Monday, April 7, 2014

[batavia-news] Kuikut Berteriak, Belum Tentu Kupilih

 

 

Kuikut Berteriak, Belum Tentu Kupilih

Share

antara / dok

MENNGHIBUR- Sejumlah penyanyi dangdut menghibur massa saat kampanye Partai Golongan Karya (Golkar) di Lapangan Desa Baron, Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (27/3). Keberadaan penyanyi dangdut lokal tersebut untuk menghibur dan menarik perhatian masyarakat untuk menghadiri kampanye.

Banyak warga ikut kampanye karena diajak saudara dan teman.

Sekitar 2.000 orang memadati Lapangan Telaga Mulya, Telaga Sari Karawang, Jawa Barat, akhir Maret 2014. Matahari tinggi di atas kepala menikam massa berseragam putih biru yang menghadap panggung, tempat Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpidato.

Rahmat (24) ada di tengah kerumunan, mengenakan kaus bergambar wajah salah seorang calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Demokrat. Ia ikut mendengarkan pidato politik presiden yang sedang bertindak menjadi ketua partai. Rahmat tampak ragu saat SH mendekat dan menanyakan siapa caleg yang bakal dipilihnya dalam pemungutan suara 9 April 2014.

Segera kepalanya menggeleng-geleng kebingungan. Beberapa saat kemudian, seolah berhasil mengembalikan ingatannya, Rahmat menunjuk ke kaus bergambar caleg yang dikenakannya. "Saya pilih ini saja. Nanti, saya pilih dia," ucapnya.

Namun, Rahmat tidak kelihatan ragu ketika ditanya siapa calon presiden (capres) yang bakal dipilihnya. Dengan suara yakin ia menyebut, "Pak SBY."


Harapan Rahmat itu tentu tidak akan terwujud. SBY sudah dua kali menjabat presiden sejak 2004 sehingga berdasarkan aturan, ia tidak boleh lagi maju sebagai kandidat presiden.

Namun, itulah yang ada dalam pikiran Rahmat. Ketidaktahuan Rahmat bisa jadi cermin lemahnya komunikasi dan penyampaian pendidikan politik kepada rakyat pada saat kampanye. Masyarakat dikumpulkan saja untuk ikut ramai-ramai, tanpa dididik pengetahuan politiknya.


Ada juga cerita Mastaulina (42) yang ikut kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada awal April 2014 di Kota Bekasi. Mastaulina datang ke Gelanggang Olahraga Bekasi karena diajak kenalannya, yang menjadi anggota tim sukses seorang caleg partai tersebut.

"Nggak dikasih duit, tapi orang yang ngajak (kampanye) baik sama saya. Saya pernah dibantu. Ya, ikut saja, bantu-bantu," katanya. Meski pernah mengikuti kampanye, Mastaulina masih saja bingung hendak mencoblos siapa dalam pemilu legislatif (pileg).


Mastaulina mengatakan, ia tidak mengetahui nama-nama caleg yang wajahnya bertebaran di jalan. Ia berpikir tidak menggunakan hak pilihnya dalam pileg mendatang karena tidak mengetahui kandidat yang ada saat ini. Hal yang yakin ia sampaikan adalah akan memilih Joko Widodo atau Jokowi sebagai capres. " Aku hanya lihat di televisi karena dia (Jokowi) kan sering muncul," ujar Mastaulina.

Tidak Memilih
 
Tidak selamanya masyarakat yang ikut kampanye suatu partai politik (parpol) akan memilih partai tersebut. Banyak warga ikut kampanye karena iming-iming materi atau ajakan teman, bukan berdasarkan loyalitas atas partai tersebut.

Linda Mega Puspita (23) yang mengikuti kampanye Partai Amanat Nasional (PAN), Kamis (3/4), di Istora Senayan mengungkapkan, ia ikut kampanye hanya karena ikut-ikutan teman. "Kebetulan teman ngajak, ya saya ikut saja, sekalian jalan-jalan," katanya. Ia tidak menjamin memilih partai tersebut dalam pemilu nanti.


Seorang warga Jati Asih, Bekasi, Damsari (40), pernah mengikuti kampanye Partai Golongan Karya (Golkar) di kelurahannya. Ia mengaku hanya ikut kampanye untuk mendapatkan kaus. "Saya ikut karena orang partainya menjanjikan memberikan kaus," ujarnya.

Damsari mantab dengan pilihannya, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Tetapi, ia bisa mengikuti kampanye partai mana pun yang disuka. "Saya tidak akan memilih Golkar karena saya pendukung PPP. Saya hanya akan memilih PPP dan setiap pemilu memang saya selalu memilih PPP," ucapnya.

Pendapat lain dilontarkan Prapto (60), warga Kelurahan Kali Gintung Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan menumpang bus yang telah dicarter, Prapto dan puluhan warga lainnya menembus jarak 50 km untuk mendatangi lokasi kampanye terahir Partai Nasional Demokrat (Nasdem) di Pacific Hall, Yogyakarta. Ketika ditanya alasannya mengikuti kampanye, Prapto mengaku ia terpaksa.

Ia ikut kampanye karena saudaranya menjadi caleg Partai Nasdem dan anak perempuannya menjadi tim sukses. "Saya petani, daripada repot, lebih baik nggak ikut mana-mana. Tapi karena saudara nyaleg, ya ikut kampanye akhirnya," kata pria kurus tersebut.

Prapto juga seorang politikus. Ia pernah menjadi caleg PDIP di kabupatennya. Habis uang Rp 15 juta, namun ia tidak terpilih. "Lebih enak jadi petani sekarang, nggak pusing," ujarnya. (Ruhut Ambarita/Toar S Purukan/M Bachtiar Nur)


Sumber : Sinar Hara

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment