JUMAT, 28 Maret 2013 |
Dr Jacob Bernadus Sitanala
Pahlawan dan Tokoh Nasional Asal Maluku
JACOB Bernadus Sitanala dilahirkan dalam suatu keluarga pengusaha kecil pada 18 September 1889 di Kayeli, Pulau Buru. Ia keturunan keluarga besar Sitanala dari Desa Suli di Pulau Ambon.
Setelah menamatkan pendidikan dasar pada "Ambonsche Burger School" di Ambon dan pendidikan menengah MULO pada 1904, ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah kedokteran yaitu "STOVA" di Jakarta. Pada tahun 1912 Sitanala berhasil memperoleh ijasah dokter dan ditempatkan di berbagai tempat di Indonesia. Karena prestasinya yang tinggi dalam tugas pelayanan kedokteran dan penelitian ilmiah, ia mendapat tugas belajar ke Negeri Belanda tahun 1923 dan mendalami ilmu Penyakit Kusta (Lepra).
Pada tahun 1926 berhasil memperoleh diploma "Nederlandsche Arts" dan pada tahun 1927 mendapat gelar doctor dan guru besar dalam Ilmu Penyakit Kusta. Setelah kembali ke Indonesia dan bertugas sebagai ahli Penyakit Kusta, Dr Sitanala diangkat sebagai Kepala Pemberantasan Penyakit Kusta di Indonesia.
Dr Sitanala adalah ahli Penyakit Kusta yang bertama di Indonesia. Sebagai perintis pemberantasan Penyakit Kusta, ia dikenal pula di dunia Internasional karena karya-karya ilmiah hasil penelitian dan metode baru pengobatan Penyakit Kusta yang ia kembangkan. Untuk itu, raja Kerajaan Swedia berkenan memberikan bintang kehormatan tertinggi "Wasa Orde" yang setaraf dengan "Nobelprijs" (hadiah nobel) kepadanya dan juga sebuah bintang jasa dari perkumpulan sarjana-sarjana internasional dalam bidang kesehatan.
Ia terkenal pula sebagai pejuang dan perintis kemerdekaan Indonesia. Selama studi di Negeri Belanda, menjabat Wakil Ketua Perhimpunan Indonesia, sangat aktif dalam pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta menjadi penasehat dari organisasi politik Sarekat Ambon. Perasaan nasionalismenya sangat tinggi dan terlihat dalam usaha-usaha untuk membela rakyat kecil yang diperlakukan tidak manusiawi dalam bidang kesejahteraan dan kesehatan juga menentang ras diskriminasi di kalangan profesi kedokteran.
Selain itu, ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Palang Merah Indonesia (PMI). Setelah bertugas ke Ambon pada tahun 1947, masih tetap mengabdi sepanjang hayatnya. Beliau meninggal dunia pada 30 Agustus 1958 dan oleh Pemerintah RI dihargai sebagai "Perintis Kemerdekaan" dan tokoh nasional yang besar. (Sumber: BPNB Ambon)
Setelah menamatkan pendidikan dasar pada "Ambonsche Burger School" di Ambon dan pendidikan menengah MULO pada 1904, ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah kedokteran yaitu "STOVA" di Jakarta. Pada tahun 1912 Sitanala berhasil memperoleh ijasah dokter dan ditempatkan di berbagai tempat di Indonesia. Karena prestasinya yang tinggi dalam tugas pelayanan kedokteran dan penelitian ilmiah, ia mendapat tugas belajar ke Negeri Belanda tahun 1923 dan mendalami ilmu Penyakit Kusta (Lepra).
Pada tahun 1926 berhasil memperoleh diploma "Nederlandsche Arts" dan pada tahun 1927 mendapat gelar doctor dan guru besar dalam Ilmu Penyakit Kusta. Setelah kembali ke Indonesia dan bertugas sebagai ahli Penyakit Kusta, Dr Sitanala diangkat sebagai Kepala Pemberantasan Penyakit Kusta di Indonesia.
Dr Sitanala adalah ahli Penyakit Kusta yang bertama di Indonesia. Sebagai perintis pemberantasan Penyakit Kusta, ia dikenal pula di dunia Internasional karena karya-karya ilmiah hasil penelitian dan metode baru pengobatan Penyakit Kusta yang ia kembangkan. Untuk itu, raja Kerajaan Swedia berkenan memberikan bintang kehormatan tertinggi "Wasa Orde" yang setaraf dengan "Nobelprijs" (hadiah nobel) kepadanya dan juga sebuah bintang jasa dari perkumpulan sarjana-sarjana internasional dalam bidang kesehatan.
Ia terkenal pula sebagai pejuang dan perintis kemerdekaan Indonesia. Selama studi di Negeri Belanda, menjabat Wakil Ketua Perhimpunan Indonesia, sangat aktif dalam pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta menjadi penasehat dari organisasi politik Sarekat Ambon. Perasaan nasionalismenya sangat tinggi dan terlihat dalam usaha-usaha untuk membela rakyat kecil yang diperlakukan tidak manusiawi dalam bidang kesejahteraan dan kesehatan juga menentang ras diskriminasi di kalangan profesi kedokteran.
Selain itu, ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Palang Merah Indonesia (PMI). Setelah bertugas ke Ambon pada tahun 1947, masih tetap mengabdi sepanjang hayatnya. Beliau meninggal dunia pada 30 Agustus 1958 dan oleh Pemerintah RI dihargai sebagai "Perintis Kemerdekaan" dan tokoh nasional yang besar. (Sumber: BPNB Ambon)
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment