Thursday, May 23, 2013

[batavia-news] SBY Abaikan Seruan Agamawan

 

 
SBY Abaikan Seruan Agamawan
Saiful Rizal | Kamis, 23 Mei 2013 - 14:20:59 WIB


(dok/antara)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan tetap berangkat ke Amerika Serikat.

JAKARTA – Komunitas masyarakat sipil yang terdiri dari kaum agamawan dan rohaniwan, aktivis, dan penggiat hak asasi manusia, Kamis (25/5), kembali menyatakan penolakannya terhadap penghargaan yang diberikan Yayasan Appeal of Conscience Foundation (ACF) terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka juga mendesak presiden untuk menolak pemberian penghargaan tersebut.

AFC adalah organisasi yang giat mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, dan dialog antarkepercayaan yang berbasis di New York, Amerika Serikat. Mereka memberi penghargaan terhadap Presiden Yudhoyono atas kontribusinya dalam demokratisasi dan rekonsiliasi konflik di Tanah Air.

Komunitas masyarakat sipil di Indonesia menolak penghargaan ini karena sama sekali tidak mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi di Tanah Air di bawah kepemimpinan Yudhoyono.

"Presiden Yudhoyono seharusnya merefleksikan rencana pemberian penghargaan kepada dirinya. Apakah pantas atau tidak menerima penghargaan tersebut? Sebab bila dia menerima penghargaan itu, banyak konsekuensi yang harus ditanggung dan dijalankannya," kata Sekterais Dewan Nasional Setara Institute, Benny Susetyo kepada SH, Kamis.

Setara menggelar acara penolakan penghargaan tersebut di Jakarta hari ini. Sejumlah tokoh dan aktivis HAM hadir dalam acara tersebut, antara lain Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis, Musdah Mulia, Allisa Wahid, dan Jallaluddin Rakhmat.

Menurut Benny, bila presiden pada akhirnya menerima penghargaan itu maka harus berani menegakkan hukum terhadap para pelaku kekerasan di Tanah Air. Bila Presiden Yudhoyono tidak mampu menegakkan hukum yang berlandaskan konstitusi maka presiden sebaiknya menolak pemberian penghargaan itu.

Sebelumnya tokoh cendekiawan dan rohaniwan dari Sekolah Tinggi Filsafat Diyarkara, Franz Magnis Suseno SJ, telah terlebih dulu menyatakan protesnya dengan melayangkan surat ke AFC. Surat dikirim ke ACF melalui e-mail pada Rabu (15/5), segera setelah ia mengetahui rencana pemberian penghargaan itu dari media.

Ia tidak memprotes soal penghargaan kepada seorang presiden, tapi lebih kepada esensi bahwa penghargaan yang diberikan itu berkaitan dengan upaya memajukan toleransi di Indonesia. Menurutnya, selama 10 tahun reformasi, toleransi keagamaan di Indonesia berkurang.

Dalam suratnya, Magnis menulis, penghargaan itu hanya akan membuat malu ACF. Menurut Magnis, selama 8,5 tahun kepemimpinan Presiden Yudhoyono, kaum minoritas Indonesia justru berada dalam situasi tertekan. Presiden bahkan tidak pernah memberikan seruan kepada rakyatnya untuk menghormati hak-hak kaum minoritas. Kekerasan terhadap kelompok minoritas, termasuk Ahmadiyah dan Syiah, terus terjadi.

"Pemerintah tidak melakukan upaya perlindungan apa pun terhadap para korban konflik kekerasan itu," ungkap Magnis kepada SH, Kamis ini.

Romo Magnis juga mengatakan, selain persoalan yang dihadapi oleh jemaah Ahmadiyah dan Syiah, hingga kini jumlah gereja yang ditutup juga meningkat; juga tentang persoalan kesulitan bagi warga Kristen untuk memperoleh izin mendirikan tempat ibadah, serta banyaknya peraturan untuk sekadar melakukan kebaktian secara terbuka.

Penulis buku Soeharto, the Life and Legacy of Indonesian Second President- an Authorized Biography, Retnowati Abdulgani Knapp, juga mengirimkan surat kepada ACF atas penghargaan ini. Ia meminta agar AFC mempertimbangkan protes yang dilayangkan oleh Romo Magnis. Ia menekankan bahwa pemberian penghargaan itu justru memicu debat panas di Indonesia dan ia khawatir akan menghancurkan persatuan Indonesia.

Tetap Berangkat

Namun di tengah protes ini, Presiden Yudhoyono dipastikan tetap akan berangkat ke AS untuk menerima penghargaan tersebut. "Sejauh ini tidak ada perubahan yang saya dengar," kata Juru Bicara Istana Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, Kamis.

Menurut Julian, hal itu dilakukan presiden sejalan dengan agenda membahas Millenium Development Goals (MDGs) 2015 di AS."Presiden SBY ke AS akhir Mei 2013 untuk menyerahkan hasil akhir pembahasan agenda High Level Panel Post MDGs 2015," jelasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Dipo Alam mempertanyakan penolakan penghargaan tersebut. "Yang jelas selama ini presiden tidak pernah minta. Kita tidak ada minta-minta supaya ada penghargaan itu. Itu kan recognition mereka," tegasnya.

Dipo mengatakan penilaian atas perkembangan toleransi antarkelompok masyarakat di Indonesia hendaknya tidak disandarkan berdasarkan kasus per kasus, namun dilihat juga secara luas. (Ant/Faisal Rachman)

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment