MENCERMATI PENDUDUK INDONESIA
Oleh : Dr Mulyono D Prawiro
MENJELANG akhir tahun 2013 ini, ada baiknya bila kita mencoba menggali kembali bagaimana keadaan penduduk Indonesia mulai dari awal kemerdekaan hingga saat ini. Meskipun tidak banyak orang yang peduli tentang masalah kependudukan, namun tidak ada salahnya, meskipun kita bukan seorang ahli demografi, kita mencoba memahami bagaimana sebenarnya komposisi dan ciri-ciri penduduk Indonesia serta perkembangan dan perubahannya.
Masalah Kependudukan dan Keluarga Berencana di Indonesia akhir-akhir ini menjadi perhatian yang sangat serius oleh pemerintah, karena sejak 10 tahun terakhir program ini dianggap gagal atau lebih sopannya mengalami kemunduran. Angka kelahiran naik, jumlah anak setiap keluarga juga mengalami kenaikan serta angka kematian ibu hamil dan melahiran naik sangat tajam.
Hal ini mulai banyak dibahas dalam berbagai pertemuan, baik berskala nasional maupun internasional, masalah kependudukan ini menjadi isu yang cukup menarik untuk diperbincangkan. Banyak hal yang menjadi sorotan karena penduduk merupakan asset yang sangat penting bagi kelanjutan pembangunan bangsa.
Menurut Prof. Dr. Haryono Suyono, ciri-ciri penduduk Indonesia pada tahun 1945 – 1970 antara lain adalah penduduk yang pertumbuhannya cukup tinggi, struktur penduduknya muda, tingkat kelahiran dan kematian sangat tinggi, lebih dari 80 persen adalah penduduk desa dan cara berpikirnya sangat sederhana, serta tingkat pendidikannya relatif rendah. Dengan kondisi penduduk seperti itu, maka pemerintah Indonesia mulai berpikir dan berusaha merubah ciri penduduk melalui program Keluarga Berencana dan Pembangunan Kependudukan.
Prioritas pembangunan diarahkan pada sasaran keluarga dan keluarga dijadikan titik sentral pembangunan, dan mulai pula diadakan perubahan dan intervensi. Sejak tahun 1970 hingga tahun 2000 terjadi perubahan yang sangat signifikan terhadap program Kependudukan dan KB di Indonesia, sehingga struktur penduduk Indonesia pun mengalami perubahan yang membanggakan. Pemerintah menganggap penting dan strategis bahwa KB dan Kependudukan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang menyatu dengan program-program pembangunan lainnya.
Dengan adanya perubahan cara pandang penduduk dan munculnya globalisasi, maka pemerintah memandang perlu untuk melakukan intervensi positif terhadap masyarakat guna menekan laju pertumbuhan penduduk yang terus melambung. Apabila tidak diadakan intervensi, maka penduduk Indonesia akan jauh lebih banyak dan ini akan mempengaruhi berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesenjangan akan semakin melebar dan pendidikan juga tidak merata. Intervensi yang dilakukan oleh pemerintah dan perjuangan yang tidak kenal lelah oleh para pendahulu, ternyata membawa hasil yang membanggakan. Disini pemerintah Indonesia tidak sendirian untuk melakukan perjuangan, tetapi mengajak semua komponen bangsa untuk dilibatkan dan masyarakat diberikan peran, termasuk diantaranya para alim ulama, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan rakyat banyak ikut serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
Karena pembangunan melibatkan banyak orang dan banyak lembaga serta intervensi yang menguntungkan rakyat banyak, maka struktur penduduk Indonesia pun berubah dengan sangat drastis. Perubahan tersebut terlihat antara lain adanya tingkat kematian anak yang menurun, usia harapan hidup terus mengalami kenaikan, bahkan pada tahun 2000 telah mencapai angka diatas 65 tahun (sekarang hampir 70 tahun), dari sebelum tahun 1970 tercatat kurang dari 50 tahun.
Penduduk remaja dan dewasa jumlahnya meningkat 3 kali lipat dan yang sangat membanggakan lagi adalah jumlah penduduk lansia jumlahnya melompat 10 kali lipat. Bukan hanya itu, tingkat pendidikan pendudukan Indonesia terus mengalami tren naik dan yang tidak banyak diduga adalah munculnya kesamaan kesempatan kerja bagi laki-laki dan perempuan.
Pada sekitar tahun 1990 dan menjelang tahun 2000, penduduk Indonesia pun sudah mulai terlihat urban dan berciri modern, ini bisa dilihat dari cara hidup yang lebih pragmatis, mempunyai tuntutan hidup yang lebih luas dan bervariatif, tingkat ketergantungan kaum perempuan menurun, terutama yang tinggal di wilayah urban, namun yang masih menjadi ganjalan dan pekerjaan rumah bangsa Indonesia adalah masih tingginya tingkat kemiskinan.
Masalah lain yang muncul dalam bidang KB dan Kependudukan terutama adalah rendahnya komitmen hampir di semua sektor dan lini, jaringan yang dulunya luas akhir-akhirnya menjadi lebih sempit bahkan partisipasi masyarakat tidak mendapatkan perhatian yang seksama. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang KB dan Kependudukan masih relatif rendah dan yang paling ditonjolkan sebatas pada pemberian kontrasepsi gratis untuk keluarga miskin, sedangkan yang tidak miskin dan ingin memperolah pelayanan secara mandiri kurang mendapat perhatian, bahkan terkesan dibiarkan mengurus dirinya sendiri.
Program pengentasan kemiskinan hampir tidak mendapat perhatian yang memadai, karena sebagian mengganggap bahwa pengentasan kemiskinan bukan merupakan bagian dari program KB dan Kependudukan, sehingga para pelaksana program enggan untuk menjadikan pengentasan kemiskinan sebagai program unggulannya. Disamping kurang mendapat perhatian, penghargaan kepada penduduk dan pelaksana program juga terkesan menurun, sehingga terkesan masyarakat berjalan sendiri-sendiri tanpa tujuan yang jelas.
Karena kurangnya perhatian, maka pertumbuhan penduduk kembali membengkak, bahkan Total Fertility Rate (TFR) yang dulunya sempat menurun pada angka 2,3 anak, akhir-akhir ini melompat lagi, meskipun pemerintah mengatakan stagnan pada angka 2,6 anak, namun sebagian ada yang mengatakan bukan lagi stagnan, tetapi trend-nya cenderung naik. Bahkan ada yang memprediksi TFR saat ini bisa mencapai diatas angka 2,70 atau 2,75 anak.
Bila hal ini dibiarkan, tidak ada intervensi dan perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah, maka kondisi akan sangat mengkuatirkan, karena pemerintah Indonesia pernah dinyatakan berhasil dan mendapatkan acungan jempol serta penghargaan dunia berupa UN Population Award. Berkat keberhasilan tersebut nama Indonesia sempat menggetarkan dunia internasional.
Melihat kondisi tesebut, saat ini pemerintah mulai sadar, bahwa diperlukan adanya terobosan baru untuk merevitalisasi hal-hal yang positif dimasa lalu. Seperti halnya akhir-akhir ini rakyat dan pemerintah daerah mulai menggelorakan kembali semangat kebersamaan untuk membangun penduduk dan keluarga agar mampu mandiri dan sejahtera. Upaya-upaya yang dikembangan antara lain adalah membentuk Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di berbagai tempat di tanah air.
Posdaya diciptakan sebagai wadah silaturahmi, kemitraan, partisipasi dan pemberdayaan di tingkat akar rumput, sehingga cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil, merata dan sejahtera dapat direalisasikan, bukan dengan cara omong-kosong, tetapi dengan perbuatan dan tindakan nyata oleh masyarakat sendiri yang dibantu dan difasilitasi oleh pemerintah serta lembaga-lembaga yang ada di pedesaan. (Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta)
Baca Juga
I am using the Free version of SPAMfighter.
SPAMfighter has removed 1463 of my spam emails to date.
Do you have a slow PC? Try a free scan!
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (2) |
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
No comments:
Post a Comment