Warga Aceh Utara Demo Exxon Mobil
Junaidi Hanafiah | Kamis, 12 Desember 2013 - 17:39 WIB: 87
(Foto/Reuters)
Warga menuding, Exxon Mobil bukannya menguntungkan, tapi hanya menimbulkan masalah baru.
BANDA ACEH – Seratusan warga dan mahasiswa dari sejumlah Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, Rabu (11/12) melakukan unjuk rasa ke kantor Exxon Mobil di Kecamatan Nibong. Warga dan mahasiswa menilai, perusahaan raksasa asal Amerika Serikat tersebut hanya mementingkan diri sendiri dan melupakan masyarakat yang tinggal disekitar perusahaan tersebut.
Informasi yang diterima SH, unjukrasa yang mulai dilakukan oleh mahasiswa dan warga dari Kecamatan Nibong, Tanah Luas, Matang Kuli, Pirak Timu dan Kecamatan Paya Bakong mulai berlangsung sejak pukul 09.00 WIB dengan pengawalan ketat aparat kepolisian dan personil TNI.
Warga menilai, kehadiran Exxon Mobil didaerah mereka, bukannya menguntungkan masyarakat, tapi hanya menimbulkan masalah baru. Perusahaan tersebut juga dinilai tidak bertanggung jawab sosial dan lingkungan, apalagi melaksanakan program CSR yang berkelanjutan.
Koordinator aksi, T Faisal Razi dalam orasinya mengatakan, julukan Kota Petro Dollar karena adanya perusahaan raksasa di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara sangat tidak tepat. Yang terjadi di dua daerah tersebut hanya Kota Petro Kemiskinan dan pengangguran.
"Puluhan tahun lalu Kabupaten Aceh Utara telah dikenal sebagai daerah penghasil Migas di Aceh. Namun, masyarakat di sekitar pabrik raksasa yang berdiri di Aceh Utara masih hidup dibawah garis kemiskinan dengan kondisi rumah tidak layak huni. Penganguran juga sangat banyak akibat minimnya lapangan kerja yang dibuka oleh Pemerintah Aceh Utara dan pabrik vital di Aceh," sebut T Faisal.
T Faisal mengatakan, data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, di Aceh, jumlah pengangguran terbanyak ada di Kabupaten Aceh Utara, pada Agustus 2013 tingkat pengangguran mencapai 17,97 persen atau 42,431 orang dan angka tersebut merupakan peringkat pertama Kabupaten berpengangguran di Aceh.
"Selain itu angka kemiskinan di Aceh Utara mencapai 21,34 persen dari jumlah penduduk Aceh Utara, 591.444 jiwa, hal tersebut sangat berbeda dengan kondisi alam Kabupaten Aceh Utara yang kaya dengan Migas," ujar T Faisal.
T Faisal juga mengaku, kehadiran Exxon Mobil sejak tahun 1968 di Aceh Utara telah melahirkan ketimpangan ekonomi dan sosial, Meski pun perusahaan ini dapat mengeksploitasi gas alam hingga mencapai 3,4 juta ton per tahunnya, tetapi realitas ekonomi penduduk di sekitar perusahaan kapitalis Amerika Serikat masih hidup melarat.
"Buktinya sampai saat ini setelah 50 tahun perusahaan asing itu mengeruk hasil alam, namun mereka tidak bertanggung terhadap pendidikan dan lingkungan, seperti jalan dari Cluster IV sampai ke Kecamatan Pirak Timu dan Kecamatan Paya Bakong tidak pernah di aspal, Program Corporate Social Responsibility (CSR) yang tidak jelas dan transparan," tambah T Faisal.
Selain berorasi, dalam unjukrasa tersebut, warga dan mahasiswa juga membakar bendera Amerika Serikat. "Exxon Mobil punya Amerika Serikat, makanya bendera Amerika kita bakar, perusahaan itu akan mengakhiri kontrak di Aceh Utara pada tahun 2018, namun hingga saat ini, masyarakat disekitar perusahaan tidak mendapatkan keuntungan apapun," sambung T Faisal.
Sementara itu, perwakilan Exxon Mobil, Armia Ramli kepada pengunjukrasa menyebutkan, semua tuntutan masyarakat akan disampaikan kepada manajemen perusahaan. "Terkait dengan jalan juga akan segara dibangun, karena jalan tersebut telah ditender, namun sekarang belum bisa dibangun karena kondisi cuaca sedang hujan," ujar Armia.
Informasi yang diterima SH, unjukrasa yang mulai dilakukan oleh mahasiswa dan warga dari Kecamatan Nibong, Tanah Luas, Matang Kuli, Pirak Timu dan Kecamatan Paya Bakong mulai berlangsung sejak pukul 09.00 WIB dengan pengawalan ketat aparat kepolisian dan personil TNI.
Warga menilai, kehadiran Exxon Mobil didaerah mereka, bukannya menguntungkan masyarakat, tapi hanya menimbulkan masalah baru. Perusahaan tersebut juga dinilai tidak bertanggung jawab sosial dan lingkungan, apalagi melaksanakan program CSR yang berkelanjutan.
Koordinator aksi, T Faisal Razi dalam orasinya mengatakan, julukan Kota Petro Dollar karena adanya perusahaan raksasa di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara sangat tidak tepat. Yang terjadi di dua daerah tersebut hanya Kota Petro Kemiskinan dan pengangguran.
"Puluhan tahun lalu Kabupaten Aceh Utara telah dikenal sebagai daerah penghasil Migas di Aceh. Namun, masyarakat di sekitar pabrik raksasa yang berdiri di Aceh Utara masih hidup dibawah garis kemiskinan dengan kondisi rumah tidak layak huni. Penganguran juga sangat banyak akibat minimnya lapangan kerja yang dibuka oleh Pemerintah Aceh Utara dan pabrik vital di Aceh," sebut T Faisal.
T Faisal mengatakan, data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, di Aceh, jumlah pengangguran terbanyak ada di Kabupaten Aceh Utara, pada Agustus 2013 tingkat pengangguran mencapai 17,97 persen atau 42,431 orang dan angka tersebut merupakan peringkat pertama Kabupaten berpengangguran di Aceh.
"Selain itu angka kemiskinan di Aceh Utara mencapai 21,34 persen dari jumlah penduduk Aceh Utara, 591.444 jiwa, hal tersebut sangat berbeda dengan kondisi alam Kabupaten Aceh Utara yang kaya dengan Migas," ujar T Faisal.
T Faisal juga mengaku, kehadiran Exxon Mobil sejak tahun 1968 di Aceh Utara telah melahirkan ketimpangan ekonomi dan sosial, Meski pun perusahaan ini dapat mengeksploitasi gas alam hingga mencapai 3,4 juta ton per tahunnya, tetapi realitas ekonomi penduduk di sekitar perusahaan kapitalis Amerika Serikat masih hidup melarat.
"Buktinya sampai saat ini setelah 50 tahun perusahaan asing itu mengeruk hasil alam, namun mereka tidak bertanggung terhadap pendidikan dan lingkungan, seperti jalan dari Cluster IV sampai ke Kecamatan Pirak Timu dan Kecamatan Paya Bakong tidak pernah di aspal, Program Corporate Social Responsibility (CSR) yang tidak jelas dan transparan," tambah T Faisal.
Selain berorasi, dalam unjukrasa tersebut, warga dan mahasiswa juga membakar bendera Amerika Serikat. "Exxon Mobil punya Amerika Serikat, makanya bendera Amerika kita bakar, perusahaan itu akan mengakhiri kontrak di Aceh Utara pada tahun 2018, namun hingga saat ini, masyarakat disekitar perusahaan tidak mendapatkan keuntungan apapun," sambung T Faisal.
Sementara itu, perwakilan Exxon Mobil, Armia Ramli kepada pengunjukrasa menyebutkan, semua tuntutan masyarakat akan disampaikan kepada manajemen perusahaan. "Terkait dengan jalan juga akan segara dibangun, karena jalan tersebut telah ditender, namun sekarang belum bisa dibangun karena kondisi cuaca sedang hujan," ujar Armia.
I am using the Free version of SPAMfighter.
SPAMfighter has removed 1155 of my spam emails to date.
Do you have a slow PC? Try a free scan!
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment