Jakarta (ANTARA News) - Indonesia masih tergantung pada armada kereta bekas dari Jepang karena beberapa hal.

"Satu-satunya yang bisa jual second dengan lebar track yang sama dengan track kereta Indonesia cuma Jepang," kata Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), Tri Handoyo dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Hal ini berbeda dengan pembelian armada KRL baru yang bisa dilakukan di banyak negara.

Pihaknya saat ini hanya membeli armada KRL bekas mengingat perbedaan harga KRL bekas dan baru yang sangat jauh. Untuk satu unit KRL bekas harganya Rp1 miliar, sementara satu unit KRL baru bisa mencapai Rp11 miliar hingga Rp12 miliar.

Untuk tahun ini, pihaknya menggandeng beberapa perbankan BUMN yakni Bank Mandiri, BNI dan BRI untuk membiayai pembelian sebanyak 180 unit KRL JR seri 205. "Dananya Rp180 miliar pinjaman dari konsorsium bank BUMN," katanya.

Dari 180 unit tersebut, sebanyak 30 unit KRL bekas asal Jepang itu telah didatangkan ke Indonesia pada Minggu (3/11). Puluhan armada tersebut untuk menggantikan KRL-KRL yang mengalami kerusakan.

Hal tersebut karena sebanyak 20 persen armada KRL yang beroperasi saat ini mengalami kerusakan, baik kerusakan mesin maupun kerusakan fasilitas pendingin. "Dari total 600 KRL, 20 persennya ada gangguan, kereta-kereta ini akan diistirahatkan, diperbaiki, kemudian diganti oleh KRL 205," katanya.