Friday, February 21, 2014

[batavia-news] Warga Sekitar Mengakui Adanya Keanehan di Rumah Pelaku Kekerasan di Bogor

 

 
Warga Sekitar Mengakui Adanya Keanehan di Rumah Pelaku Kekerasan di Bogor


Jumat, 21 Februari 2014
JAKARTA (Suara Karya): Warga sekitar tempat tinggal Brigjen purnawirawan MS di Kompleks Duta Kencana, Bogor, sudah merasakan ada keanehan sebelum terkuaknya kasus penyekapan 15 pekerja di rumah tersebut. "Saya tidak tahu mereka kerjanya apa saja. Karena rumahnya juga hanya sebesar itu kenapa harus pakai pembantu lebih dari 10 orang," kata Sumi, salah satu warga di perumahan tersebut, Jumat.
Meskipun rumah tersebut terbilang besar, seperti juga yang dimilikinya di kompleks tersebut, namun menurut Sumi tidak wajar jika harus sampai 15 pembantu rumah tangga. Sumi yang rumahnya di depan rumah MS, juga pernah menyaksikan keanehan-keanehan lainnya. Ia pernah melihat M (istri MS) menghukum para pekerjanya dengan disuruh berdiri berjejer di depan rumahnya.
Ia juga sempat berbicara dengan salah seorang pembantu laki-laki di rumah tersebut tersebut yang mengeluhkan majikannya kurang baik. "Dia juga kurang ramah, pernah kalau ada tamu anaknya datang mobilnya sampai parkir ke depan rumah saya. Tapi giliran tamu saya yang datang ibu itu mengomel di depan rumah," ujarnya.
Keanehan lainnya dalam kasus tersebut, saat memberikan keterangan kepada wartawan, juru bicara keluarga MS mengatakan, ada konflik antarpekerja yang terjadi di rumah jenderal antara pekerja laki-laki bernama Agus dan pekerja berinisial L. Keterangan ini disampaikan salah satu rekan dari juru bicara keluarga jenderal MS, Victor Nadapdap. Menurut keterangannya, ada konflik antara pekerja Agus dan L yang sempat saling serang dan melukai di dalam rumah tersebut.
"Agus dan L pernah terlibat perkelahian, ada yang tangannya patah itu. Karena L mau menguasai rumah," ujarnya. Data lainnya yang disampaikan oleh juru bicara keluarga MS adalah sebagian besar pekerja di rumah tersebut berasal dari wilayah Indonesia bagian Timur. Menurut keterangan Victor Nadapdap, para pekerja termasuk YL (19) yang melaporkan kejadian penyekapan dan penganiayaan tersebut juga dibawa oleh Jenderal MS dari Pulau Gadung saat mereka datang ke Jakarta dan terdampar disana.
"Waktu itu ada lima orang datang dari Kupang tiga di antaranya laki-laki termasuk YL. Mereka ini terdampar, karena kasihan terhadap mereka, mereka ditawarkan bekerja di rumah (MS) dan mereka mau. Karena Bapak MS punya bisnis ikan lele di Bogor," ujar Victor. Terkait upaya kabur yang dilakukan YL hingga akhirnya dibawa oleh seorang pria yang mengaku sebagai saudaranya. Victor mengatakan, bahwa pria yang membawa YL keluar dari rumah bukanlah saudara dari YL. Keterangan ini, lanjut dia, diperoleh dari Marlinda ibu dari YL yang kini bekerja di Jakarta merawat ibu mertua jenderal MS yang sudah lanjut usia. "Itu bohong kalau laki-laki yang membawa YL keluar dari rumah adalah saudaranya. Ini diakui sendiri oleh Marlinda ibu dari YL yang sekarang ada di Jakarta bekerja merawat ibu mertua Bapak MS," ujar Victor.
Saat disinggung dengan adanya pekerja yang hamil dan melahirkan seorang bayi di rumah tersebut. Victor mengakui memang ada pekerja yang hamil dan melahirkan. Namun tidak diketahui bagaimana bisa hamil karena awal mula para pekerja tersebut dipekerjakan mengaku tidak ada yang hamil. "Memang ada pembantu yang hamil dan melahirkan. Proses melahirkan pekerja ini secara cesar seluruh biaya hampir Rp10 juta ditanggung oleh keluar MS," ujarnya. Sebelumnya, peristiwa ini berawal dari laporan YL kepada Polresta Bogor bersama keluarganya karena mengaku mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya selama bekerja di rumah istri purnawirawan jenderal, M, di di Perumahan Duta Kencana, Jalan Danau Matana, Blok C5, Kelurahan Tegalega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. YL mengaku dirinya mendapatkan perlakuan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan tidak digaji selama tiga bulan.
Korban melarikan diri dan sempat terlantar di jalan selama dua hari, kemudian ditemukan oleh warga dan akhirnya bertemu dengan keluarga yang segera melapor ke Polresta Bogor. Pihak Polresta Bogor saat ini masih menyelidiki dugaan kekerasan tersebut dan meminta visum karena belum ditemukan bukti-bukti kekerasan pada tubuh korban. "Secara kasat mata memang tak terlihat adanya luka, namun karena laporan KDRT, kami mintakan visum. Hanya saja hingga kini hasilnya belum keluar," kata Kapolresta Bogor AKBP Bahtiar Ujang Purnama.
Sementara itu berita kasus tersebut sempat menjadi perhatian warga sekitar. Kamis malam puluhan orang mendatangi rumah di Kompleks Duta Kencana itu. "Warga melihat dari tayangan televisi, mereka berempati dan mendatangi rumah. Mereka tidak tahu kalau seluruh pekerja sudah dievakuasi dan dikeluarkan dari rumah ini," ujar Kapolsek Bogor Utara, Kompol Victor. Setelah mendapat penjelasan dari aparat polisi yang berjaga di lokasi rumah istri jenderal tersebut. Wargapun membubarkan diri, dan berpesan agar polisi menuntaskan kasus tersebut secara bijaksana.(*/

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment