Monday, January 20, 2014

[batavia-news] Menangis saat Mewawancara Penjagal PKI

 

 

Menangis saat Mewawancara Penjagal PKI

TERHARU: Joshua Lincoln Oppenheimer saat melakukann syuting di Indonesia.TERHARU: Joshua Lincoln Oppenheimer saat melakukann syuting di Indonesia.
 

Sutradara muda berbakat asal AS, Joshua Lincoln Oppenheimer, awalnya ingin membuat fi lm documenter tentang perburuhan di Indonesia. Namun, dalam perjalanannya, justru idenya berubah dan membuat fi lm tentang pembataian para anggota PKI pasca gerakan 1 Oktober 1065. Bagaimana kisahnya?

FILM tentang salah satu tragedi kemanusiaan paling besar dalam sejarah Indonesia modern, The Act of Killing, lolos menjadi nomine Academy Awards Ke-86 kategori film dokumen ter. Film yang dibesut Joshua Lin coln Oppenheimer itu bercerita mengenai sejumlah komandan jagal yang bertanggung jawab atas pelenyapan lebih dari satu juta jiwa pada operasi pembersihan anggota PKI di seluruh Indonesia pasca Gerakan 1 Oktober 1965. Dikutip dari NY Post, untuk membuat film ini Oppenheimer mewawancarai sekitar 40 orang yang disebutnya sebagai jagal itu.

Tapi, wawancara dokumenter dengan salah satu komandan jagal, Anwar Congo, yang paling membuat batinnya remuk. Anwar sendiri adalah jagal yang mem bantai ribuan orang dan menjadi salah seorang karakter di film yang menonjol. Hati Oppenheimer paling hancur ke tika Anwar melakukan simulasi saat membunuh seorang bayi. Dia menyayatnya dengan pisau di hadapan ayah bayi tersebut. Sebagai reka ulang, Anwar menggunakan boneka teddy bear untuk menggantikan si bayi. Melihat hal tersebut, Oppen heimer tak kuasa membendung air mata.

"Tangis saya mulai pecah," kata Oppenheimer dalam sebuah adegan di film versi director's cut. ''Anwar tahu saya mulai menangis,'' katanya. Anwar lalu bertanya, "Josh, kamu menangis". ''Ya, saya menangis." Oppenheimer sendiri awalnya datang ke Indonesia tidak untuk membuat dokumenter mengenai topik kontroversial tersebut. Dia ingin membuat film tentang buruh.

Dari serangkaian wawancara, sutradara kelahiran AS, 23 September 1974, yang berdomisili di Kopenhagen tersebut akhirnya tahu bahwa banyak dari keluarga para buruh tersebut yang menjadi korban pembantaian. Secara tak begitu serius, Oppenheimer lantas menghubungi para jagal tersebut.

Yang mengejutkan, bukan reaksi menutup diri untuk tidak mengingat masa lalu. ''Tapi, mereka (para jagal) bercerita dengan gamblang dan mengingat betul detail mengenai pembunuhannya. Yang ironis, hal itu diceritakan dengan senyum terkembang, di hadapan anak dan istrinya,'' tuturnya.

Kelompok-kelompok HAM di In donesia yang punya hubungan dengan Oppenheimer kemudian memintanya meneruskan proyek tersebut. Akhirnya, Oppenheimer mulai menyiapkan produksi. Yang membuat Oppenheimer takjub, para jagal itu dengan sukarela mau berpartisipasi. ''Kalian telah menjadi bagian dari salah satu pembantaian terburuk dalam sejarah manusia modern, dan masyarakat Anda berdiri di atas puingnya.

Tunjukkan pada saya, bagaimana Anda membunuh dengan cara apa pun yang kalian suka,'' kata Oppenheimer ketika memberi komando kepada para jagal tersebut sebelum kamera mulai mengambil gambar. Sampai akhirnya dia bertemu Anwar Congo. Pada awalnya Anwar cukup ceria.

Bahkan, dia sempat menyebut bahwa membunuh itu seolah hal biasa. ''Ketika membunuh orang, sebaiknya pakai celana panjang. Biar tidak kotor kakinya,'' kata Anwar.Namun, di tengah syuting, terjadi perubahan emosional pada diri Anwar Congo. Dia mengaku gelisah dan kerap dihantui mimpi buruk korbankorban yang dibunuhnya. (c2/ayi)

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment