Wednesday, May 22, 2013

[batavia-news] Lelaki Korban Potong 'Burung' Angkat Bicara + Ini Pengakuan Gadis Bercadar Pemotong 'Burung'

 

Ref: Kalau diputuskan bisa disambung lagi, hal pernah terjadi, misalnya kasus Lorena Bobit di USA, 1993  ( http://www.nytimes.com/1994/01/22/us/lorena-bobbitt-acquitted-in-mutilation-of-husband.html?pagewanted=all&src=pm ) beberapa tahun lalu. Entah bagaimana sang isteri potong putus dan dibuang lewat jendela, untung saja tidk dibawa lari oleh kucing atau tikus. Bahagian yang dihilangkan ditemukan oleh petugas kesehatan dan di rumah sakit disambung lagi.  Satu hal dalam cerita dibawah ini ialah bahwa bercadar (jilbab) tidak sudi menyeleweng.
 
 

Lelaki Korban Potong 'Burung' Angkat Bicara 

Lelaki Korban Potong 'Burung' Angkat Bicara  

Perawat melihat kondisi AM yang mengalami mutilasi alat kelaminnya saat berada di rumah sakit umum kota Tangerang, (21/5). Alat kelamin AM di potong hingga putus oleh seorang wanita berinisial N. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Tangerang Selatan -- Setelah lama bungkam, Abdul Muhyi, 21 tahun, korban pemotongan "burung" akhirnya angkat bicara. Pemuda asal Sawangan, Depok, ini membantah telah mencabuli dan memaksa Neng Nurhasanah, 22 tahun, yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus ini untuk bersetubuh.

"Dia (Neng Nurhasanah) yang duluan ngajak ketemu," katanya saat ditemui di ruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang Selatan, Rabu malam, 22 Mei 2013. (Lihat juga:
Ini Pengakuan Gadis Bercadar Pemotong 'Burung')

Pada Selasa malam, 13 Mei 2013, saat pertemuan pertama mereka di depan Universitas Pamulang, menurut Muhyi, ia mengingatkan Neng agar pertemuannya jangan sampai larut malam. "Cukup sampai jam 10 aja karena enggak enak takut dicariin orang tuanya," katanya. Akan tetapi, ia meneruskan, peringatannya tersebut ditolak. "Neng bilang ingin terus bersama dengan alasan sudah pamit menginap di rumah temannya," kata Muhyi.

Kemudian, dengan mengendarai sepeda motor milik Muhyi, kedua muda-mudi itu berboncengan berkeliling dari Pamulang menuju Sawangan, Depok. Di Telaga Kahuripan, Parung, mereka berhenti dan saling berpegangan. "Itu dilandasi perasaan suka sama suka," katanya.

Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan dan berhenti disebuah masjid untuk istirahat karena Muhyi merasa lelah setelah seharian bekerja. Anak keempat dari pasangan Abdul Karim dan Arah ini juga menyangkal bila di kamar mandi melakukan persetubuhan. "Dia ngajakin begitu," ujar Muhyi. Lantaran terus digoda oleh Neng, akhirnya perbuatan tak senonoh terjadi lantaran dilandasi saling suka. "Itu pun tak sampai masuk, tapi hanya sebatas gesekan," katanya.

Muhyi juga menyangkal telah terjadi lagi persetubuhan paksa di sebuah lorong gang di Reni Jaya. Setelah dari masjid di daerah Serua, Depok, bersama Neng, ia langsung menuju kembali ke lokasi pertemuan awal, yakni di depan Universitas Pamulang untuk makan nasi goreng.

Hingga terjadilah tragedi berdarah "burung" Muhyi dipotong oleh Neng. "Dia minta lagi mau pegang-pegang kemaluan saya. Pas di tempat gelap saya diri, dia jongkok, tiba-tiba saya rasain sakit dan perih," kata Muhyi. "Enggak tahunya 'anu' saya sudah dipotong," katanya sambil meringis. (
Detik-detik Potong 'Burung' versi Muhyi)

Penjelasan Muhyi cukup berbeda dengan yang disampaikan tersangka saat diperiksa penyidik di Polsek Pamulang, Selasa, 21 Mei 2013. Neng mengatakan pertemuan pada malam itu karena Muhyi yang mengajak. "Saya naik angkutan umum dari Kosambi ke Pamulang," katanya.

Sepanjang Senin malam, 13 Mei 2013 hingga Selasa, 14 Mei 2013, kata Neng, ia dibawa berkeliling oleh Muhyi ke Parung, Sawangan, Pondok Cabe, Cirendeu, dan wilayah Pamulang. "Waktu di Kahuripan, ia memasukan tangannya ke dalam rok saya, tapi tangannya saya tepis," kata Neng.

Waktu di toilet masjid, kata dia, Muhyi memaksa masuk ke toilet perempuan saat Neng berada di dalam toilet. "Di dalam dia maksa dan mengangkat rok saya, lalu memasukkan 'anu'-nya hingga beberapa kali. Tapi belum sempat dikeluarin, keburu ada orang datang," kata Neng.

Setelah gagal di masjid, keduanya kembali melanjutkan perjalanan. Dan di lorong jembatan di Reni Jaya Pamulang, Muhyi meminta Neng melayani nafsunya lagi. "Di lorong itu, ia masukkan 'anu'-nya lagi sampai keluar sperma," kata Neng.

Polisi telah menetapkan Neng Nurhasanah sebagai tersangka pemotongan alat kelamin Abdul Muhyi, 21 tahun. Sial pula bagi Muhyi. Sudah "burung" hilang, ia juga
terancam dipidana karena melakukan pemaksaan persetubuhan dan pencabulan.

JONIANSYAH

++++

http://www.tempo.co/read/news/2013/05/21/064482068/Ini-Pengakuan-Gadis-Bercadar-Pemotong-Burung

Ini Pengakuan Gadis Bercadar Pemotong 'Burung' 

Ini Pengakuan Gadis Bercadar Pemotong 'Burung'  

Petugas kepolisian menggiring tersangka N, pemutilasi alat kelamin laki-laki di polsek Pamulang,Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/5). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Tangerang Selatan -- Neng Nurhasanah, tersangka pemotongan "burung" Abdul Muhyi, 21 tahun, mengaku mengenal korban lewat missed call di telepon selulernya sekitar tiga bulan yang lalu. "Awalnya karena missed call, terus berlanjut SMS-an," katanya saat diperiksa penyidik di Polsek Pamulang, Selasa, 21 Mei 2013.

Saat berkenalan lewat telepon itu, Muhyi selalu memanggil Neng Nurhasanah dengan nama Umay. "Saya tidak tahu Umay itu siapa, tapi karena dia terus sebut nama Umay, ya udah saya iyakan saja," katanya. Ternyata komunikasi yang intens via telepon seluler itu berlanjut dengan ajakan pertemuan.

Menurut Neng, Muhyi sering kali mengajaknya bertemu, tapi ia selalu menolak. Namun, ajakan pada Senin malam, 13 Mei 2013, tak bisa ditolak lagi oleh wanita berusia 22 tahun itu. "Saya tidak enak karena janjian sebelumnya tidak pernah jadi," katanya. Senin malam sekitar pukul 7 mereka janjian ketemu di depan kampus Universitas Pamulang (Unpam), Tangerang Selatan.

Untuk menemui Muhyi, Neng mengaku harus naik angkutan umum dari Kosambi hingga Pamulang. "Jam 7 saya sampai di depan Unpam, dan di sana Muhyi sudah ada menggunakan motor," katanya.

Setelah itu, Muhyi mengajaknya berkeliling. Sejumlah lokasi yang sepi di Sawangan hingga Pamulang disinggahi. "Ia selalu mengajak saya ke tempat yang sepi dan mengajak begituan (berhubungan intim)," kata Neng.

Selama perjalanan mereka malam itu, Neng mengaku dua kali dipaksa berhubungan badan. Pertama kali Muhyi melakukannya di toilet sebuah masjid. Masjid tersebut, kata Neng, mereka singgahi setelah lama berputar-putar di sekitar Sawangan dan Pamulang. "Karena saya bukan orang sini (Pamulang), saya tidak tahu nama masjid dan lokasinya di mana," katanya.

Muhyi memaksa ikut masuk ketika Neng sedang di dalam toilet untuk buang air kecil. "Di dalam toilet menyingkapkan rok saya dan memasukkan alat kelaminnya hingga beberapa kali. Tapi, belum tuntas, keburu ada orang datang," katanya.

Aksi bejat Muhyi tersebut ternyata dicurigai oleh warga setempat. Mereka mengusir kedua muda-mudi itu. "Cepat pergi dari sini, kalau tidak kami panggilkan ketua RT," kata Neng menirukan warga yang memergoki mereka indehoy di area masjid tersebut.

Gagal melampiaskan nafsunya membuat Muhyi penasaran. Ia terus mengajak Neng berputar-putar mencari lokasi yang strategis. "Perjalanan kami cukup jauh, saya dibawa ke Sawangan, Pondok Cabe, dan Cirendeu," kata Neng.

Di tengah perjalanan yang sepi, kata Neng, Muhyi menghentikan sepeda motor Yamaha Vega-nya. Ia mengajak Neng untuk berhubungan intim lagi. Karena dipaksa, akhirnya Neng mengikuti kemauan Muhyi tersebut. "Di situ ia melakukannya sampai tuntas dan keluar spermanya," kata Neng.

Setelah selesai, kata Neng, Muhyi malah memberinya uang. "Tapi pemberian uang itu saya tolak," katanya. Muhyi sempat mengatakan bahwa Neng sudah tidak perawan lagi. "Kamu sudah tidak perawan lagi, yah," kata Muhyi seperti ditirukan Neng.

Mendengar perkataan seperti itu, Neng mengatakan bahwa ia masih perawan dan belum melakukan hubungan intim dengan siapa pun. Sekitar pukul 04.00, Muhyi mengajak Neng makan nasi goreng di depan Universitas Pamulang. Setelah makan, Muhyi meminta agar Neng pulang dengan naik angkutan umum. "Dia beri tahu saya naik angkot apa untuk pulang dan memberi ongkos juga," kata Neng.

Menjelang perpisahan pada pagi buta tersebut, Neng berbisik kepada Muhyi ingin melihat "burung"-nya untuk terakhir kali. Mendengar permintaan aneh itu, Muhyi langsung mengajak Neng masuk ke dalam kantin kosong dan sepi di depan Unpam. "Di situ ia membuka celananya, dan ketika "burung"-nya menegang, langsung saya potong," kata Neng.

Saat "burung"-nya dipotong, menurut Neng, Muhyi seperti tidak kesakitan. "Dia cuma bilang, 'Kok kamu melakukan hal itu? Kamu dendam, yah?'," kata Neng menirukan ucapan Muhyi saat itu.

Muhyi, kata Neng, sempat memakai celana sendiri. "Saat itu saya bingung mau ngapain. 'Terus gimana, dong, kita ke rumah sakit aja, yuk'," katanya kepada Muhyi. Karena semakin lama, luka di selangkangannya semakin sakit dan perih, Muhyi pun meninggalkan Neng dan membawa sepeda motornya sendiri ke Puskesmas Pamulang yang ada di depan kampus Unpam tersebut.


__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment