res: Banyak pasien yang pergi ke Singapura adalah kaum berada, bukan umum. Mereka yang berpendapatan rendah atau tidak berpendapatan tetap alias miskin meluarat ke luar kampung (daerah) saja sangat susah karena biaya, bukan saja ke Singapura, tetapi pergi ke rumah-rumah sakit kelas wahid di Jakarta pun tak mungkin.. Jadi yang berdiam di luar wilayah pusat kekuasaan rezim neo-Mojopahit, kalau sakit tak ada banyak pertolongan untuk menjadi sehat, karena alternatif tersedia sangat terbatas sekali, selain liang kubur. Masalah kesehatan nan buruk bagi rakyat mayoritas ialah karena politik rezim neo-Mojopahit bukan berbakti ke rakyat, tetapi kepada jenis mereka dan kaum elit mereka.
Banyak Pasien Indonesia Lari ke Singapura, Ini Alasannya
Sabtu, 09/11/2013 12:10 WIB
Singapura, Pasien Indonesia, khususnya dari kalangan berduit, banyak lari ke Singapura untuk berobat. Apa yang membuat mereka lebih memilih ke luar negeri dibandingkan mempercayakan kesembuhannya pada dokter di dalam negeri?
Beberapa dokter spesialis di Singapura yang sering menangani pasien dari Indonesia mengatakan kualitas dokter Indonesia sebenarnya tak kalah jago bila dilihat dari ilmunya. Yang membedakan adalah dukungan teknologi yang memang sangat maju di Singapura.
"Kita punya teknologi terbaru. Respons dokter di sini juga cepat, rawatan cepat, dan (karenanya) result atau tingkat kesuksesannya lebih tinggi," kata Dr Charles Bih-Shiou Tsang, konsultan bedah digestif senior dari Colorectal Clinic Associates, di sela hospital tour di Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapura, seperti ditulis Sabtu (9/11/2013).
Selain itu, Dr Tsang mengatakan pasien dari Indonesia pergi ke Singapura tidak melulu untuk berobat. Terkadang, pasien-pasien tersebut hanya berkunjung ke rumah sakit di sela-sela liburan. Bukan karena sedang sakit, melainkan untuk melakukan pemeriksaan rutin alias check-up.
Soal gangguan yang sering dialami pasien dari Indonesia, Dr Tsang mengaku paling sering menangani kanker kolorektal atau kanker usus besar. Gangguan lain yang dialami pasien Indonesia dan sering ditanganinya adalah ambeien dan fistula atau infeksi di sekitar anus.
Sementara itu, Prof Christopher Goh dari Novena Ear Nose Throat, Head and Neck Surgery Specialist Center, berpendapat bahwa faktor kemajuan teknologi paling mendorong pasien Indonesia berobat ke Singapura. Soal kualitas dokter Indonesia, Prof Goh tidak menilainya sama saja.
"Saya pikir dokternya sama saja, tapi teknologinya seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging), robotic surgery, kita semua ada," ungkap Prof Goh soal teknologi mutakhir yang dimiliki Singapura, yang bahkan hanya ada satu-satunya di Asia Tenggara.
Di bidang THT (telinga hidung dan tenggorokan), Prof Goh paling banyak menangani pasien Indonesia dengan gangguan tiroid atau gondok. Gangguan lainnya adalah seputar kelenjar ludah dan benjolan-bejolan tumor maupun kanker di rongga mulut.
Beberapa dokter spesialis di Singapura yang sering menangani pasien dari Indonesia mengatakan kualitas dokter Indonesia sebenarnya tak kalah jago bila dilihat dari ilmunya. Yang membedakan adalah dukungan teknologi yang memang sangat maju di Singapura.
"Kita punya teknologi terbaru. Respons dokter di sini juga cepat, rawatan cepat, dan (karenanya) result atau tingkat kesuksesannya lebih tinggi," kata Dr Charles Bih-Shiou Tsang, konsultan bedah digestif senior dari Colorectal Clinic Associates, di sela hospital tour di Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapura, seperti ditulis Sabtu (9/11/2013).
Selain itu, Dr Tsang mengatakan pasien dari Indonesia pergi ke Singapura tidak melulu untuk berobat. Terkadang, pasien-pasien tersebut hanya berkunjung ke rumah sakit di sela-sela liburan. Bukan karena sedang sakit, melainkan untuk melakukan pemeriksaan rutin alias check-up.
Soal gangguan yang sering dialami pasien dari Indonesia, Dr Tsang mengaku paling sering menangani kanker kolorektal atau kanker usus besar. Gangguan lain yang dialami pasien Indonesia dan sering ditanganinya adalah ambeien dan fistula atau infeksi di sekitar anus.
Sementara itu, Prof Christopher Goh dari Novena Ear Nose Throat, Head and Neck Surgery Specialist Center, berpendapat bahwa faktor kemajuan teknologi paling mendorong pasien Indonesia berobat ke Singapura. Soal kualitas dokter Indonesia, Prof Goh tidak menilainya sama saja.
"Saya pikir dokternya sama saja, tapi teknologinya seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging), robotic surgery, kita semua ada," ungkap Prof Goh soal teknologi mutakhir yang dimiliki Singapura, yang bahkan hanya ada satu-satunya di Asia Tenggara.
Di bidang THT (telinga hidung dan tenggorokan), Prof Goh paling banyak menangani pasien Indonesia dengan gangguan tiroid atau gondok. Gangguan lainnya adalah seputar kelenjar ludah dan benjolan-bejolan tumor maupun kanker di rongga mulut.
Sabtu, 09/11/2013 12:10 WIB
(dok: Mount Elizabeth Novena)
Singapura, Pasien Indonesia, khususnya dari kalangan berduit, banyak lari ke Singapura untuk berobat. Apa yang membuat mereka lebih memilih ke luar negeri dibandingkan mempercayakan kesembuhannya pada dokter di dalam negeri?
Beberapa dokter spesialis di Singapura yang sering menangani pasien dari Indonesia mengatakan kualitas dokter Indonesia sebenarnya tak kalah jago bila dilihat dari ilmunya. Yang membedakan adalah dukungan teknologi yang memang sangat maju di Singapura.
"Kita punya teknologi terbaru. Respons dokter di sini juga cepat, rawatan cepat, dan (karenanya) result atau tingkat kesuksesannya lebih tinggi," kata Dr Charles Bih-Shiou Tsang, konsultan bedah digestif senior dari Colorectal Clinic Associates, di sela hospital tour di Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapura, seperti ditulis Sabtu (9/11/2013).
Selain itu, Dr Tsang mengatakan pasien dari Indonesia pergi ke Singapura tidak melulu untuk berobat. Terkadang, pasien-pasien tersebut hanya berkunjung ke rumah sakit di sela-sela liburan. Bukan karena sedang sakit, melainkan untuk melakukan pemeriksaan rutin alias check-up.
Soal gangguan yang sering dialami pasien dari Indonesia, Dr Tsang mengaku paling sering menangani kanker kolorektal atau kanker usus besar. Gangguan lain yang dialami pasien Indonesia dan sering ditanganinya adalah ambeien dan fistula atau infeksi di sekitar anus.
Sementara itu, Prof Christopher Goh dari Novena Ear Nose Throat, Head and Neck Surgery Specialist Center, berpendapat bahwa faktor kemajuan teknologi paling mendorong pasien Indonesia berobat ke Singapura. Soal kualitas dokter Indonesia, Prof Goh tidak menilainya sama saja.
"Saya pikir dokternya sama saja, tapi teknologinya seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging), robotic surgery, kita semua ada," ungkap Prof Goh soal teknologi mutakhir yang dimiliki Singapura, yang bahkan hanya ada satu-satunya di Asia Tenggara.
Di bidang THT (telinga hidung dan tenggorokan), Prof Goh paling banyak menangani pasien Indonesia dengan gangguan tiroid atau gondok. Gangguan lainnya adalah seputar kelenjar ludah dan benjolan-bejolan tumor maupun kanker di rongga mulut.
Beberapa dokter spesialis di Singapura yang sering menangani pasien dari Indonesia mengatakan kualitas dokter Indonesia sebenarnya tak kalah jago bila dilihat dari ilmunya. Yang membedakan adalah dukungan teknologi yang memang sangat maju di Singapura.
"Kita punya teknologi terbaru. Respons dokter di sini juga cepat, rawatan cepat, dan (karenanya) result atau tingkat kesuksesannya lebih tinggi," kata Dr Charles Bih-Shiou Tsang, konsultan bedah digestif senior dari Colorectal Clinic Associates, di sela hospital tour di Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapura, seperti ditulis Sabtu (9/11/2013).
Selain itu, Dr Tsang mengatakan pasien dari Indonesia pergi ke Singapura tidak melulu untuk berobat. Terkadang, pasien-pasien tersebut hanya berkunjung ke rumah sakit di sela-sela liburan. Bukan karena sedang sakit, melainkan untuk melakukan pemeriksaan rutin alias check-up.
Soal gangguan yang sering dialami pasien dari Indonesia, Dr Tsang mengaku paling sering menangani kanker kolorektal atau kanker usus besar. Gangguan lain yang dialami pasien Indonesia dan sering ditanganinya adalah ambeien dan fistula atau infeksi di sekitar anus.
Sementara itu, Prof Christopher Goh dari Novena Ear Nose Throat, Head and Neck Surgery Specialist Center, berpendapat bahwa faktor kemajuan teknologi paling mendorong pasien Indonesia berobat ke Singapura. Soal kualitas dokter Indonesia, Prof Goh tidak menilainya sama saja.
"Saya pikir dokternya sama saja, tapi teknologinya seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging), robotic surgery, kita semua ada," ungkap Prof Goh soal teknologi mutakhir yang dimiliki Singapura, yang bahkan hanya ada satu-satunya di Asia Tenggara.
Di bidang THT (telinga hidung dan tenggorokan), Prof Goh paling banyak menangani pasien Indonesia dengan gangguan tiroid atau gondok. Gangguan lainnya adalah seputar kelenjar ludah dan benjolan-bejolan tumor maupun kanker di rongga mulut.
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment