Wednesday, November 6, 2013

[batavia-news] Membaca Belum Membudaya

 

res: Membaca sudah membudaya di NKRI, cuma saja yang dibaca terkonsentrasi pada itu-itu juga, jadi murid sekolah dasar dikekang dengan  menghafal cerita seribu satu malam dan sejenisnya, jadi hanya memberikan impuls fantasi masa yang tidak terkait dengan kebutuhan perkembangan ilmu masa kontemporer.
 
 
 
Membaca Belum Membudaya
 
Wheny Hari Muljati | Rabu, 06 November 2013 - 17:06 WIB
: 41


(dok/antara)
Pengunjung membaca artikel di sebuah Majalah Dinding (mading) yang dipamerkan di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Madiun, Jatim, Minggu (27/10).
Membaca sangat penting untuk mencegah makin keroposnya bangsa ini.

Aktivitas membaca memiliki segudang manfaat. Sayangnya, alih-alih membudaya, aktivitas penuh manfaat ini malah kian tergeser oleh pesona dunia maya.

Kemajuan bidang teknologi informasi dan daya tarik media televisi lebih menggoda sehingga lebih banyak aktivitas "mendengar dan menonton" daripada membaca.

Padahal, selain dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan, hasil penelitian menunjukkan membaca dapat mengurangi stres, menjaga tubuh dan jiwa tetap sehat, serta terhindar dari penyakit berbahaya, seperti demensia.

Penelitian bidang ilmu saraf menunjukkan kegiatan membaca lebih menuntut proses neurobiologis dibandingkan kegiatan mendengar atau melihat gambar. Saat membaca, bagian otak yang berkembang dalam berbagai fungsi, seperti pengelihatan, bahasa, dan pembelajaran asosiatif terhubung pada sirkuit saraf khusus.

Ken Pugh PhD, Presiden dan Direktur Riset Haskin Laboratories yang berafiliasi dengan Universitas Yale mengatakan, sebuah kalimat merupakan rangkuman dari banyak informasi yang harus disimpulkan oleh otak.

Maryanne Wolf, Direktur Pusat Membaca dan Riset Bahasa di Universitas Tufts, seperti dikutip www.oprah.com. Mengatakan, melalui membaca manusia dipaksa untuk menyusun, menghasilkan narasi, dan membayangkan.

Penelitian Billington Davis dkk (2012) menemukan membaca di kalangan lanjut usia (lansia) secara signifikan dapat mengurangi gejala demensia. Tahun sebelumnya, penelitian Clare William dkk menunjukkan membaca juga dapat mengurangi depresi terkait masalah kesejahteraan sosial, mental, dan emosional.

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI) Prof Riris Toha Sarumpaet menyesalkan saat ini mahasiswa lebih memilih menonton dibandingkan membaca, bahkan, saat mereka di perpustakaan. Padahal, membaca sangat penting karena menuntut berpikir dan merasa secara lebih mendalam.

"Membaca akan membuat kita makin kritis dan pintar. Sayang, di perpustakaan bagus seperti Perpustakaan UI, sekarang ini saya lihat mahasiswa justru tidak membaca, tapi malah menonton," ujarnya kepada SH beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Ratnaningsih mengatakan, minat baca yang makin merosot tidak terlepas dari kurangnya dukungan pemerintah pada upaya peningkatan budaya membaca di kalangan masyarakat.

"Pemerintah memiliki peran amat besar untuk mengembalikan masyarakat pada budaya membaca," katanya kepada SH sebelum pembukaan Festival Budaya Pustaka (FBP) di Taman Flora Surabaya, Sabtu (2/11) lalu.

Minat baca di kalangan masyarakat kian menurun, katanya, karena tidak tertarik berkunjung ke perpustakaan.

Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya, Arini Pakisetyaningsih, mengatakan, Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya berencana terus menambah jumlah perpustakaan hingga mencapai 1.000 titik layanan di tahun ini. Penyediaan titik layanan perpustakaan, ujarnya, bertujuan membantu warga yang tingkat ekonominya rendah agar mendapat akses bacaan yang berkualitas.

Jangan Keropos

Selain dukungan pemerintah, untuk menjadikan membaca sebagai budaya, menurut petugas dari perpustakaan SD Kebraon Surabaya, Kaidin, juga perlu peran masyarakat. Ia mengaku prihatin setiap kali melihat siswa yang mendapat fasilitas perpustakaan, tapi tidak memanfaatkan fasilitas itu dengan baik.

Guruh Sukarno Putra yang menghadiri pembukaan festivalmengatakan, membaca sangat penting untuk mencegah makin keroposnya bangsa ini. Selama ini, sambungnya, bangsa kita hanya tampak bagus dari luar, tapi keropos di dalam. "Jangan sampai prestasi perpustakaan Kota Surabaya hanya bagus dari luar, tapi keropos di dalam," ia berpesan.

Garjito dari Perpustakaan Nasional mengatakan, untuk meningkatkan minat baca, selain perlu dukungan pemerintah, perpustakaan juga perlu menjalin kerja sama dengan penerbit buku. Penerbit harus diingatkan agar jangan hanya berorientasi uang, tapi juga harus bisa mendukung perpustakaan.

Sumber : Sinar Harapan

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment