(dok/antara)
KENDARI - Nilai Ujian Nasional (UN) mata pelajaran Bahasa Indonesia pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) rata-rata rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, seperti Biologi, Matematika, atau Fisika. Ironisnya, pelajar yang mendapat nilai rendah tersebut mayoritas dari jurusan Bahasa.
"Idealnya, setiap pelajar dari jurusan Bahasa bisa mendapatkan nilai bagus dari mata pelajaran bahasa Indonesia, sebab bahasa Indonesia selain diajarkan khusus oleh guru-guru bahasa Indonesia, juga bahasa ibu dari mayoritas pelajar," kata Kepala Badan Bahasa Prof Dr Mahsun, MS, saat berbicara pada Rapat Koordinasi Kebahasaan se-Indonesia di Kendari, Rabu (22/5).
Mahsun mengatakan hasil UN tahun 2013 ini baru akan diumumkan pada Jumat (24/5). Namun, hasilnya sudah disampaikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sejak dua hari terakhir. Dari hasil UN yang sudah disampaikan kepada Menteri Pendidikan, nilai mata pelajaran bahasa Indonesia tidak berbeda jauh dengan hasil UN 2012. Nilai mata pelajaran bahasa Indonesia dari pelajar jurusan bahasa rata-rata rendah.
"Hasil UN tahun 2012 lalu, pelajar jurusan bahasa yang tidak lulus mata pelajaran bahasa Indonesia 25 persen, sedangkan pelajar dari jurusan IPA yang tidak lulus mata pelajaran bahasa Indonesia hanya sekitar 12 persen dan jurusan IPS sebanyak 19 persen," katanya.
Fakta ini harus menjadi bahan renungan dari guru-guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Melalalui rapat koordinasi kebahasaan itu, guru-guru bahasa Indonesia dapat menemukan formulasi yang tepat, untuk mengajarkan bahasa Indonesia sehingga lebih mudah dipahami pelajar.
"Kelemahan guru-guru kita, terutama guru bahasa Indonesia, kurang membangun konstruksi pemikiran anak didik dalam mengajarkan bahasa Indonesia. Karena memang, kurikulum pendidikan kita selama ini tidak terintegrasi antara satu mata pelajaran dengan pelajaran lainnya," katanya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tutur Mahsun, telah memperbaiki berbagai kelemahan tersebut ke dalam kurikulum pendidikan nasional tahun 2013 yang akan diluncurkan pada tahun ajaran baru 2013 ini.
Dalam kurikulum tersebut, semua mata pelajaran bahasa Indonesia dibuat terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, ketika guru mengajarkan materi bahasa Indonesia pada tingkat sekolah dasar, harus mengintegrasikan materi mata pelajaran lain, seperti Matematika, Fisika atau Pendidikan Kewarganegaraan.
UN Dicabut
Terkait UN ini, Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) menolak untuk dilanjutkan. Anggota DPD Alvius Lomban menyatakan penolakan itu mengacu Keputusan DPD tentang Hasil Pengawasan DPD atas Pelaksanaan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), berkenaan dengan pelaksanaan UN.
"DPD menolak UN sebagai satu-satunya penentu lulus/tidaknya peserta didik, sebab UN seharusnya dipergunakan untuk melakukan pemetaan terhadap mutu pendidikan dan tidak perlu dilakukan setiap tahun," katanya.
Dia menambahkan, berdasarkan keputusan DPD No 24/DPD RI/III/2009/2010 tentang Pengawasan DPD yang juga merujuk pada Sisdiknas yang ditandatangani Irman Gusman, disimpulkan UN telah melanggar prinsip-prinsip pedagogis, psikologis, dan sosiologis, serta pemborosan keuangan negara sehingga menimbulkan berbagai dampak buruk bagi pembangunan sumber daya manusia yang cerdas dan berkarakter kuat.
"Segala peraturan pelaksanaan yang berkenaan dengan UN harus dicabut," katanya. (Novie Waladow)
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
No comments:
Post a Comment