Tuesday, April 9, 2013

[batavia-news] Penyerangan LP Sleman Akibat Rebutan Lapak? ....+ Penyerangan LP Cebongan, Terkait Sindikat,,,,,,,+ Eks Kepala BIN: Kalau Perlu, 11 Anggota Kopassus Dapat Bintang Mahaputra

 

 
 

Penyerangan LP Sleman Akibat Rebutan Lapak? Sutiyoso: Itu Mungkin

oleh Yoga Guritno
Posted: 06/04/2013 11:51
 
Liputan6.com, Jakarta : Mantan Wakil Danjen Kopassus Letjen TNI Purn Sutiyoso mengatakan, penyerangan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB, Cebongan, Sleman, Yogyakarta tidak tertutup kemungkinan dilatarbelakangi rebutan lapak. Sebab kasus itu terkait pembunuhan anggota Kopassus Serka Heru Santoso di Hugo's Cafe, Yogyakarta.

"Kejadian di Hugo's Cafe sangat mungkin itu. Mungkin ada anggota Kopassus yang mengusik lapak," kata Sutiyoso yang akrab disapa Bang Yos dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (6/4/2013).

Bang Yos menambahkan, kasus ini juga mungkin terjadi karena ada kaitan kerjasama antara 11 anggota Kopassus yang melakukan penyerangan dengan polisi yang menangani kasus pembunuhan Serka Heru Santoso. Hal ini bisa diusut melalui surat perintah yang membuat penyerangan itu bisa terjadi dengan lancar.

"Itu surat perintah kan ada kop surat. Nah ini bisa saja terjadi di prajurit bawah. Juga soal senajata yang keluar. Sebenarnya di luar tugas dinas, senjata harus masuk gudang. Tapi mungkin ada kerjasama dengan penjaga gudang di bawah, sehingga senjata keluar," ucapnya.

Bang Yos menambahkan, pasukan yang sudah dilatih skill militer perlu mendapat latihan pengendalian diri. Hal ini menjadi tugas atasannya, agar pasukan yang sudah memiliki kemampuan tempur tidak melakukan tindakan yang salah.

"Pasukan yang punya kemampuan militer memang harus dibina masalah pengendalian diri. Itu tugas para perwira untuk mendidik anak-anak buah. Kalau perwira enggak bisa (membina), maka semestinya dia tidak lulus jadi perwira," tandas Bang Yos. (Sah)
 
+++++
 

Penyerangan LP Cebongan, Terkait Sindikat Narkoba?

REP | 03 April 2013 | 03:55 Dibaca: 230   Komentar: 0   Nihil
 
 

danya penyerangan terhadap LP Cebongan beberapa waktu lalu memunculkan spekulasi-spekulasi di masyarakat. Salah satu dugaan yang berkembang adalah adanya dugaan sindikat narkotika yang berada di balik penyeranan LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta.

Hal tersebut juga di sebutkan oleh Laksamana Pertama (Purn) Mulyo Wibisono dimana ia menduga ada sindikat narkotika yang berada di balik penyerangan LP Cebongan, sepekan lalu. Meski demikian, isu tersebut tidak boleh menenggelamkan pengungkapan aksi brutal kelompok bersenjata yang menewaskan 4 tersangka pembunuhan personel TNI.

Laksamana Pertama (Purn) Mulyo Wibisono dalam, Senin kemarin, menilai bahwa ada korelasi antara penyerangan LP Cebongan dengan persaingan sindikat narkotika. Pijakan awal atas dugaan tersebut adalah korban yang menjadi sasaran pembantaian terlibat dalam peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Menurutnya, karte nerkoba inilah yang membuat cover story seolah-oleh TNI dan Polri terlibat, padahal jika dilihat korbannya itu adalah yang menggunakan narkoba.

Mulyo mengatakan, saat ini tengah ada perebutan kekuasaan antar kartel narkoba. Menurutnya, terlalu dini jika kasus tersebut menyudutkan TNI. Sebab senjata yang digunakan dalam penyerangan tersebut tidak hanya dimiliki oleh TNI. Dia menyebut, senjata AK 47 juga banyak terdapat di Aceh sejak zaman konflik bersenjata terjadi.

Tudingan adanya peran kartel narkotika dalam peristiwa tersebut juga disampaikan oleh seorang yang menggunakan nama mantan anggota Korps Speciale Troepen KNIL dan komandan Kopassus pertama, Idjon Djanbi. Pemilik akun tersebut menyebut kartel narkotika berperan di balik insiden Cebongan

Apapun itu, sudah semestinya kasus ini diungkap secara tuntas oleh aparat pemerintah agar tidak menimbulkan korban juwa kembali.

++++++

 
 
enin, 08/04/2013 08:22 WIB

Eks Kepala BIN: Kalau Perlu, 11 Anggota Kopassus Dapat Bintang Mahaputra

Ikhwanul Habibi - detikNews
 
Jakarta - Kasus LP Cebongan yang melibatkan 11 anggota Kopassus dinilai akibat bisunya hukum. Sehingga, terbunuhnya Sertu Heri Santoso oleh para preman mengakibatkan senjata yang bicara.

"Premanisme di Jogja yang merajalela ini membuktikan hukum bisu. Hukum tidak bisa menyentuh preman-preman ini. Hukum ini masih punya legalitas tapi sudah tidak punya legitimasi. Hukum ini sudah tidak mempunyai daya rekatnya, sehingga masyarakat sudah tidak percaya lagi," kata mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono saat berbincang dengan detikcom, Senin (8/4/2013).

Di mata pendiri sekolah intelijen itu, hukum tertinggi adalah keselamatan rakyat. Oleh sebab itu, apabila hukum tidak bisa melindungi rakyatnya maka senjata yang akan bicara.

"Makanya secara hukum mereka salah, tapi secara moral mereka baik. Kalau perlu mereka dapat bintang mahaputra," papar Kepala BIN 2001-2004 ini.

Oleh sebab itu, Alumni Akmil 1967 ini meminta masyarakat memahami kasus ini secara menyeluruh, tidak sepotong-potong. Selain itu, Hendro juga meminta masyarakat tidak menyeret-nyeret pimpinan Kopassus dalam perkara tersebut.

"Apa yang dilakukan prajurit-prajurit Kopassus ini di Cebongan, kalau secara moral dia adalah prajurit yang baik, tapi secara hukum dia salah. Seandainya dia harus dihukum, dia tetap seorang prajurit yang baik. Kalau perlu dikasih bintang jasa itu sama masyarakat. Hukum bicara yang benar dan yang salah. Moral bicara yang baik dan yang jelek. Hukumnya bisu, makanya senjata saja yang bunyi," pungkas Hendro

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment