---------- Forwarded message ----------
From: Harno WALHI <harno.walhi@gmail.com>
Date: 2014/1/20
Subject: Lingkungan Harus Direvitalisasi:
To: Walhinews <walhinews@yahoogroups.com>
Cc: cumakita <cumakita@yahoogroups.com>, Mukri F <mukri.walhi@gmail.com>, Tumpak Winmark Hutabarat <tumpakw@gmail.com>, Walhi -Jabar <walhijabar@gmail.com>
From: Harno WALHI <harno.walhi@gmail.com>
Date: 2014/1/20
Subject: Lingkungan Harus Direvitalisasi:
To: Walhinews <walhinews@yahoogroups.com>
Cc: cumakita <cumakita@yahoogroups.com>, Mukri F <mukri.walhi@gmail.com>, Tumpak Winmark Hutabarat <tumpakw@gmail.com>, Walhi -Jabar <walhijabar@gmail.com>
Sumber KOMPASCetak 21 jan 13
Lingkungan Harus Direvitalisasi:
Pemerintah Mengabaikan Mitigasi Bencana Alam
MANADO,— Bencana alam yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia merupakan bukti rusaknya lingkungan. Saat ini, saatnya pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota berani merevitalisasi lingkungan antara lain dengan mengembalikan fungsi sungai dan membangun lebih banyak daerah hijau di wilayahnya.
Hal tersebut dikatakan Ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla kepada wartawan, di Manado, seusai meninjau tiga lokasi banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara, Senin (20/1). Dia mengatakan, banjir bandang 15 Januari 2014 yang merupakan terbesar dalam sejarah bencana Manado terjadi akibat lingkungan tidak terpelihara dan sungai kehilangan fungsi.
"Revitalisasi lingkungan berisiko, tetapi harus berani. Kembalikan fungsi (daerah aliran) sungai dari lokasi permukiman dan industri. Di Manado, bukit-bukit hijau malah ditebang. Padahal, daerah itu menjadi kawasan resapan air," katanya.
Saat meninjau lokasi bencana di Manado, Jusuf Kalla terharu ketika menyaksikan kawasan bantaran sungai di Ranotana Weru yang kini rata dengan tanah setelah hampir 100 rumah hilang tersapu banjir bandang. Di kawasan Banjer, Tikala Baru, banyak rumah warga rusak akibat terjangan air.
Karena itu, ia berharap bencana ini menjadi pengalaman berharga bagi masyarakat dan Pemerintah Kota Manado. Revitalisasi lingkungan mutlak dilakukan karena laju pembangunan permukiman telah mengabaikan keseimbangan lingkungan. Di mana-mana daerah aliran sungai menjadi sempit karena pembangunan rumah dan industri.
Mitigasi bencana
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Barat Dadan Ramdhan menilai, bencana alam yang terus terjadi, bahkan semakin parah, saat ini harus dijadikan pelajaran pentingnya mitigasi bencana. Selama ini, pemerintah daerah mengabaikan mitigasi bencana.
Dadan menyoroti pola mitigasi bencana di Jawa Barat yang lebih tertuju pada pemberian bantuan sandang pangan ketimbang penanganan dan sosialisasi prabencana. Cara seperti itu tidak memberikan solusi penanganan bencana, tetapi justru menyuburkan praktik pemborosan anggaran.
Dadan mencontohkan anggaran bencana Pemerintah Kabupaten Bandung sebesar Rp 3 miliar tahun 2012. Dana itu habis seketika untuk pembiayaan pengungsian dan penanganan pascabencana banjir. Padahal, pemahaman kebencanaan harus diberikan kepada warga agar mereka yang tinggal di daerah rawan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
"Ada lima daerah aliran sungai utama yang melintasi Jawa Barat, yaitu Ciliwung, Citarum, Cisanggarung, Cimanuk, dan Citanduy. Semuanya dalam kondisi rusak dan rentan menyebabkan banjir," katanya, di Bandung.
Sejumlah sungai itu melintas antarwilayah provinsi sehingga perlu kerja sama antardaerah untuk membenahinya. Kemarin, Forum Badan Kerja Sama Pembangunan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur) bersama Kementerian Pekerjaan Umum membahas penanggulangan banjir di Jabodetabekpunjur. Dalam rapat yang digelar di Posko Pemantauan Banjir Ciliwung, Bendung Katulampa, Kota Bogor, itu, pemerintah pusat, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten sepakat segera mewujudkan proyek penanganan banjir Jabodetabekpunjur. Di Bogor dan Kota Depok akan dibangun waduk. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum menanggung biaya konstruksi Rp 1,9 triliun.
Hingga kemarin, banjir masih melanda sejumlah daerah. Luapan air Sungai Citarum dan Cilamaya masih menggenangi sejumlah wilayah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dengan ketinggian air hingga 1 meter. Banjir juga terjadi di Kali Gendol, Desa Kepuharjo, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Minggu, dan menewaskan dua awak truk penambang pasir.
(CHE/DMU/FRN/APO/ENG/ZAL/DMU/HRS/VDI/DRA/ABK/PIN/NDY/BRO)
Lingkungan Harus Direvitalisasi:
Pemerintah Mengabaikan Mitigasi Bencana Alam
MANADO,— Bencana alam yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia merupakan bukti rusaknya lingkungan. Saat ini, saatnya pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota berani merevitalisasi lingkungan antara lain dengan mengembalikan fungsi sungai dan membangun lebih banyak daerah hijau di wilayahnya.
Hal tersebut dikatakan Ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla kepada wartawan, di Manado, seusai meninjau tiga lokasi banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara, Senin (20/1). Dia mengatakan, banjir bandang 15 Januari 2014 yang merupakan terbesar dalam sejarah bencana Manado terjadi akibat lingkungan tidak terpelihara dan sungai kehilangan fungsi.
"Revitalisasi lingkungan berisiko, tetapi harus berani. Kembalikan fungsi (daerah aliran) sungai dari lokasi permukiman dan industri. Di Manado, bukit-bukit hijau malah ditebang. Padahal, daerah itu menjadi kawasan resapan air," katanya.
Saat meninjau lokasi bencana di Manado, Jusuf Kalla terharu ketika menyaksikan kawasan bantaran sungai di Ranotana Weru yang kini rata dengan tanah setelah hampir 100 rumah hilang tersapu banjir bandang. Di kawasan Banjer, Tikala Baru, banyak rumah warga rusak akibat terjangan air.
Karena itu, ia berharap bencana ini menjadi pengalaman berharga bagi masyarakat dan Pemerintah Kota Manado. Revitalisasi lingkungan mutlak dilakukan karena laju pembangunan permukiman telah mengabaikan keseimbangan lingkungan. Di mana-mana daerah aliran sungai menjadi sempit karena pembangunan rumah dan industri.
Mitigasi bencana
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Barat Dadan Ramdhan menilai, bencana alam yang terus terjadi, bahkan semakin parah, saat ini harus dijadikan pelajaran pentingnya mitigasi bencana. Selama ini, pemerintah daerah mengabaikan mitigasi bencana.
Dadan menyoroti pola mitigasi bencana di Jawa Barat yang lebih tertuju pada pemberian bantuan sandang pangan ketimbang penanganan dan sosialisasi prabencana. Cara seperti itu tidak memberikan solusi penanganan bencana, tetapi justru menyuburkan praktik pemborosan anggaran.
Dadan mencontohkan anggaran bencana Pemerintah Kabupaten Bandung sebesar Rp 3 miliar tahun 2012. Dana itu habis seketika untuk pembiayaan pengungsian dan penanganan pascabencana banjir. Padahal, pemahaman kebencanaan harus diberikan kepada warga agar mereka yang tinggal di daerah rawan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
"Ada lima daerah aliran sungai utama yang melintasi Jawa Barat, yaitu Ciliwung, Citarum, Cisanggarung, Cimanuk, dan Citanduy. Semuanya dalam kondisi rusak dan rentan menyebabkan banjir," katanya, di Bandung.
Sejumlah sungai itu melintas antarwilayah provinsi sehingga perlu kerja sama antardaerah untuk membenahinya. Kemarin, Forum Badan Kerja Sama Pembangunan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur) bersama Kementerian Pekerjaan Umum membahas penanggulangan banjir di Jabodetabekpunjur. Dalam rapat yang digelar di Posko Pemantauan Banjir Ciliwung, Bendung Katulampa, Kota Bogor, itu, pemerintah pusat, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten sepakat segera mewujudkan proyek penanganan banjir Jabodetabekpunjur. Di Bogor dan Kota Depok akan dibangun waduk. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum menanggung biaya konstruksi Rp 1,9 triliun.
Hingga kemarin, banjir masih melanda sejumlah daerah. Luapan air Sungai Citarum dan Cilamaya masih menggenangi sejumlah wilayah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dengan ketinggian air hingga 1 meter. Banjir juga terjadi di Kali Gendol, Desa Kepuharjo, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Minggu, dan menewaskan dua awak truk penambang pasir.
(CHE/DMU/FRN/APO/ENG/ZAL/DMU/HRS/VDI/DRA/ABK/PIN/NDY/BRO)
--
"Selamatkan Rakyat dan Pulihkan Lingkungan Hidup Jawa Barat"
***********************************************************************************************Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Barat
Jalan Piit Nomor 5 Bandung 40133
Telp/Fax. +62 22 250 7740
E-mail : jabar@walhi.or.id, walhijabar@gmail.com, walhi@walhijabar.org
Tweeter :@walhijabar
Website : www.walhijabar.org
Donasi Publik Bank Mandiri No Rekening 131-00-0992585-2 atas nama Walhi Jawa BaratWebsite : www.walhijabar.org
***********************************************************************************************
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment