Perbuatan yang Memalukan Orang Indonesia
Budaya malu masih kurang di Indonesia sehingga wajar mereka yang berbuat salah tidak tahu malu. Pejabat yang korup tidak merasa bahwa perbuatannya suatu kesalahan besar dan akan berdampak pada dirinya maupun keluarganya bahkan nama baik bangsa, sudah pasti urat malunya sudah tidak ada. Jika kita melihat negara maju katakanlah Jepang, mereka sangat malu jika berbuat kesalahan sehingga tidak segan-segan langsung mengundurkan diri dari jabatan.
Berbeda jauh jika kita bandingkan dengan negara Jepang, Indonesia tertinggal jauh. Seperti kejadian tsunami baru-baru ini di Jepang 11 Maret 2011 yang mengakibatkan kerusakan parah sehingga Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengundurkan diri langsung tanpa banyak komentar. Sebenarnya hal itu hanya karena bencana alam tetapi karena dianggap dia gagal sehingga mengundurkan diri. Keputusan seperti itu sangat sulit ditemukan di Indonesia, malahan banyak pembenaran yang tidak sesuai dengan fakta. Banjir adalah hal yang paling sering terjadi di kota-kota besar katakan saja Medan, namun hal itu tidak menjadi hal yang dianggap memalukan jika tidak bisa teratasi sebaliknya masyarakat yang disalahkan karena buang sampah sembarangan.
Perbuatan yang Memalukan
Pendidikan yang bobrok baik di daerah maupun di pusat tidak juga membuat pejabat kita malu bahkan membuat berbagai kebijakan yang lagi-lagi hanya merugikan negara milyaran rupiah. Sudah dari dahulu sistem pendidikan kita tidak pernah mencerdaskan anak bangsa tetap saja sistem yang tidak baik itu berlangsung meskipun berbagai program pemerintah melalui perubahan kurikulum di bentuk.
Konflik sosial seperti perang saudara di daerah timur seperti Papua yang membuat mereka tidak bisa bersatu untuk membangun daerah mereka. Sehingga pihak asing sangat mudah untuk memecah mereka dan yang dirugikan adalah masyarakat Papua dan yang untung adalah bangsa asing yang berinvestasi. Masyarakat tidak lagi bisa berpikir bahwa daerah mereka sudah dieksploitasi tanpa melihat kesejahteraan mereka karena sibuk dengan perang saudara.
Tidak hanya masyarakat, pemerintah juga terlibat cekcok mulai dari pemimpin di kepolisian yang tertangkap korupsi, pemimpin partai yang tertangkap korupsi, menteri yang tertangkap korupsi, dan kepala daerah yang tertangkap korupsi. Negeri ini adalah negeri tempat para koruptor, memang sangat sadis tetapi itulah adanya. Pejabat yang terjaring kasus korupsi terpaksa membongkar jaringan aliran dana haram yang melibatkan pejabat lain sehingga konflik pun terjadi.
Polisi yang dikatakan sebagai pelindung masyarakat tidak lagi melindungi tetapi sebaliknya yaitu menjadi musuh. Di jalan raya masyarakat yang tertangkap sehingga harus mengeluarkan uang untuk terlepas dari jerat polisi. Sehingga masyarakat beranggapan bahwa polisi pemeras masyarakat. Ketika masyarakat berdemonstrasi untuk menuntut hak mereka juga kerap terjadi adu jotos antara masyarakat dengan polisi sehingga masyarakat beranggapan bahwa polisi lebih pro penguasa. Sebenarnya polisi dibentuk menjadi pelindung masrakat atau hanya pelindung pemerintah? Jika kita lihat semboyan polisi yang kurang lebih untuk mengayomi dan melindungi segenap masyarakat.
Jika polisi hanya menjadi pelindung pemerintah itu artinya pemerintah akan seenaknya berbuat salah yang kemudian dilindungi, masyarakat yang menuntut kesalahan pemerintah akan dihalau oleh polisi. Mau jadi apa negeri kita ini? Sewajarnya negara demokrasi masyarakatnya bebas beraspirasi apalagi menuntut kinerja pemerintah yang hancur karena korupsi, tidak perduli nasib rakyat miskin dan kondisi eksploitasi alam secara brutal oleh pihak asing.
Aksi yang paling memalukan adalah ketika oknum TNI yang menyerang Mapolres di OKU (Ogan Komering Ulu) Sumatera Selatan sehingga mengakibatkan terbakarnya kantor polisi tersebut. Peristiwa ini membuktikan bahwa aparat negeri ini seperti penjaga para elit berkuasa saja bukan pelindung masyarakat atau pembela negara. Buktinya ketika kedaulatan NKRI direbut oleh negara tetangga kita hanya bisa diam, TKI kita yang dibunuh di luar negeri kita hanya bisa diam, tanah rakyat yang dirampas oleh investor asing kita hanya bisa diam, dan perekonomian kita yang sesuka luar negeri menaikturunkan harga juga kita hanya bisa diam.
Lantas apa yang mau dilihat jika kita hanya bisa diam sehingga pemerintah yang tidak berintegrasi bisa menjadi eksis dan dengan mulusnya pampang wajah. Sangat memalukan jika tidak dengan segera diberantas mereka yang berkhianat bagi rakyat. Rakyat sudah sangat muak dengan sistem pemerintahan yang jauh dari seharusnya. Terbukti ketika pemilu diadakan sudah pasti pemenangnya adalah Golput. Pernahkah kita berpikir kenapa lebih banyak Golput dari pada pemilih?
Masyarakat sudah tidak percaya lagi pada calon pemimpin yang tidak tahu malu. Menebar janji manis kampanye kemudian melupakannya, sangat memalukan alias tukang tipu. Bertahun-tahun sudah dirasakan masyarakat luas di Indonesia sehingga kognitif mereka lebih condong negatif kepada pemerintahan. Memang tidak semua pemerintah seperti yang dipikirkan oleh masyarakat luas tetapi sebagian besarnya sudah terbukti memalukan.
Sosok Pemimpin Idaman
Hasil survey menyatakan bahwa Jokowi adalah calon terbanyak pendukungnya di pemilu 2014. Sementara ketika Jokowi ditanya soal isu tersebut dia berpendapat lebih ingin fokus membenahi ibukota Indonesia. Pernyataan tersebut semakin membuat masyarakat gregetan kenapa tidak? Mana ada orang yang menolak jika ditawarkan suatu jabatan tinggi apalagi sudah ada bukti survey. Sosok Jokowi bisa dikatakan bagian kecil dari pejabat yang tidak memalukan tadi. Kita juga jangan langsung berbesar hati atas kehadiran Jokowi karena proses pembuktian janjinya masih beberapa tahun lagi. Meskipun demikian untuk sosok pemimpin atau standard pemimpin yang diidamkan masyarakat untuk maju dalam pemilu 2014 adalah seperti sosok Jokowi yang blusukan.
Adakah pemimpin yang ingin membangun Indonesia menjadi lebih baik? Sangat sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut karena butuh analisis mendalam lagi untuk menjawabnya. Lantas apa yang bisa diperbuat masyarakat untuk bisa memperbaiki negeri yang sudah bobrok ini? Ada sebagian masyarakat mengatakan dengan berdemonstrasi menuntut pemerintah supaya lebih memperhatikan rakyat. Ada sebagian mengatakan dengan mempercerdas anak bangsa supaya kelak tumbuh pemimpin yang berkualitas untuk membangun Indonesia. Apapun itu selama sesuai dengan hukum, budaya dan kepercayaan kita untuk membangun bangsa ini sudah sepantasnya kita lakukan. Yang menjadi masalah adalah ketika kita hanya bisa diam melihat negeri kita dipermalukan.***
Penulis adalah Mahasiswa Sastra Inggris USU.
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
No comments:
Post a Comment