Mukhidi, 35 tahun, tak henti-hentinya menahan nafas. Baginya, mengingat detik-detik terjadinya tanah longsor di Tebing Wadas Gantung Desa Plompong Sirampog, Brebes, Jawa Tengah, adalah horor. "Saya hanya punya waktu lima menit untuk menyelamatkan diri," kata dia, Rabu 6 Februari 2013.
Mukhidi selamat dari longsoran tebing setinggi 150 meter. Dia berlari menyamping ke sisi tebing. Sementara Radun, rekannya yang juga sedang memanen jagung memilih langkah yang salah. Radun berlari ke arah bawah tebing dan terseret longsoran. Saat itu mereka berada di ketinggian 75 meter atau di tengah tebing. Hingga kini tubuh Radun belum ditemukan.
Adapun Saryo, 54 tahun, tak mengira akan selamat. "Longsoran seperti tsunami, pertama air bah disusul lumpur," kata dia. Dia mendengar suara menggelegar seperti meriam. Tanah longsor bahkan sempat menerjang pantatnya saat dia sedang lari kencang. Menurut Saryo, longsor terjadi dua kali. Longsor pertama terjadi pada pukul 08.30, lalu disusul longsor kedua pukul 09.00.
Longsor Brebes terjadi pada Rabu 6 Februari 2013 pukul 09.00 pagi. Tebing setinggi 150 meter longsor dan terseret hingga 100 meter menerjang ladang jagung. Kebetulan saat itu ada warga yang memanen jagung di ladang itu. Delapan petani yang sedang memanen jagung itu diterjang longsor. Pencarian langsung dilakukan. Hingga Kamis petang 7 Februari 2013, masih tiga korban yang belum diketemukan, yakni Sutar, Radun dan Taryo. Korban yang sudah diketemukan adalah Rapinah, Kasrap dan Sungi. Ketiganya meninggal. Korban yang selamat, Sukim, 40 tahun, dan anaknya Hamdan, 4 tahun.
Pencarian korban dilakukan dengan cara menyemprotkan air ke timbunan tanah longsor. Petugas tak bisa memakai alat berat. Sebab, alat berat tak bisa menjangkau lokasi longsor karena tak ada jalan yang bisa dipakai. Selain itu, tingkat kemiringan tanah lokasi longsor 75 derajat sehingga menyulitkan pengoperasian alat berat. »Yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan pompa air untuk disemprotkan di tanah,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah Sarwa Permana di Semarang.
No comments:
Post a Comment