangga, pepaya, melon, semangka, dan buah naga, malah ikut naik
karena ikutan langka. Apalagi jeruk garut yang sudah jadi buah
eksklusif. Tapi, jumlah pelanggan buah impor memang tidak pernah surut.
Banyak yang memilih buah impor karena kualitasnya dianggap lebih baik,"
kata Aris.
Aris mengatakan biasanya dia meraup omzet sebesar Rp 4 juta per hari
dari penjualan buahnya. Namun kini, ujarnya, mencapai separuhnya saja
sangat sulit. Hal ini kali pertama terjadi selama Aris berjualan buah
sejak belasan tahun lalu.
No comments:
Post a Comment